10. Sebelum Berpisah
.13 tahun kemudian.
"Kamu yakin keputusan yang kamu ambil ini sudah benar Nadira?" tanya Radja padaku disertai dengan petir yang baru saja menyambar di sekitar perumahan.
Bukan karena kemarahan Radja petir itu muncul, ini hanya kebetulan karena sudah diberitakan jika akan terjadi badai dalam waktu dekat. Dan itulah yang terjadi hari ini. Badai belum kunjung berhenti dan aku tahu alasannya kenapa. Ini bukanlah fenomena alam seperti biasanya.
"Semua ini karena aku, Radja. Jika harus bertanggungjawab, maka akan aku lakukan sekarang," ucapku pelan seraya mengaduk teh hangat pada cangkir.
"Aku tidak mengerti kenapa kamu selalu menganggap semua hal buruk itu salahmu? Sudah cukup Nadira! Kamu sudah dewasa dan kamu paham betul apa yang menjadi masalah dini. Tidak semuanya salahmu," jelas Radja, mencoba menenangkanku.
Sayangnya itu tidak berpengaruh. Aku mencengkeram gagang cangkir. "Ini hampir tiga bulan Reza dinyatakan meninggal dalam misi penyelamatan bersamamu. Kamu sendiri yakin kalau dia tidak ikut meledak dalam bom yang membuat kalian bingung harus melepasnya ke mana. Reza tidak mati, dia masuk ke dimensi lain dan aku harus menyelamatkannya."
"Kenapa kamu bersikeras untuk masuk ke dimensi lain itu? Bukankah kamu tahu kalau kamu belum tentu bisa kembali. Lalu bagaimana dengan kedua anakmu? Mereka baru bertemu denganmu lagi, tetapi sekarang kamu memutuskan untuk meninggalkan mereka?"
Aku mengerti ucapan Radja. Setelah kedua anakku berumur 10 tahun, aku terpaksa meninggalkan mereka untuk mendapatkan pengobatan atas kutukan yang kuterima. Lalu Reza pada akhirnya memasukkan mereka ke Guardians of Earth, tempat di mana aku mengajar para calon superhero bumi selanjutnya.
Radja dan Bizar selalu berada di sisiku selama aku meninggalkan Reza. Kami bersahabat seperti sebelumnya, meski kedua sahabatku sudah menjadi duda— Ah, suatu kebetulan dan aku hampir melepas status menikah jika Reza tidak diselamatkan sama sekali sekarang. Bizar kehilangan istrinya dalam perang dua belas tahun lalu, sehingga membuat dia lebih tenggelam ke dalam dunia komputernya. Sedangkan Radja ....
Sarah meninggalkannya sejak sang anak berusia tiga bulan. Entah hilang ke mana. Lalu kami menemukannya dua tahun lalu dengan wanita itu mengincar kedua anakku. Dan setelah kami temukan, Sarah tidak berminat untuk kembali ke sisi Radja karena tidak bisa menahan perasaannya lagi.
"Aku setuju dengan Radja. Terlepas dari sikapnya yang buruk, pergi ke dimensi lain tidak menjamin kamu akan selamat, Nadira. Aku sudah melakukan survei dan tidak ada jalan menuju tempat yang kamu jelaskan itu," celetuk Bizar yang sedari tadi hanya menyimak kami di perpustakaan.
"Memang tidak ada jalan, karena hanya aku yang bisa menembus masuk dimensi itu. Jika lebih dari tiga bulan dibiarkan, tidak hanya dia yang mati, tetapi kekuatan gelap akan kembali bangkit. Dan Reina yang mewarisi lebih banyak gen Reza akan terpengaruh," balas tidak mau kalah dengan mereka, "aku tidak ingin membuat anakku menjadi jahat. Jadi biar aku selamatnya Reza."
"Bagaimana caraku menghentikanmu, Dira?" gumam Bizar.
Dapat kudngar kedua pria itu mengembuskan napas berat. Tentu saja, itu pasti membuat mereka sangat tidak tenang. Faktanya mereka tahu, meski aku tidak meminta izin, aku tetap bisa melakukannya sendiri. Namun bagaimana pun harus aku katakan, karena itu berarti Reina harus lepas dari pengawasan. Tentu aku hanya bisa percaya pada kedua sahabatku yang berada di Guardian of Earth.
"Padahal dulu , kamu tidak pernah ingin terlibat dengan masalah ini, Dira. Sekarang kamu selalu berusaha menyelamatkan meski itu mengorbankan kebahagiaanmu sendiri," tutur Radja.
Aku segera menghirup teh yang telah diaduk. Sekarang rasanya lebih tenang karena aku bisa mengungkapkan semua beban pikiranku. Memang benar, aku dulu tidak mau menjadi bagian dari mereka. Hal itu menarikku ke masa lalu. Masa di mana aku hidup penuh kesulitan dan tidak bisa bernapas dengan normal seperti sekarang. Perlahan aku meletakkan kembali cangkir teh tersebut.
Bizar dan Radja menatapku dengan penuh harapan. Mereka tidak ingin aku berkorban lagi seolah mudah sekali untuk mengobral nyawa. Tapi masalahnya ada di sana. Aku memang tidak bisa melakukan apa pun selain berkorban demi bumi. Itu seperti garis yang sudah dituliskan oleh Tuhan sejak lama. Hidupku benar-benar berubah drastis sejak dijadikan wadah oleh seseorang yang menitipkan kekuatannya padaku.
"Pengorbananku tidak seberapa dibandingkan mereka yang telah menyadarkanku, Radja, Bizar. Kalian pasti ingat betapa Pak Hisam, guru kita mati karena melidungiku. Bagaimana seluruh keluargaku dibunuh hanya karena kekuatan yang kumiliki. Jangan lupakan Hana yang telah membuatku hidup dengan kekuatan ini sampai sekarang," jelasku pada mereka.
"Banyak cara untuk menebusnya. Kamu tidak harusnya mengobral nyawa terus menerus. Aku muak melihatnya!" balas Radja, pria itu sangat bersikeras, begitu pun aku.
Bizar memilih diam daripada berpendapat. Aku tidak membaca pikirannya seperti dia yang membaca pikiranku. Namun, aku tahu Bizar juga tidak ingin aku pergi. Mereka tetap sama seperti dulu.
"Bisakah kalian percaya padaku? Demi bumi yang kita cintai," ucapku pada mereka.
"Entahlah Dira," ucap Bizar tiba-tiba. "Aku merasa kali ini kamu tidak akan kembali pulang jika kami mengizinkanmu pergi."
"Ternyata kamu berpikiran sama denganku, Bizar," timpal Radja.
Aku mendengus. "Kalian ini. Padahal kalian tidak pernah percaya dengan firasat walau aku sendiri yang memiliki sedikit kekuatan tentang itu."
"Tidak ada yang menjamin." Keduanya bersorak bersamaan.
"Memang. Tidak ada yang bisa menjamin kalau aku kembali, jika ada masalah di sana dan di sini. Namun, jika semua berjalan lancar, maka aku bisa kembali dengan selamat bersama dengan Reza."
"Aku cukup penasaran. Kenapa kamu bilang tidak menjamin jika ada masalah. Masalah apa yang kamu katakan ini?" tanya Bizar padaku.
"Soal Reina, aku takut jika kekuatan gelap sudah mulai mencari wadah baru ketika aku pergi. Kita tidak tahu siapa yang akan menjadi musuh kita. Entah Reina atau tubuhku sendiri. Tempat Reza dihuni oleh makhluk kegelapan lainnya. Jika aku tidak memiliki sihir gelap, mungkin aku akan ditelan habis oleh kegelapan," jelasku pada mereka.
"Kenapa jadi serumit ini?"
Aku tahu ucapan Radja tidak hanya mengarah pada masalahku saja. Masalah kami. Masalah yang dulunya kami kira sepele, ternyata tidak. Andai saja, Bizar mengizinkan kami untuk menggunakan mesin waktu. Mungkinkah keadaan akan menjadi normal kembali?
Aku menatap pada cangkir teh yang tersisa. Kali ini aku sangat berharap bisa hidup dengan tenang dan damai. Menjaga anak-anak sampai sisa hidupku. Tapi Bizar benar, aku sendiri memiliki firasat buruk jika pergi. Mungkin ini memang ... saat terakhirku bersama mereka.
"Radja, Bizar, maukah kalian berfoto bersamaku? Aku rasa kita belum sempat membuat foto kenangan lagi dari SMA!"
Aku hanya tersenyum, Tidak ingin membuat mereka cemas tentang kepergianku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro