6
Pagi ini Keysa berkuliah, diantar oleh Saga, meski badannya belum pulih benar tapi Keysa tetap memaksakan diri berangkat berkuliah karena ia yakin tugas - tugas telah menumpuk dan harus segera ia kerjakan.
"Gak papa kan Sayang?" Tanya Saga dan Keysa tersenyum.
"Aku akan selalu baik-baik saja jika ada Om Saga di sisiku," sahut Keysa dan hati Saga berdenyut nyeri. Ia tak ingin Keysa terus berharap padanya, sedang dirinya juga tak bisa menyakiti Keysa. Namun entah mengapa sejak Keysa pernah menciumnya meski sekilas, Saga sering teringat wajah memerah Keysa, ciumannya yang kaku dan matanya yang bergerak-gerak gelisah.
****
"Sudah sehat Key?"
Langkah Keysa terhenti saat mendengar suara berat Geandra, teman sekelasnya yang selalu membantunya jika ia ada kesulitan dan tidak masuk karena sakit.
"Hai Ge, makasih ya, dah bantuin ngerjain tugas aku," ujar Keysa.
Dan Ge, begitu biasa ia dipanggil, hanya tersenyum.
"Kan dah biasa juga, sejak awal kamu masuk, sakit-sakitan dan aku yang ketiban sial ngerjain tugas kamu, ok kita masuk, bentar lagi perkuliahan mulai," ujar Ge.
****
"Aku antar kamu masuk?"tanya Geandra saat usai kuliah ia mengantar Keysa ke rumahnya karena Saga ada keperluan urusan kantornya.
"Nggak lah, aku sehat kok," sahut Key namun Geandra segera membuka pintu mobil dan berlari berputar, membukakan pintu untuk Keysa.
"Mari tuan putri saya antarkan," ujar Ge sambil membungkuk dan memegang tangan Keysa, ternyata benar Keysa hampir saja jatuh, Ge segera merengkuh bahu Keysa.
"Tuh kan, kamu masih kurang sehat Key," ujar Geandra, namun tak lama ia merasakan bahunya ditarik dan Ge segera menoleh, mendapati laki-laki beradan tegap dengan rambut diikat rapi dan wajah datar.
"Biar saya yang menuntun Keysa," ujar Saga, Ge mundur merasa tak enak dengan tatapan menusuk Saga.
"Aku pulang Key," suara Ge terdengar pelan.
"Iyah, makasih ya Ge, besok jangan lupa, kita kerja bareng ya Geee,"
Dan Key hanya melihat Ge yang mengangguk dan masuk ke mobilnya.
****
Keysa melihat wajah Saga yang kaku tanpa senyum. Mengawasinya makan, tanpa bersuara dan sesekali menghela napas.
"Om kenapa?" Tanya Key.
"Jangan seperti tadi, jangan sembarang laki-laki memelukmu, kau tak tahu apa yang ada dipikiran mereka kan?" Tanya Saga dan Key tersenyum.
"Om cemburu?"
Saga tersedak dan segera meraih air minum.
"Cemburu? Om hanya menjagamu, jangan mudah kau disentuh laki-laki," ujar Saga.
"Nggak Om, nggak akan, hanya Om yang boleh nyentuh Key," ujar Keysa kembali berwajah sendu
"Bukan itu maksud Om,"
Saga jadi serba salah.
"Aku juga gak mau Om sama mbak Meliana, dia suka ke Om kayaknya, pokoknya Om gak boleh ke rumahnya lagi," pinta Keysa.
Saga menatap wajah cantik Keysa, rambut hitam legamnya yang menutup separuh wajahnya membuat tangan Saga terjulur dan menyematkan di belakang telinga Keysa.
"Cantik," ujar Saga dan ia tersadar, menyesali kata terkahir yang ia ucapkan karena telah membuat wajah Keysa memerah.
"Aku tahu kalau Om juga menyukaiku, lalu apa masalahnya jika kita menikah?" Tanya Keysa.
"Tidak Keysa, tidak Sayang, papa dan mamamu telah menyerahkan mu padaku untuk dijaga, bukan untuk dinikahi," ujar Saga.
"Dan Om tidak mencintaiku?" Pertanyaan sulit Keysa tertelan kembali saat mama Dini muncul dan pembicaraan mereka terhenti.
"Kalian Om dan keponakan, tak masalah jika kalian menikah toh Saga dan papamu tidak sesaudara kandung," ujar mama Dini.
"Tapi Al dan Diandra sudah mengingatkan Ma, jika mereka tidak ingin ada apa-apa diantara kami," ujar Saga dan mata Keysa berkaca-kaca, lalu bangkit dan perlahan berjalan menuju kamarnya.
"Kau lihat Ga, dia menyukaimu sejak kecil dan saat ini dia sepertinya jatuh cinta padamu," ujar mama Dini.
"Maaa, gak mungkin, dia cuma terobsesi padaku," sahut Saga.
"Tapi akhir-akhir ini aku mulai merasakan kau berubah padanya, kau mulai tertarik? Dia cantik sebagai wanita dewasa, Ga," ujar mama Dini.
"Aku hanya tak ingin dia sakit lagi Ma," sahut Saga.
"Tapi matamu tak bisa berbohong Ga," sahut mama Dini lagi.
****
Malam telah larut, namun Saga tak kunjung memejamkan matanya. Ia hanya bingung pada rasa aneh yang tiba-tiba ia rasakan saat Key dipeluk Ge tadi. Ia hanya tak ingin ada laki-laki lain menyentuh Keysa, ia meyakinkan hatinya bahwa ia lebih tertarik pada Meliana.
"Om, belum tidur?" Tiba- tiba suara Key terdengar di belakangnya.
Saga menoleh dan kembali menahan napas, kaos tipis tanpa lengan yang digunakan Keysa membuatnya merasa sulit bernapas.
"Om kan sudah bilang, pakai bajumu dengan benar, Om laki-laki normal Key, jangan memancing Om melakukan hal yang tidak-tidak," ujar Saga dan Keysa tak menyahut, ia malah merebahkan badannya di kasur Saga dan tidur meringkuk memeluk guling.
Saga hanya menatap wajah lelah Keysa yang memejamkan mata, berusaha hanya menatap wajahnya, tidak terpancing untuk melirik paha terbuka Keysa yang hanya menggunakan hotpans.
Saga berdiri, meraih selimut dan menyelimuti tubuh Keysa. Lalu duduk di samping wanita yang tidak lagi terlihat seperti anak kecil ringkih.
Saga menurunkan wajahnya dan mencium kening Keysa. Menatap wajah cantik di bawahnya dengan tatapan aneh.
Jangan pancing aku Key, aku bisa berbuat hal tak benar padamu, aku hanya berharap kita tak pernah berada pada situasi sulit...Om takut tingkah liar Om yang lama mereda jadi bangkit lagi.,
Saga tersentak kaget saat tiba mata Key terbuka dan meraih tengkuknya, meski kaku, ia merasakan bibir kenyal Key meraup bibirnya.
Dan manik mata Saga semakin gelap. Bayangan wajah Meliana sekilas berkelebat di pikirannya. Ia tak tahu apa yang ia rasakan kini. Perasaan seorang paman ataukah laki-laki normal yang butuh pelepasan.
****
Saga memeluk tubuh Keysa, yang semakin merapatkan diri pada badannya.
"Maafkan Om, ingat Key penyakitmu bisa saja kambuh, kau tak boleh seperti tadi, tadi hampir sesak kan? Jangan lagi, kondisi jantungmu tak memungkinkan kau melakukan hal lebih yang membuat jantungmu berpacu lebih cepat, kau mengapa selalu seperti tadi?" Tanya Saga sambil menahan napasnya, dan merasakan pangkal pahanya yang nyeri karena mengeras.
"Aku mencintai Om Saga, boleh kan kalau aku membuktikan bahwa aku sangat mencintai Om?" Keysa mengeratkan pelukannya
"Tapi nggak kayak tadi Key, kita hampir saja lebih dari sekedar berciuman," ujar Saga terdengar menyesal telah melakukan hal lebih.
"Tapi tadi Om menikmatinya, aku merasakan itu," ujar Keysa dan Saga semakin merasa bersalah.
Ia usap rambut Keysa dan semakin kabur hatinya saat bayangan Meliana berkelebat lagi.
****
8 Maret 2020 (22.10)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro