2
Saga dan Rengga bertemu sehari setelah Saga ke luar dari penjara. Rengga memeluk Saga, Saga yang masih menikmati kebebasannya di rumah. Saat berpelukan mata keduanya berkaca-kaca. Lalu melepas pelukan, sama-sama tertawa dan menghapus air mata.
"Makasih, Ngga, kalau bukan karena kamu dan kakak-kakakmu maka firmaku takkan bisa berjalan dengan baik," ujar Saga.
"Nggak papa, Ga, aku bantu sebisaku kok, kalau pun tetap jalan kan kau juga kerja dari tempat pertapaanmu Ga."
Keduanya kembali tertawa.
"Eh, gimana Keysa?" tanya Rengga dengan nada yang terdengar aneh di telinga Saga.
"Kenapa? Ada apa dengan dia?" tanya Saga.
"Kadang aku kawatir pada anak itu Ga," ujar Rengga dan Saga mengernyitkan keningnya.
"Maksudmu?" tanya Saga.
"Kau tahu, selama kau di penjara, dia seolah kehilangan kamu, apalagi saat akhirnya Diandra dan Al pindah ke Malang, dia lebih sering terlihat sedih dan murung, keinginannya hanya satu menikah denganmu, aneh kan, lah jarak usia kalian loh berapa, dia masih 19 tahun dan kau 46 tahun, dia seperti terobsesi padamu Ga, memilih jurusan yang sama denganmu saat berkuliah dan konsisten mengatakan akan hidup bersamamu, dia gak pernah pacaran asal kamu tahu, rasanya kan tak mungkin, gadis secantik dia, putih, bersih, tinggi dengan hidung aristokrat milik Al ada pada dia, dia lebih cocok jadi model, awal di Jakarta saja, dia sudah beberapa kali ditawari agensi model, tapi dia tidak mau, kau tahu kenapa? Dia nunggu om Saga ke luar dari penjara, dia selalu berkata begitu, orang sebaik om Saga kok masuk penjara, dia tak tahu bahwa nyawanya hampir hilang karena senjata apimu," ujar Rengga panjang lebar.
Saga hanya tertegun memandang wajah sahabatnya lalu meraih ikat rambut yang ada di meja dan mengikat rambutnya, beberapa helai jatuh melewati dagunya.
"Aku ingin tak percaya Ngga, saat mama bercerita seperti itu juga, saat ia sudah berkuliah di Jakarta dan beberapa kali menjengukku, aku melihat Keysa yang selalu ingin memeluk dan menciumku, aku tak ingin menduga-duga, tapi kemarin saat ia tiba- tiba memelukku di kasur, akhirnya aku harus berpikir dan mengajaknya bicara, aku tak ingin ia salah dalam melangkah, aku pikir ia hanya terobsesi dan obsesinya akan aku luruskan," Saga menyandarkan tubuh besarnya dan bersedekap hingga otot lengannya tergambar sempurna karena Saga menggunakan kaos tanpa lengan.
"Yah itu tugasmu, kau hampir merenggut nyawanya jadi jangan sampai kesempatan kedua ia hidup, kau tak bisa membuatnya bahagia," ujar Rengga.
"Bisa kan? Kau tak mengulangi lagi kalimat senjata api, merenggut nyawanya, aku memang salah Ngga, terobsesi pada Diandra, mama Keysa, ingin mencelakai Al tapi akhirnya aku salah tembak, tolong jangan ulang lagi kata-kata itu, aku masih sakit jika mengingat bagaimana Keysa kecil di rumah sakit meregang nyawa," ujar Saga.
"Maaf , aku hanya berusaha agar kau tidak melibatkan perasaanmu saat Keysa benar-benar menyukaimu, ingat, dia masih anak-anak Ga, ia perlu kita beritahu mana yang benar dan mana yang tidak," ujar Rengga lagi.
"Aku masih waras, untuk tidak bercinta dengan anak kecil" sahut Saga terlihat kesal.
Dan Rengga tertawa.
***
Saga kaget saat merasakan pelukan di bahunya, Saga memejamkan mata, harum strawberry berputar di hidungnya.
"Ada apa?" Tanya Saga menoleh dan ia kaget saat hidungnya hampir menyentuh hidung Keysa.
"Ayo temenin Key makan, om" ajak Keysa. Saga tersenyum dan melepaskan perlahan belitan tangan Keysa di bahunya yang memeluknya dengan erat dari belakang.
***
Selama makan Saga memperhatikan gadis kecilnya yang bercerita dengan semangat. Mama Dini yang sudah mulai sehat juga ada diantara mereka.
"Makanlah dulu Key, nggak baik makan sambil bicara terus," ujar mama Dini.
"Iya nenek, aku sekarang seneng dah, kalau ke mana-mana ada om Saga yang anterin, dan gak malu lagi kalau ada teman Keysa yang ngolokin jomblo, ih sorry, bukan cuman pacar yang aku punya, calon suami tahu," ujar Keysa dan sukses membuat Saga tersedak.
Saga segera meraih air dan meminumnya. Ia mengatur napas dan berusaha tersenyum pada Keysa. Mama Dini menghela napas, menatap Saga dengan tatapan tajam.
"Hehe ada-ada saja Key, kalau kau bilang begitu, semua akan semakin menertawakan mu, om yang sudah tua begini kau bilang calon suami, aku sepantaran papamu, kau lebih pantas jadi anakku," ujar Saga dengan suara lembut.
Keysa menggeleng dengan keras dan terlihat jengkel.
"Kata siapa om Saga tua, lihat tuh di cermin sana, om Saga keren tahuu, nggak mau tahu pokoknya Keysa mau nikah sama om Saga," ujar Keysa jengkel.
"Sayang, Saga ini ommu, saudara tiri papamu," ujar mama Dini.
"Biarin Nek gak papa, masa gak boleh nikah sama om sendiri? Keysa nungguin om Saga lama, sejak Key kecil sampe sekarang umur 19 tahun, Key menolak semua yang suka sama Key hanya karena menunggu om Saga, lalu setelah om Saga ada di hadapan Key masa gak boleh deket sama om Saga?"
Suara Keysa sudah berbaur dengan tangisannya.
Saga menyentuh tangan mamanya dan memberi kode agar tidak melanjutkan.
"Sayang, ada banyak hal yang harus kita pikir jika kita akan melangkah ke jenjang itu, om saja rasanya masih sulit mau melangkah ke jenjang itu sejak dulu, apalagi sekarang, kondisi om sudah beda jauh, dan om memang tak pernah berpikir untuk menikah," ujar Saga dan mata Keysa membulat.
"Jadi, sia-sia penantian Key? Sia-sia semua harapan Key?"
Keysa berdiri dan berlari menuju kamarnya sambil menangis.
"Kau percaya akhirnya kan?" Ujar mama Dini dengan suara lirih.
"Aku hanya kasihan padanya Ga, dia seolah hanya mengingat kamu dan kamu, hidupnya sudah penuh derita sejak kecil Ga," ujar mama Dini.
"Aku akan ke kamarnya mama," ujar Saga.
"Selesaikan dulu makanmu, Ga,"
"Ya, ma,"
****
Perlahan Saga membuka pintu kamar Keysa.
Ia melihat Key yang tertelungkup di kasur dengan bahu naik turun. Rambut panjangnya berantakan.
Saga menahan napas kembali saat menyadari Keysa yang kulitnya putih bak pualam hanya menggunakan hotpans dan kaos tanpa lengan.
Saga duduk di dekat Keysa. Ia usap kepalanya. Dan Keysa berbalik, mengusap air matanya dan duduk di samping Saga. Lalu memeluk Saga dengan erat.
"Boleh kan om kalau Keysa menunggu sampai om siap menikah dengan Keysa?"
Saga diam saja, dia hanya membalas pelukan Keysa, mengusap rambut panjangnya berulang, menghela napas, dan mulai berpikir, bagaimana caranya agar ia tak kembali menyakiti gadis kecilnya.
***
5 Februari 2020 (04.09)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro