Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TEAM: 43: BREAK FREE

harusnya jadwal publish hr kamis, sorry telat ya hihi

HAPPY READING

...

Selama ini Marlen menjalani kehidupan syuting dengan agak tenang. Perannya sebagai Gemini yang merupakan tantangan terbesar sepanjang hidupnya sepertinya terealisasikan dengan baik. Itu sih kata sutradara dan juga Miss Ivon. Marlen mengatasi trauma skinship dengan ikut terapi,  sedikit-sedikit mulai terbiasa bersentuhan dengan orang asing dan muncul di keramaian.

Selain itu hal yang paling Marlen senangi adalah dia mendapat teman gamers. Kebanyakan aktor yang dia jumpai bermain game, jadi mereka sering menghabiskan waktu dengan push rank selama di lokasi syuting menunggu take.

Julian Tan, aktor muda yang sudah membintangi dua web series selama dua tahun ini menjadi kenalan baiknya selama syuting dan bermain game bersamanya. Selain itu, Marlen juga dikenali dengan lawan mainnya---influencer terkenal yang sekarang sering ada di dunia akting, Bea Morales. Ternyata dia juga seorang gamers.

Awal kenalan dengan mereka, Marlen sangat malu. Padahal sutradara berharap mereka bisa dekat satu sama lain agar ada kemistri di project ini. Bea yang sudah profesional tentu saja mendekati Marlen duluan, tahu kalau lelaki itu masih baru di dunia akting.

"Wah, pengikut kamu udah seratus ribu, Len. Kok kamu nggak pernah posting foto selfie? Emang ya, cowok tuh kalau cakep sengaja banget nggak mau munculin diri di publik." Begitu kata Bea.

Dia menyarankan agar Marlen memposting foto untuk meresmikan bergabungnya dia di studio Stars Cinema. Sutradaranya juga bilang begitu. Jadi Marlen memposting foto yang diambil di lokasi syuting tanpa caption. Baru satu menit, fotonya langsung dibanjiri komentar.

anony satu: GEMINI KITA GANTENG BGT 😍

anony dua: mirip Jisung 😍

anony tiga: ini yg jadi Gemini? fix jadi pacar gue krn gue pecinta cowok gemini 😍

Padahal zodiac Marlen itu taurus.

Marlen agak ngeri membaca komentar karena beberapanya seperti menyatakan hak milik. Kalau nanti mereka terobsesi dengannya seperti gadis-gadis masa lalu bagaimana? Trauma Marlen bisa kambuh lagi mengingatnya. Tiba-tiba Marlen juga kepikiran kalau Jessy mengetahui komentar-komentar itu. Marlen pun berniat memposting foto Jessy agar mereka tahu dia punya pacar, tapi Pak Demas bilang dia belum bisa mempublikasi hubungan karena terikat kontrak.

"Kamu punya pacar? Saya tahu ini bukan urusan film, tapi kamu lagi terikat kontrak setahun. Demi kelancaran film ini, kamu rahasiakan dulu hubungan kamu ya. Hanya sampai filmnya selesai. Oh ya, kamu akan sering ada jadwal dengan Bea kedepannya. Pasti fans menginginkan interaksi antara kamu dan Bea. Buat interaksinya jadi lebih seru dan lucu, ya."

Marlen tidak tahu apa maksud interaksi yang seru dan lucu. Saat ada konten bermain dengan cast My Cutie Pie, dia kebingungan karena mereka mengatakan Bea dan Marlen sangat cocok.

"Lenji kesibukannya apa nih di rumah?" tanya host.

"Ugh---main game," jawab Marlen.

"Lho, sama dong. Aku juga main game, kamu game apa, Len?" tanya Bea, semangat.

"Wah bisa samaan ya? Jangan-jangan jodoh ...,"

Sejak saat itu mereka mulai sering menjodoh-jodohkannya dengan Bea.

Ada lagi hal yang tak terduga, di mana Marlen baru saja tahu dia dan Bea dibuatkan akun shipper dengan bio; mendukung Gemini dan Virgo real. Marlen tak menyangka mereka juga mendapatkan foto-foto candidnya dengan Bea sedang main game. Sebenarnya dalam foto itu ada banyak orang, tapi mereka mengedit foto itu seakan hanya Marlen dan Bea yang main game.

"Si Jessy itu lagi cemburu, Len. Tapi lu tenang aja, kalau lu posting foto dia di IG pasti dia nggak bakal marah-marah dan nuduh lagi," saran Airin ketika Marlen muncul ke permukaan sekolah setelah menghilang karena sakit. 

Marlen menatap Airin bingung. Gadis itu memberi saran seakan memahami isi hati Jessy. Lagian, apa-apaan itu? Mana mungkin seorang Jessy cemburu. Soalnya Jessy selalu mendukungnya selama ini. Dia bela-belain mencarikan kelas akting dan terapi untuk Marlen hingga Mami menyetujuinya. Jessy juga sering mengabari kalau dia sudah menonton semua konten Marlen dan cast My Cutie Pie lain, tak berkomentar apa-apa dan mendukungnya. Dia memang supportive girlfriend!

Jadi mana mungkin dia cemburu?

"Tapi emang kelihatan kan kalau dia itu cinta mati sama lu? Buktinya dia cemburu lu sama si Bea Morales gara-gara akun shipper itu. Jessy nggak akan berpaling hati ...," Airin melanjutkan seakan dia adalah biro jodoh yang bijak. Dan Marlen hanya mendengarkannya. 

"Nggak bisa," ucap Marlen seketika.

"Apaan?" tanya Airin. 

"Nggak bisa posting foto di IG," jawab Marlen, polos. 

"Lho, kenapa?" 

"Karena---aturan studio." Marlen menjawab pelan. 

Airin menggelengkan kepala dramatis. Turut prihatin dengan kisah aktor-rakyat jelata ini.

"Gue punya ide," seru Airin dengan jentikkan jari. 

Marlen kembali menatapnya dengan tampang polos.

"Lo udah baca undangan gender reveal party Mama gue kan?" tanya Airin. Marlen mengangguk. "Berarti tahu dong dress code-nya apa. Lo ajak Jessy shopping deh sama nyalon. Sekalian dinner tuh, kali aja hubungan kalian membaik dan dia nggak marah-marah lagi."

Baiklah, sepertinya ide itu tidak buruk-buruk amat. Jessy memang suka shopping dan menyukai hal-hal yang umumnya dilakukan perempuan. Kalau dia melakukannya, Jessy tidak akan ngambek atau cemburu lagi dengan akun fanbase itu. 

Selepas bicara dengan Airin, Marlen pun memberanikan diri menghampiri Jessy yang tengah mengambil minuman kaleng di vending mechine. Gadis itu sedikit kaget melihat Marlen di dekatnya dengan wajah takut-takut. 

"Ngapain lo?" tanya Jessy.

Marlen mulai menelan saliva. Tak jauh dari pandangannya ada Airin yang diam-diam mengintip dan memberi kode untuk segera bicara; ayo bilang! pulang sekolah shopping, gitu! 

"Oy," tegur Jessy lagi, bingung kenapa lelaki itu tak juga bersuara dan malah melirik-lirik sesuatu di belakangnya. 

"Ugh---Jessy udah punya baju buat acara besok?" tanya Marlen.

Jessy memicing curiga. Pikirnya pasti Marlen akan mengajak beli baju couple. "Belum."

Marlen kembali melirik Airin yang sudah mengacungkan dua jempol; bagus! lanjutkan! dan itu membuat Marlen percaya diri.

"Ugh---gimana kalau kita---" 

Marlen tak dapat melanjutkan pembicaraan karena ponselnya berdering. Rupanya panggilan masuk dari Julian membuat momentnya jadi agak kacau. Jessy bersidekap dan menyuruhnya segera mengangkat telepon. Marlen pun mengangkatnya di hadapan Jessy. 

"Len, maaf ganggu pagi-pagi begini. Lo sekolah kan hari ini?" tanya Julian di seberang telepon. Perasaan Marlen mulai tidak enak, dengan sangat terpaksa dia membenarkan. "Oke, pulang sekolah ke kantor, ya. Ada yang penting soalnya tentang last take lo."

Marlen menatap Jessy dengan tampang bersalah. Sementara Airin yang masih menyimak di kejauhan mulai menebak kalau ajakan itu gagal. Hah, penonton kecewa. 

"Apa-paan sih tu orang," gerutu Jessy. Mukanya kusut sekali di jam delapan pagi ini. 

Airin yang ikut menjadi saksi bisu kejadian barusan turut sedih dengan mood buruk sahabatnya ini. Dia pun mendekati Jessy, berupaya menghibur. 

"Jess, udah baca undangannya belum?" tanya Airin. 

Jessy segera meliriknya. "Udah."

"Menurut lu adek gue perempuan atau laki?" 

Walaupun kelihatan bete, Jessy tetap menjawab. "Perempuan."  

Airin mendelik tak menyangka. Dia segera memeluk Jessy dramatis. "Oh My God! Welcome to pink gang, babe! Lo pasti bakal pake baju pink lagi kan? Nggak sabar lihat outfit lo besok!"

Jessy belum merespons, tapi dia menekuk wajah mendengar Airin menyebut kata outfit. Jessy kan paling prepare soal penampilan. 

Sedetik kemudian mereka berdua kompak melihat Marlen yang baru masuk kelas dengan tampang bersalah dan takut. Airin melepas pelukan dan berbisik ke arah Jessy, seolah tak tahu apa-apa. 

"Lo masih ngambek sama pacar lu?"

Jessy mengerutkan kening. "Sotoy lu."

"Cerita aja kali, Jess. Kita kan bestie, gue bisa dijadiin temen curhat kok."

Mendengar itu, Jessy berdecak. Diambang keraguan antara menceritakannya atau tidak, tapi akhirnya dia melipat tangan dengan muka bete dan menjelaskan. "Kayaknya gue terlalu toxic ya kalau nggak suka sama akun fanbase?"

Airin takjub kalau gadis ini mengakui dirinya cemburu. Bayangkan saja, seorang Jessy De Sevenor cemburu sama lelaki polos dan suci seperti Marlen, betapa pentingnya hubungan mereka di mata Jessy. Dunia ini memang tak bisa ditebak. 

"Lu masih masalahin akun itu? Duh, wajar kali kalau lu cemburu. Itu nggak toxic kok, itu tanda kalau lu sangat cinta mati---"

"Lebay lu, nyet!" seru Jessy dengan kesal. 

Airin terkekeh. "Ya lagian ... toxic tuh kalau lu nggak pernah support Marlen. Emang nggak pernah lu support dia?"

Tumben Airin bijak. Jessy jadi kepikiran.

Saat pertama kali Arian bilang Marlen akan jadi aktor, awalnya Jessy tidak percaya. Siapa coba yang menduga lelaki introvert level max dan gamers alay itu akan melawan arus jadi aktor? Tahu-tahu ada sutradara yang tertarik dengan visualnya dan hanya modal itulah yang membuatnya ditarik ke dunia akting. Angin pun tak bisa menduganya. Namun, bukan berarti Jessy tidak support. Justru dia sangat mendukungnya. 

Dari casting, masuk kelas akting dan terapi, Jessy selalu ada. Bahkan dia bela-belain menonton semua konten dari studio Stars Cinema dan merasa tak ada hal-hal yang mengganggunya ... setidaknya sampai dia menemukan akun fanbase itu. 

"Support lah," bantah Jessy. "Tapi gue lihat tuh di akun fanbase kalau dia suka dijodoh-jodohin sama si Bea cukai."

"Bea Morales, Jess," ralat Airin. "Ah, namanya juga akun support. Yang begitu udah biasa kali."

Jessy tidak menanggapi lagi dan hanya mendengkus kesal. 

"Lenji nggak ngajakin lu shopping gitu atau dinner?" tanya Airin lagi. Penasaran dengan hasil akhir idenya tadi. 

"Kayaknya tadi tuh mau ngajak, tapi dia disuruh ke studio. Lu bayangin deh, padahal kan syutingnya udah kelar seminggu yang lalu. Ngapain lagi coba di sana?" seru Jessy. 

Airin ber-oh ria. Kasihan juga pasangan yang tidak pernah ngedate ini, sekalinya niat ngedate harus ada gangguan. Ah, kalau ada Arian pasti dia akan mengatur strategi lain agar Jessy dan Marlen bisa ngedate tanpa hambatan seperti waktu itu. 

Sedetik kemudian, Airin menjetikkan jari. "Gue ada ide."

"Nggak usah, simpan ide lu. Ntar ide lu jelek lagi," potong Jessy meruntuhkan harga diri Airin. 

"Yeeu, dengerin dulu, anjir!" Airin mulai sewot dan tak mau kalah membuat Jessy akhirnya mendengarkan ide Airin. Dia pun mulai menjelaskan idenya sampai Jessy mengeluh. Benar firasatnya, ide gadis itu tak ada yang beres. 

◽◽◽

Marlen pikir setelah syuting, dia akan diberi waktu pemulihan dan bersantai dengan tenang di kamarnya sembari memikirkan cara bagaimana bisa mendapat izin Mami mengikuti turnamen League of Legend serta kembali bucin dengan Jessy. Ternyata tidak berhenti sampai di situ, masa istirahatnya harus diganggu lagi oleh film ini. 

Sepertinya dia akan bertekad untuk menjadikan ini pertama dan terakhir dirinya keluar dari zona nyaman, persetan dengan nasihat bijak Arian waktu itu, dia akan kembali mengurung diri di balik selimut dan hanya memikirkan game saja. 

"Lenji," tegur Julian, biang kerok yang memberitahunya untuk ke lokasi syuting pulang sekolah. "Tepat waktu, bro!"

"Ada yang harus di take ulang?" tanya Marlen dengan polosnya. 

Julian tersenyum lebar dan menggeleng. "Lo tahu nggak hari ini hari apa?" 

"Hari kamis?" jawab Marlen.  

Julian menyambut dengan gembira. "Itu bener! Tapi yang paling penting, hari ini hari ulang tahunnya Bea, kita bakal bikin suprise!"

"Eh?" tanya Marlen. 

"Iya. Jadi kita bakal ngeprank Bea ke sini. Ceritanya lu bikin skandal dan filmnya dibatalin. Pak Demas juga bakal ikut prank nanti. Tebak deh, ini bakal jadi konten seru kita!" Julian mulai menjelaskan dengan penuh energi. "Nanti kalau dia udah nangis gitu lu datang bawa kue, ya."

Marlen tak diberi kesempatan menanyakan kejelasan situasi ini karena Julian segera mendorongnya masuk ke ruangan Pak Demas. Sementara mereka sudah mengatur strategi prank dengan serius dan membiarkan Marlen berdiri seperti orang bodoh. Dia benar-benar tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi---kenapa harus dia yang bawa kuenya?

Mereka mengatur skandal Marlen yang tidak ramah dengan penggemar hingga penggemar menuntut pemeran Gemini diganti dan membuat petisi palsu mengganti pemain film tanpa persetujuannya. Marlen tak menyangka mereka seniat itu membuat prank dan lebih anehnya lagi, Bea mempercayai prank konyol itu. Setelah menerima telepon, dia langsung datang ke studio dan menemui Pak Demas. Marlen sempat mendengar sedikit percakapan mereka. 

"Pak, ini tuh project kedua saya jadi pemeran utama. Nggak ada pertimbangan lain, ya? Kan kita bisa ajarin Lenji jadi ramah ke penggemar. Ini juga pengalaman pertama dia kan, pak?" pinta Bea dengan raut muka penuh harap. "Maaf banget, pak. Tapi ini termasuk ngecewain penggemar Gemini dan Virgo. Saya udah klop banget sama Lenji, pak. Kalaupun diganti, emang ada yang seimut Lenji?"

Wah, gawat! Bea menganggap Marlen sebagai lelaki terimut yang dia jumpai.

"Maaf, Bea. Kita memang tetap lanjutin project ini, tapi harus mulai dari awal. Kita nggak bisa pake Lenji atau kamu lagi." Pak Demas memasang wajah pura-pura prihatin. "Kalau hanya Lenji yang diganti, saya rasa mereka akan membanding-bandingkan dia dengan orang lain sebagai pasangan Virgo. Jadi kamu harus ikut ke situasi ini."

"Pak, tolonglah. Kasih tolerasin ke Lenji sama saya, pak. Saya udah cinta banget sama peran Virgo!" seru Bea dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf, Bea. Kita akan memutus kontrak Marlen hari ini juga dan akan casting pemain baru," jawab Pak Demas lagi. 

Marlen memicing ketika drama diakhiri dengan Bea yang mulai menitikkan air mata. Tidak heran kenapa Pak Demas jadi sutradara, karena dia pun menyusun alur drama dengan baik. Wajib diberi bintang lima.

Detik berikutnya, kru lainnya segera mendorong Marlen masuk memberi kejutan dan mereka semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Bea terkejut dan melihat satu per satu wajah semua orang yang masuk ke ruangan. Yap, ini prank. Misi selesai.

"Wah, gila. Aku udah shock banget lho hari ini. Ternyata cuma prank?" seru Bea sambil menghapus air mata. 

"Ya prank dong. Mana mungkin anak baik dan polos seperti Lenji ada skandal kasar ke penggemar? Dia kan Gemini, cute boy," pungkas Pak Demas. 

Lalu mereka menyuruh Bea memotong kue dan memberikan potongan pertama pada Marlen. Dia melakukannya! Rasanya Marlen ingin menangis saja dengan situasi ini karena semuanya dilakukan dengan paksaan. Bagaimana ini?

Sementara itu, di tempat lain sudah ada Jessy, Airin dan Adly---yang terpaksa diseret dalam masalah bodoh ini---mengunjungi studio Stars Cinema tanpa alasan yang pasti. 

"Ngapain nguntit dia lagi syuting?" tanya Adly, sebelum setuju ikut dengan mereka.

"Ini tuh bukan nguntit, tapi mau diam-diam ke sana buat kenalan. Jessy harus dikenalin sebagai pacar resminya Lenji," jawab Airin, percaya diri. "Lo harus ikut biar gue punya temen saksi!"

Adly mengembuskan napas panjang, yakin seratus persen ini pasti inisiatifnya Airin. Siapa lagi yang punya ide bodoh dan nekat ini selain dia? Tampaknya gadis itu harus dijelaskan perbedaan tata cara menguntit dan memperkenalkan. Marlen bahkan tidak mengajak mereka dan merencanakan perkenalan!

 Pada akhirnya, dia ikut saja. 

Mereka menuju studio Stars Cinema, bersembunyi di balik semak-semak. Rencana Airin adalah; mereka akan menangkap Marlen kalau lelaki itu kelihatan batang hidungnya dan akan muncul di hadapan teman-teman untuk memperkenalkan Jessy sebagai pacarnya. Airin membayangkannya dengan antusias; pasti ini akan jadi moment seru dalam hidupnya karena jadi saksi bagaimana Marlen memperkenalkan Jessy di hadapan para aktor!

Mereka menunggu hampir setengah jam setelah Bea Morales masuk ke studio. 

"Rin, serius deh. Ini tuh malu-maluin doang! Lagian kalau emang dia mau ngenalin, harusnya ngenalin dari awal nggak sih? Udah pasti dia ngakunya jomblo sama mereka!" seru Jessy. "Mending balik deh ...,"

"Itu Marlen keluar!" seru Airin, menahan lengan Jessy agar tetap di tempat. "Lho, kok dia nangis ya?"

Mereka semua menoleh ketika pintu studio terbuka dan Marlen keluar dari sana. Anehnya, permukaan muka lelaki itu penuh dengan whipped cream dan sepertinya dia menangis. Entah apa yang terjadi, tapi Jessy tergerak untuk segera menghampiri dengan perasaan kasihan. Pikirnya Marlen pasti dibully orang-orang di sana. 

Namun, langkahnya tak dilanjutkan saat Bea menyusul Marlen. Mereka bertiga malah jadi penonton setia di balik daun. 

"Jess, ini waktunya kita muncul. Ayo! Pura-pura nyusulin Marlen, habis itu Marlen pasti ngenalin lo sebagai pacarnya!" Airin mulai memanaskan suasana. Dia menarik tangan Jessy agar mendekati mereka tapi Jessy menggeleng dan menetap di tempatnya. 

"Kenapa, Jess?" tanya Airin. 

Jessy tak menjawab. Matanya terus memandang lurus ke depan; Bea berhasil menyusul Marlen, menarik dan menenangkannya di depan pintu masuk. Sebentar, wajah gadis itu juga penuh whipped cream. Jessy menduga kalau ada yang ulang tahun dan mereka jadi korban cream cake. Tandanya Marlen bukan dibully. Syukurlah. 

Semakin lama mengamati, mereka bertiga mematung saat Bea membersihkan muka Marlen dan berkata; "Maaf, ya. Gue nggak tahu lo nggak suka whipped cream. Tapi ... makasih ya udah surprise-in gue."

Lalu, mereka melongo saat adegan terakhir di mana Bea mendekat dan mencium pipi Marlen. 

Ini adalah fenomena sosial yang tak terduga! Airin segera melirik Jessy di sela-sela mulut menganga---Jessy juga melakukan hal sama. Airin mengira Jessy akan mengamuk karena bisa-bisanya Bea mencium pipi Marlen di depan mata mereka. Bukankah itu yang biasanya Jessy lakukan kalau ada yang tidak dia sukai? Ngamuk brutal.

Salah besar. Ternyata Jessy tidak segarang itu. Walau mukanya kelihatan marah, tapi dia malah memilih melangkah mundur. 

"Jess, tunggu!" seru Airin. Jessy tak bisa ditahan lagi. Dia pergi. Airin pun menatap Adly---yang sejak awal terpaksa menyimak drama pasangan aneh ini dengan wajah datar. "Marlen selingkuh!" 

Sekali lagi, Adly mengembuskan napas panjang. Tolonglah, dia tak peduli. 

Malam harinya, Airin merasa bersalah memikirkan kejadian hari ini. Bagaimana tidak? Ini idenya; membawa Jessy ke studio itu dan merencanakan perkenalan. Ide yang menuruknya indah diimajinasikan, tapi apa yang mereka dapatkan? Marlen selingkuh! 

Padahal besok gender reveal party Mamanya dan Airin sudah excited mengundang teman-temannya. Harusnya besok jadi hari yang baik, bukan? 

Kenyataan mengejutkannya lagi, Airin mengirim pesan untuk tahu apakah Marlen masih mengajak Jessy dinner malam ini? Mana tahu hubungan mereka membaik dan Jessy hanya ngambek beberapa jam saja. Ekspektasinya runtuh ketika lelaki itu membagikan tangkapan layar pesan dari Jessy; kita putus

"Mereka putus? Ai, mereka putus!" seru Airin pada Aishiteru. Kucing gendut itu pun tak peduli.

Tak sampai di situ, Airin mengirim pesan pada Jessy saking kagetnya mendengar kabar buruk itu dan Jessy membalasnya dua jam kemudian. 

Jessy:
mbb, iya udh putus
btw lu lihat deh rambut baru gue
cakep kan?

Airin tak kuasa menahan kagetnya lagi manakala Jessy mengirim selfie mirrornya di salon Annaconda. Sungguh, dia akan menobatkan hari ini sebagai hari kaget sedunia. Mulai dari Marlen yang selingkuh dan Jessy yang merubah gaya rambutnya. Ya, dia siap meresmikan hari itu sekarang!

◽ TO BE CONTINUED ◽

...

chapt 44; bad blood

coming soon!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro