Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TEAM: 22: SALTY

HAPPY READING

...

Aurelie memandang dirinya di cermin. Malam ini, tubuhnya dibalut A-line dress berwarna putih yang panjangnya di bawah lutut, tak lupa dengan jepitan berbentuk pita yang menghiasi rambut hitamnya, mengkilap di bawah sinar lampu. Sekarang dia menjadi Aurelie yang anggun seperti biasanya.

"Lo yakin mau ikut pertemuan malam ini?" tanya Jessy, di depan pintu.

Aurelie memutuskan pandangan dari cermin dan melirik Jessy. Berbanding terbalik dengan penampilannya, Jessy menggunakan mini dress cocktail yang memperlihatkan setengah pahanya. Gadis itu memang suka berpenampilan feminim, kendati tampangnya garang abis dan sikapnya malah seperti gadis tomboy. Keluarga mereka tak terlalu menyukai gaun-gaun yang panjangnya di atas paha. Dan karena itu pula Jessy menggunakannya.

Jessy memang selalu menggunakan apa yang tak disukai keluarganya.

Untung saja warna rambutnya sudah hitam lagi. Jadi, cemoohan keluarga padanya mungkin takkan sebesar kemarin-kemarin.

Malam ini mereka ada pertemuan keluarga karena Gerald Sevenor berulang tahun. Dress code mereka adalah putih, warna berlambang suci yang selalu menjadi ciri khas topeng mereka pada khalayak. Pestanya tentu saja hanya dihadiri oleh keluarga besar Sevenor yang menurut Jessy akan sangat membosankan karena memainkan musik-musik monoton seperti akhir tahun, lalu pembahasan mereka takkan jauh-jauh dari pencapaian terbesar keluarga, mengulang kembali sejarah lama di mana mereka memperjuangkan harkat dan martabat keluarga serta mengapresiasi kedudukan mereka sebagai keluarga terpandang di tengah kota metropolitan ini. Yap, acara malam ini cukup mudah ditebak.

"Ini kan ulang tahun kakek," jawab Aurelie.

Jessy bertanya seperti itu tentu saja karena tak ingin sepupunya jadi bulan-bulanan cemoohan keluarganya. Belum lagi harus mendengar Aurelie yang dibanding-bandingkan dengan Adnan perkara PIN emas yang gagal diraihnya kemarin, membuat mereka menganggap bahwa kegagalan Aurelie adalah hal yang paling memalukan tahun ini. Ya, itu pasti akan dibahas.

"Buat nyenengin kakek doang nih?" tanya Jessy, kedengarannya seperti mengejek. Gadis itu menyentuh dress Aurelie sambil memuji, "But, you look gorgeous. I like the dress ...,"

Aurelie tersenyum hangat. Sekiranya pujian yang sama harus dilontarkan juga karena saat ini Jessy juga terlihat cantik. Di luar dari permasalahan warna rambut yang sering berganti, sejujurnya Aurelie lebih suka melihat sepupunya menggunakan rambut gelap itu. Bukan karena mencirikan identitas keluarganya, tapi karena aura gadis itu berkali-kali lipat lebih cetar dibandingkan warna lainnya.

"Omong-omong, ada yang pengen gue omongin," ucap Jessy seketika.

Senyum Aurel memudar, ganti menjadi wajah yang serius mendengarkan.

"Tentang apa?"

"Tentang ...," Jessy mengembuskan napas panjang ketika mendengar bunyi heels dihentakan. Dia tak meneruskan ucapan, melainkan melingkarkan tangan di lengan Aurel yang kebingungan dan ikut menghadap pintu.

"Girls, kalian nggak mungkin terlambat di acara penting ini kan? Ayo, Adnan udah nungguin di bawah," kata Johan. "Oh My Gosh, Aurelie ... kamu cantik banget malam ini."

Aurelie hanya tersenyum canggung. Bukan hal baru mendengar Johan hanya memuji dirinya dibanding Jessy, padahal gadis itu yang paling berbeda malam ini. Malah wajah wanita itu tampak pasrah setelah melihat dress yang dikenakan Jessy, seperti tahu kalau dia akan selalu melakukannya. Air mukanya seakan mengatakan 'bagus, Jessy. siap-siap saja keluarga kecilmu ini akan dibahas di pertemuan keluarga'. Dan Jessy hanya tersenyum sok imut.

Ini adalah pertama kalinya Aurelie berani ikut dalam acara keluarga setelah beberapa saat melarikan diri karena gagal meraih PIN emas tahun kemarin. Setelah mengecewakan Johan karena tak mengikuti lomba artikel ilmiah, Aurel merasa tak punya nyali lagi menatap semua orang di rumahnya. Terlebih Adnan yang setiap berpapasan lebih sering melemparkan pandangan tidak suka. Siap tidak siap, Aurel harus melewati hal ini.

Mereka tiba lebih awal dari waktu yang ditentukan. Namun, seperti biasa pula kediaman utama town house itu selalu ramai. Perkumpulan kecil-kecilan terjadi di setiap sudut ruangan, sekedar menanyakan kabar karena beberapa di antara mereka baru tiba dari luar negeri.

"Kalian tahu Rosalia yang tinggal di Luksemburg kan?" Johan berbisik pada Jessy dan Aurel membuat kedua gadis itu mengangguk. "Hari ini dia datang khusus melihat perkembangan Adnan sebelum berangkat dan mungkin ... akan bertahan di sini beberapa minggu. Kalian tahu kalau Rosalia itu cucu kesayangan Kakek kan? Jadi nanti kalau kalian bertemu Rosalia, gunakan bahasa yang baik. Oh ya, satu lagi. Jangan lupa tentang perkembangan kalian di program PIN, ceritakan hal menarik itu."

Jessy mengernyit bingung, "Tapi ...,"

"Nggak ada tapi, Jessy." Johan memotong terlalu cepat dan tersenyum, perlahan tubuhnya menjauhi kedua gadis itu dan masuk ke perkumpulan kecil di sudut ruangan, menyapa saudara-saudaranya dan tentu saja membangga-banggakan Adnan di hadapan mereka seolah dia menjadi orang tua yang paling sukses di muka bumi ini.

Sementara itu, Jessy yang ditinggalkan hanya bisa mendengkus, "Tapi kan nggak ada hal menarik yang harus diceritain."

"Mungkin maksud tante, ceritain aja apa yang kita lakuin selama di program PIN." Aurel berusaha meluruskan dengan tenang.

"Sama aja," kilah Jessy sambil merotasikan netranya.

Mereka memandang sekeliling, belum menemukan keberadaan Gerald Sevenor di sana. Pada akhirnya, mereka hanya membalas sapaan kerabat yang terlebih dulu mendatangi. Beberapa di antara mereka terkadang melemparkan candaan sarkas mengenai penampilan Jessy seperti, "Dress kamu belum jadi kok udah dipake aja sih, Jess?" tentu saja hal itu ditujukan atas paha Jessy yang terpampang nyata membuat mereka triggered berat. Dan Jessy yang sebenarnya sudah gatal ingin balas menyarkas terpaksa harus menahan mulutnya lebih sabar manakala Aurelie memberi kode untuk diam. Balas saja dengan senyuman. Sial.

Ini sih lebih kelihatan seperti Aurelie sedang mengasuh Jessy yang cosplay bocah tengil dengan mulut super pedas di acara keluarga.

Tak berapa lama kemudian, semua perhatian teralihkan pada seorang wanita yang masuk dengan short coat putih dibiarkan membalut begitu saja di kedua bahu sementara rok putihnya menutupi lutut. Itu Rosalia, sepupu mereka yang tinggal di Luksemburg selama lima tahun dan baru kembali ke Indonesia. Wanita itu menyalami satu per satu orang yang ada dia temui, sesekali mereka berbincang singkat sekedar menanyakan kabar dan cuaca selama perjalanan menuju Indonesia. Eksistensi wanita itu seperti superstar di tengah-tengah keluarga ini.

"Aurelie, Jessy? Sudah sebesar ini ya ternyata."

Rosalia menghampiri Aurel dan Jessy dengan senyuman manis. Disambut dengan pelukan hangat. Beberapa pasang mata tertuju ke arah mereka, lebih tepatnya memandang Rosalia dengan antusias karena wanita yang mereka tunggu kedatangannya tiba juga.

Aurelie tentu saja ikut antusias dengan kedatangan wanita itu. Rosalia Sevenor, salah satu cucu kesayangan Gerald karena selalu patuh dan membanggakan sejak dulu. Aurelie ingat sekali Johan selalu menjadikan Rosalia sebagai standar kesuksesan mereka. Bagaimana tidak? Wanita itu penyabet PIN emas angkatan pertama di SMA Bintang Favorit, menyelesaikan sarjana dan menjadi lulusan terbaik dengan gelar summa cumlaude di Columbia University serta melanjutkan pendidikan master di Harvard. Semua keluarga mereka selalu antusias jika membahas tentang Rosalia Sevenor.

"Kayaknya waktu aku terakhir kali di sini kalian baru lulus SD deh. Kalian pasti udah SMA kan sekarang?" tanya Rosalia.

"Iya, kak," jawab Aurelie dengan sopan.

"Nggak nyangka, ya. Dulu masih suka mainin make up aku, sekarang udah pada pinter make up. Cantik-cantik lagi," puji Rosalia membuat Aurelie dan Jessy membalasnya dengan senyum. "Tapi kalau kalian udah SMA, pasti kalian sekolahnya di SMA Bintang Favorit. Sekolah langganan keluarga kita itu."

"Ya, kebetulan tahun ini kita juga sekelas." Kali ini Jessy yang menjawab.

"Gimana? Tahun ini harusnya salah satu antara kalian berdua peraih PIN emasnya. Aurelie?"

Ini dia. Pembahasan yang Aurel hindari selama berminggu-minggu dari keluarganya, tapi malah checkmate sekarang. Bahkan acara ulang tahun ini belum di mulai. Aurel juga bisa merasakan beberapa keluarganya mulai menghunus tatapan intimidasi karena mereka pasti sudah tahu jawabannya.

"Nggak satu pun dari mereka yang dapat PIN itu," jawab Adnan, seketika. Tak mau terlalu canggung dengan situasi walaupun Aurel sudah memulainya. "Mereka bertahan di PIN perak."

Rosalia tampak terkejut membuat Jessy merasa wanita itu mulai lebay seperti keluarga mereka yang lain. Pasti sesaat lagi akan terjadi war antara mereka. Jelas juga terlihat dari air muka Johan yang pasrah akan situasi canggung ini.

"No way," lirih Rosalia. "Kenapa? Adnan aja bisa lolos PIN emas, kok kalian nggak? Kalian tahu nggak kalau keluarga kita turun temurun nggak pernah lepas dari PIN emas itu?"

Jessy menahan untuk tidak membuka suara karena kasihan pada Johan. Dia tahu, sekalinya dia buka suara maka respons orang-orang di sekitarnya hanya menggelengkan kepala dan menganggapnya tidak sopan. Itu hanya akan membuat Johan tambah malu dan kehilangan muka.

"Aurelie, Jessy, aku pikir kalian nggak pernah lupa ajaran keluarga kita. Setiap minggu kalian selalu diajarkan untuk punya tujuan dalam segala bidang dan keluarga kita selalu mengedepankan citra kita. Tujuan kalian harus satu, jadi yang terbaik di manapun itu."

"Kita hanya nggak dapat PIN emas kok. Dapat PIN perak aja udah jadi pencapaian terbaik. Why don't we just look at that side?" jawab Jessy, suaranya pelan berusaha terdengar tidak nyolot.

"Because that's not the goal, Jessy. Kalian harus paham itu. Kalian nggak tahu ya kalau keluarga kita itu mati-matian jadi yang terbaik biar nggak dipandang sebelah mata?"

"She always ... didn't care about that. She's just care about her embarrassing boyfriend," balas Adnan.

Ini dia pemantiknya! Jessy menatap tajam Adnan yang sudah puas membangkitkan emosi dalam dirinya.

"Obsessed banget ya lo bahas-bahas itu mulu?!" seru Jessy.

Rosalia ikut kaget melihat Jessy menyahuti Adnan seperti itu. Pikirannya seakan mengatakan ada yang salah dengan adik sepupunya ini setelah lima tahun ditinggal. Padahal mereka memang begitu adanya ... bertengkar tak kenal tempat.

"Hey, kalian nggak mungkin merusak acara malam ini kan?" Johan menengahi dengan tawa canggung. Dia merangkul Jessy dan Aurelie dari belakang sambil melirik Rosalia. "Ah, agak susah berhadapan dengan remaja ya, Rosalie. Mereka ini ... beda dengan zaman kita dulu. Mungkin ini yang dinamakan pergeseran zaman."

Rosalia ikut terkekeh. Mencerna ucapan Johan barusan sambil memandang dress Jessy. "Ya, remaja zaman sekarang memang suka ikut trend dan gabung dalam siklus modernisasi. Termasuk dress yang dipakai Jessy. I like it."

Sheesh! Jessy terperangah. Pikirnya wanita ini mungkin bisa lebih open minded menerima dirinya yang pembangkang atas aturan aneh keluarga mereka, termasuk dalam berpakaian. Tapi, tidak. Dia malah dua kali lipat lebih sarkastik dibanding keluarga mereka yang lain. Pantas saja dia jadi cucu kesayangan Gerald.

Sepertinya musuh Sevenornya akan bertambah lagi setelah Adnan.

Beberapa saat kemudian, acara di mulai. Gerald Sevenor hadir di tengah-tengah mereka, kali ini wajahnya berseri-seri seperti baru memenangkan undian. Kalau Aurel tebak, pria tua itu pasti gembira cucu kesayangannya datang di acara ulang tahunnya setelah sekian lama. Wajah yang biasanya serius dan tegas itu disimpan untuk waktu yang lama. Sementara keluarga mereka mulai berganti mengucapkan selamat ulang tahun dan berpidato singkat, untaian harapan ulang tahun terdengar seperti yang sering terjadi. Hanya saja kali ini untaiannya tidak secanggung tahun-tahun sebelumnya.

"Sebelum turun, saya tahu hari ini akan seramai daripada ulang tahun saya sebelumnya. Tapi, memang seperti ini keluarga kita. Lebih sering bersuka cita dan bersenang-senang. Perayaan kali ini bertepatan dengan kepulangan Rosalia Sevenor yang namanya harum di mana-mana. Dan sebentar lagi, Adnan akan menjadi penerus keluarga kita yang berprestasi dan membanggakan." Gerald memulai pidato-nya yang membuat Jessy jenuh. Sesungguhnya gadis itu mulai mengantuk setiap Gerald bicara.

"Kelak kalau kita tidak ada lagi, generasi kita seterusnya yang akan melangsungkan perayaan menyenangkan seperti ini. Harusnya begitu, kan?" Gerald tersenyum lebar melirik Aurelie dan Jessy yang menyudutkan diri di ruangan. "Kebetulan sekali keluarga kita punya empat anak remaja sekarang dan semuanya anak-anak Johan. Ah, Johan pasti kesulitan selama sepuluh tahun belakangan ini karena selain Jessy dan Joshua, ada Adnan dan Aurelie yang harus dia didik agar keluarga kita tidak keluar dari batas kesuksesan."

Mendengar itu Johan tertawa, "Sama sekali tidak, papi. Kehadiran Adnan dan Aurelie malah membuat kita antusias. Mereka anak-anak yang penurut."

"Ya, setidaknya mereka tidak lebih sulit dibanding Jessy. Saya sedikit terkesan dia mau mempertahankan warna rambut itu sekarang meski penampilan dia tidak mencirikan keluarga kita yang sebenarnya."

Jessy yang tadinya ingin menguap diurungkan setelah semua pasang mata tertuju ke arahnya. Mulai lagi, mereka menatap Jessy dengan remeh. Senyum mereka tak lebih dari senyum mengejek. Pada akhirnya dia hanya bergumam, "Iya. Omongin aja terus sampe kenyang."

"Maafkan Jessy, papi," ucap Johan lagi dengan raut canggung.

Meskipun mereka suka meroasting Jessy, tetap saja tidak merubah kenyataan kalau Jessy adalah keluarga Sevenor. Mana mungkin mereka mengabaikan gadis itu.

"Majestic Art, proyek kolaboratif dengan Art Market sebentar lagi di mulai. Keluarga kita sudah banyak bekerja keras demi kelancaran proyek internasional ini. Dan seperti berita yang sudah tersebar, tahun ini kita mempunyai bintang tamu yang luar biasa. Arian Morgan dari MG yang suka rela dengan grand piano-nya. Tahun ini akan menjadi tahun keluarga kita bersinar ...," Gerald tersenyum lagi, kali ini melirik Aurelie. "Keluarga kita pernah terpuruk. Tapi kita tidak akan membiarkan masa-masa kelam menghantui lagi. Sevenor akan terus dipandang dengan hormat. Kita akan menjalani tahun-tahun kemenangan dan menyelesaikan apa yang harus kita selesaikan."

Pidato yang membosankan, bukan? Tapi entah kenapa, Aurelie merasa pria tua itu seolah-olah bicara hanya padanya.

"Hari ini untuk kakek yang paling berjasa di keluarga ...," Rosalia mengangkat gelas mocktail-nya, mengajak bersulang dan langsung saja keluarga lain ikut menyetujui tindakan tersebut dengan mengangkat gelas mereka. Gerald menikmati itu dengan senyuman puas.

"Mood dia tuh lagi bagus banget ya," lirih Jessy ke arah Aurelie.

Ya, Aurel juga merasa begitu. Untuk beberapa alasan, selain karena ulang tahun, itu pasti karena kedatangan Rosalia dan bentuk rasa bangga dia pada Adnan yang meneruskan sindikat PIN emas di keluarga. Pria tua itu sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Seperti sesuatu yang besar baru saja terjadi dan itu sungguh aneh.

Di tengah-tengah keluarga yang bersuka cita, Aurel menyipitkan matanya skeptis.

"Jess, soal tadi ... apa yang sebenarnya mau kamu omongin?" Aurel berlirih. Untung saja mereka berdiri dengan jarak yang agak jauh dari keluarga, jadi dia merasa sedikit bebas bicara dengan Jessy.

Jessy melirik Aurel. Sekarang dia sadar kalau gadis itu menggunakan sisi lain dari yang biasanya; bagian lain dari Aurel ketika wajahnya berubah serius.

"Ya soal ... keluarga ini," jawab Jessy, pelan. "Mereka udah tahu tentang Sunny."

Aurel segera balas menatap Jessy. Tanpa mereka sadari, Gerald menyeringai ke arah mereka.

TO BE CONTINUED

...

another chapter, another families, another drama 😈

gatau kenapa setiap nulis Sevenor aku selalu kepikiran keluarga vampir lol

kalau menurut kalian, vibes Sevenor itu gimana?

ramaikan cerita ini yaa ⭐⭐⭐⭐⭐

...

chapt 23; demi medali

coming soon!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro