Tujuh
Rapat gabungan OSIS dan Pramuka berjalan selama satu setengah jam. Lama sekali memang karena perubahan rencana yang mendadak.
Hari Pramuka yang jatuh selisih tiga hari dengan hari kemerdekaan menyebabkan Pak Neru, sang kepala sekolah, melontarkan sebuah ide.
"Gimana kalau acara tujuh belasan dibarengin sama hari pramuka?"
Ide bagus sebenarnya.
Tapi kenapa Pak Neru baru menyampaikan hal itu H-7 acara!!? Kan jadinya harus menyusun ulang kembali rancangan, susunan, proposal dan lain-lain.
Tetapi tak ada yang berani menentang Pak Neru :(
"KAMPRET LAH ITU KEPSEK SIALAN!!" Lon misuh-misuh. Kuroneko si sekretaris pramuka gak jauh beda dengannya.
Mereka berdua kan sekretaris. Jelas tugasnya yang paling berat, bikin susunan acara dan proposal. Kalau ketua mah cuma tinggal nyuruh dan tanda tangan. Wakil mah nyantai doang. Bendahara cuma nagih-nagih sama main kalkulator.
Dunia betul-betul kejham.
"Lon, Kurnek, proposal kudu jadi lusa," kata Soraru, bikin para mbak sekretaris makin stres.
"CEPET BANGET SEEEHH!!?" protes Lon dan Kuroneko. Soraru mengedikan bahu dan berlalu begitu saja, sedangkan Kashitaro mencoba tersenyum menenangkan.
"Kalau begitu, Kuroneko mau kubantu?"
Tawaran dari Kashitaro membuat Kuroneko berbinar. Untung aja dia masuk Pramuka yang ketuanya perhatian. Gak kayak si Soraru.
"Kashi!! Gua mau masuk pramuka dong!!" Lon merengek.
"Eh mbaknya mau selingkuh dari OSIS nih ceritanya? Aduh beuh... Parah ngik!" sahut Urata.
Lon mencibir, "Diyem lu tanuki pendek fans-nya Ronaldowati! Kayak gak pernah mau keluar OSIS aja lu!"
"Eh anjing!" Urata mengumpat, "Tapi emang pernah sih."
"Eh? Ura-chan mau keluar dari OSIS? Jangan dong... Nanggung juga bentar lagi lengser," Senra memelas, membuat Urata jadi gemas.
Gemas ingin menampol.
"Lu tau gak? Alasan gua mau keluar dari OSIS tuh ya gara-gara elu, Titan! Tugas lu dilimpahin semua ke gua!"
Senra cengengesan.
Tiba-tiba Soraru datang menghampiri, "Urata, ada yang nyariin nih!"
Urata menoleh ke arah pintu ruang OSIS dan mendapati sosok pemuda berambut merah dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.
Sakata.
"Urata, sudah selesai rapatnya?"
Demi kerang ajaib yang dipuja-puja Spongebob, Sakata nyariin dia nih ceritanya?
Terus kok dia tahu kalau Urata lagi rapat?
"URATAAAA!!! PANGERANMU JEMPUT!!!" gak usah ditanya lagi itu suara siapa. Urata langsung menggeplak kepala Lon.
"Pangeran?" Kuroneko memiringkan kepala.
Lon langsung mencengkeram bahu gadis tomboy itu dengan aura fujo yang menggebu-gebu, "Tau ga sih! Urata kayaknya ada hubungan chemistry gitu ama itu cowok rambut merah!"
"Demi apa??!" Kuroneko melotot.
Urata menggeplak lagi kepala Lon dengan sedikit keras. Kayaknya dia harus manggil tim trans tujuh buat ruqyah tuh cewek.
Urata pun memilih untuk meninggalkan cewek gila itu a.ka Lon untuk menghampiri Sakata, "Tumben nyari?"
"Kan kamu yang ngajak aku ke game center hari ini," balas Sakata.
"CIEEE!!! AKU KAMU!!!"
Abaikan...
"Kamu tau aku ada rapat darimana?" tanya Urata lagi.
"Pak T," jawab Sakata singkat, "Udah selesai kan rapatnya? Ayo."
Tiba-tiba ada sesuatu yang nepok pundak Urata. Urata menoleh dan mendapati Senra menatap Sakata tajam.
"Ada perlu apa dengan Ura-chan?"
Waduh...
Kenapa nih?
Mana matanya Senra tajam banget lagi kan. Kalo kata anak cewek sih, tajam mempesona. Tapi kalau kata Urata, serem ngelebihin Valak.
Sakata menatap balik Senra, "Ada janji. Emang kenapa?"
Senra menggeleng, kemudian tatapannya berubah lembut ketika melihat Urata.
"Gua boleh ikut gak?"
Eh?
"WUANJE!!! TRISUM!!!"
Abaikan Lon yang jerit-jerit dan Kuroneko yang asik ngemil popcorn.
***
"Lu ngapain ikut sih?" Urata mendelik Senra.
"Emangnya nggak boleh?"
"Emang gak boleh."
Sakata memperhatikan kedua kakak kelasnya itu yang asyik adu argumen, "Ngomong-ngomong kenapa tiba-tiba Urata mengajakku ke game center?"
Urata menoleh kemudian menghela nafas, "Kita taruhan."
Hening.
"HA?! TARUHAN??!" Sakata memekik luar biasa keras, "Lu mau morotin gua ya? Lu tau ga kalau taruhan, judi dan semacamnya itu-"
Plak!
Urata menyentil dahi Sakata (dengan sedikit berjinjit) kencang.
"Bukan itu maksud gua! Jadi gini... Peraturannya, kita main time crisis dua ronde. Kalau gua menang, lu harus ikut jadwal belajar gua dan ga boleh pake alasan ngelak. Kalau lu yang menang... Terserah elu mau ngapain," jelas Urata.
"Kenapa harus time crisis?" Sakata nanya lagi.
"Soalnya waktu itu gua liat elu pengen main itu. Kenapa? Mau ganti game? Fine," Urata melipat kedua tangan.
"Pomp it up!"
Mampus!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro