Empat
Urata menjambak rambutnya sendiri. Dia bingung. Ketika mendapati kertas kuis milik Sakata berada di selipan bukunya.
"Ah, anak kayak dia mah mana mungkin mencari kertas kuisnya," pikir Urata awalnya.
Tapi ketika mengingat amanat yang diberikan Pak T kepadanya, pikiran awal Urata pun goyah.
"Anak itu emang harus ditolong..." Urata memperhatikan kertas kuis yang sudah lecek luar biasa.
Dibacanya soal-soal materi notasi sigma tersebut dan mencocokkannya dengan jawaban-jawaban yang ditulis Sakata.
Benar-benar parah.
Bahkan anak itu menulis, "Untuk Bu Hanatan yang cantik, soalnya jangan susah-susah dong, Bu..." di kolom jawaban pertama.
Anak itu kebanyakan konsumsi micin dan meme awreceh sepertinya.
Urata menghela nafas dan meraih pulpen.
"Aku begini karena permintaan Pak T loh ya!" monolognya sebelum ia mulai membetulkan jawaban Sakata satu per satu.
***
Bukan Sakata namanya kalau dia ingat untuk belajar. Yup, dia lupa akan janjinya untuk belajar bareng dengan Urata di perpustakaan. Pemuda rambut merah itu justru melangkahkan kakinya menuju game center sepulang sekolah.
"Ah, Akira-kun! Selamat datang!" sapa pemilik game center ramah. Sakata tersenyum lebar. Dia memang sudah menjadi langganan di game center itu sejak kecil.
Sakata membeli koin-koin untuk bermain game sebelum mulai menghampiri mesin-mesin permainan terbaru satu demi satu.
Ketika Sakata mulai memasukan koin pada mesin time crisis, tiba-tiba Sakata merasa pundaknya ditepuk seseorang.
"Halo..."
Sakata menoleh dan mendapati Urata tengah tersenyum horor padanya.
***
Sekitar sepuluh menit yang lalu...
Urata tengah sibuk membuat proposal dekorasi. Seharusnya itu tugas sekretaris OSIS atau ketua divisi kesenian. Tapi Lon si sekretaris emang lagi terjebak dengan tugas proposal lain yang menumpuk dan Senra si ketua seni sibuk ngilang. Jadilah Urata yang mengerjakan.
Kurang baik apa coba?
"Urata, struktur dekor buat tujuh belasan udah belom? Si Soraru udah nagih," tanya Lon yang menjabat sebagai sekretaris OSIS.
Urata menoleh, "Udah gua kasih ke Senra kok. Bentar... tumben Soraru nagih kerjaan."
Lon tertawa kecil, "Tau nih kesambet apaan dia. Padahal biasanya molor gak jelas gitu!"
"Kalian berdua kerja atau gua doain tinggi kalian gak nambah," tiba-tiba suara horor milik sang ketua OSIS menyapa.
Soraru sang ketua OSIS tengah menatap tajam duo cebol yang tercatat sebagai anggota di organisasinya itu.
Urata dan Lon auto kicep.
"Rat, struktur dekor lu mana? Biar langsung gua diskusiin ama bendahara," tagih Soraru kemudian.
"Ada di Senra," jawab Urata.
"Oh ya udah," Soraru balik natap layar laptop. Kirain ngetik-ngetik tugas OSIS taunya doi malah lanjut nge-game.
Emang da bes lah itu ketos.
"Urata, lu haus gak?" tanya Lon tiba-tiba.
"Mayan," jawab Urata sambil menyeka peluh, "Mana gerah lagi. AC ruang OSIS kapan dibenerin sih?"
"Tanya si Reol lah! Kan doi bendahara," ujar Lon, "Eh kalo lu haus, beliin minum dong ke Deltamart!"
"Dih ogah! Panas mbak!" seru Urata.
"Lu mau ke Deltamart?" tiba-tiba si ketos nyambung, "Gua nitip Nescafe yak. Yang black."
"Gua nitip Mogu-Mogu leci. Woiii!! Yang haus sini pada nitip ke Urata!! Doi mau ke Deltamart neeehh!!!" Lon jerit-jerit.
Anggota OSIS yang di dalem ruangan pada noleh. Auto datengin itu tanuki pendek sambil nyebutin berbagai macam merek minuman dan cemilan.
Urata cuma bisa tersenyum ke arah Lon, "Anjengla."
***
Selepas dari Deltamart dengan dua kresek penuh camilan dan minuman, Urata berjalan kembali ke sekolah. Hatinya tak luput mengucapkan kalimat kamus pelangi untuk Lon.
Ketika melewati game center yang memang letaknya searah dengan sekolah, Urata mendapati sesuatu.
Sosok pemuda tinggi berambut merah.
Sakata Akira.
Memang Urata baru bertemu anak itu kemarin, tetapi Urata langsung bisa mengenal sosok adik kelasnya itu.
Sebentar...
Bukannya Sakata harusnya duduk anteng di perpustakaan? Secara mereka ada janji belajar bareng hari ini kan?
Apa anak itu mencoba kabur?
Hmm... Masuk akal karena itu Sakata.
Urata tersenyum dengan aura-aura horor ketika melihat adik kelasnya itu mendekati game time crisis dan mulai memasukkan koin dengan wajah berbinar-binar.
Perlahan Urata mendekati pemuda berambut merah itu. Ditepuknya pundak si adik kelas dengan sedikit berjinjit karena emang ga nyampe.
"Halo."
***
"Urata!! Mana Mogu-Mogu leci gu-" Lon yang tadi teriak-teriak kesenangan karena datangnya sosok Urata langsung terdiam.
Karena...
Urata kembali bersama dengan seorang cowok rambut merah. Urata nampak menatap tajam si rambut merah. Sedangkan si rambut merah sendiri sibuk cemberut.
Lon tiba-tiba mimisan kawan!
"Eh Lon, lu ngapa dah?!" seru Urata kaget liat partner in crime-nya di OSIS tiba-tiba mimisan.
Kalau Soraru tau kan berabe.
"Nggak apa-apa kok," Lon menyeka hidungnya, "Gua gak nyangka lu pulang bawa pasangan... Sumpah, imut banget pasangan lu, Rat... Tapi gua ngerasa dia cocok jadi seme... Kalian macam pengantin baru yang baru pulang belanja..."
Hah apaan sih?
"Apa sih lo? Otak lu konslet?!"
"Udah jadi kalian? Kapan? Siapa yang dibawah?" Lon gencar nanya-nanya. Fujonya kumat.
"Bawah? Kalo gitu sih, Urata aja. Kan dia pendek. Jadinya selalu dibawah," ucap Sakata polos gak pake filter.
Perkataan Sakata barusan sukses membuat Lon tambah nge-fly. Juga sukses membuat Urata naik darah.
***
Entah Urata harus bersyukur atau bagaimana saat ini.
Dirinya (secara ajaib) diizinkan pulang duluan dari kegiatan persiapan OSIS berkat Lon, tapi kini dia terjebak dengan si adik kelas menyebalkan mentang-mentang jangkung di perpustakaan.
Urata flashback sejenak...
"Kamu siapa namanya? Apa hubungan kamu sama Urata?" tanya Lon.
"Namanya Sakata Akira. Kemarin Pak T nyuruh gua ngajarin nih anak buat belajar." Urata yang menjawab.
Lon tambah nge-fly, "Ya udah kalo gitu lu berdua di perpustakaan aja sono! Awas jangan mojok tang-mentang perpus sepi! Aaaaa~~"
"Lah terus kerjaan gua? Kan si Senra masih ngilang. Anak-anak seni lainnya juga tau kemana."
"Ah itu mah beres! Yang penting kan lu bisa beduaan. Nanti cerita ke gua ya, lu ngapain aja di perpus! Babay!"
Urata menghela nafas berat seberat hidupnya.
Cewek sinting emang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro