Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#9 Become Awkward

Gue gak suka dibanding-bandingin sama orang lain. Menjadi diri sendiri yang bisa hidup bebas udah cukup buat hidup gue. Gak usah ikut campur.

Di depan pintu ruang BK, Byanca dan Jasmine melonjak kaget hampir bersamaan—tepat setelah Andri menyerukan kalimat yang mengejutkan itu. Kedua gadis itu sama-sama tidak mengetahui latar belakang kehidupan Andri dan Hansel, sehingga perkataan seperti itu cukup mengagetkan gadis-gadis lugu itu.

"Aww... kuping gue. Bego banget, ya Andri," gerutu Jasmine sambil mengusap daun telinganya yang sama sekali tidak bermasalah.

"Sst... diem dulu. Kita gak bakal bisa dengerin pembicaraan ini sampai habis kalo lo ribut terus," tukas Byanca lirih sambil meletakkan telunjuknya di depan bibir.

Jasmine mengangguk malas sambil mengerucutkan bibirnya dengan sebal. Namun, tetap saja ia kesal karena teriakan Andri yang nyaris membuat jantungnya meluap ke permukaan. Dalam diam, kedua gadis lugu itu terus mendengarkan dialog menegangkan antara Andri dengan Mr. James.

"Andri Jackson, kamu nggak bisa terus keras kepala. Orangtua kamu udah menitipkan kamu di sini sama saya..."

"Gue bukan barang titipan. Please, hargain gue."

"Baiklah. Tapi saya hanya menegaskan bahwa orangtuamu telah—'istilah apapun yang kamu inginkan untuk mengutarakan itu'—kepada saya. Saya bertanggung jawab untuk mendidik kamu dengan baik, dan juga... saya juga harus membentuk karakter kalian berdua," jelas Mr. James sambil terus berusaha sabar menghadapi muridnya yang gadungan itu.

"Cukup. Gue tahu yang lo maksud itu Hansel Jackson. Gak usah pake majas-majas palsu buat menghaluskan kesan kata-kata lo. Semuanya udah terpampang dengan jelas," bantah Andri sambil bersedekap. Mr. James masih berusaha untuk tetap sabar—entah sampai kapan pria muda itu dapat bertahan. "Gue tahu Hansel lebih baik dalam segalanya dibandingkan gue. Dia pinter, gue bego. Dia cowok most wanted, gue cowok least desirable. Tapi, gue gak suka dibanding-bandingin sama orang lain. Menjadi diri sendiri yang bisa hidup bebas udah cukup buat gue. Lo cuma wakel gue, gak usah ikut campur masalah keluarga," lanjut Andri, semakin berapi-api.

"Pfft..." Mr. James menghembuskan napasnya kasar. "Kalo orangtua kamu nggak menyerahkan kewajiban itu sama saya, saya juga nggak akan peduli sama kamu, kok. Saya hanya melaksanakan kewajiban sebagai seorang guru."

***

"... Lo cuma wakel gue, gak usah ikut campur masalah keluarga."

Byanca yang menguping di balik pintu sudah tidak tahan lagi. Mr. James sudah sangat berbaik hati mau berbicara dengan cara terhormat dengannya, dan... Andri selalu menyahutnya dengan jawaban-jawaban ketus seperti itu? Well, I'm nothing in their eyes. Tapi gue juga harus bisa berguna buat dunia, tekad Byanca dalam hatinya. Tanpa kesadaran utuh, Byanca segera beranjak dari tempat persembunyiannya, kemudian hendak membuka pintu ruang BK dengan paksa.

"By... By... lo jangan melakukan hal gila, dong," ucap Jasmine tiba-tiba sambil berusaha menyusul langkah Byanca. Namun, usaha Jasmine tak berhasil. Byanca sudah menarik handle pintu ruang BK sebelum Jasmine sempat menyadarkannya.

Begitu membuka daun pintu itu, dua pasang mata langsung mengarah kepada Byanca. Satu tatapan kesal dari Andri, dan satu lagi... ah, rasanya Byanca tak yakin dengan penglihatan ataupun pemikirannya sendiri. Mr. James memandangnya dengan tatapan khawatir. Oh, tentu saja Mr. James khawatir setelah terjadinya insiden pagi itu. Apanya yang istimewa? Sepertinya pikiran Byanca mendadak kacau setelah kejadian baru-baru ini.

"Ada yang pengin ikut campur lagi, nih," ujar Andri sinis. Bola matanya berputar malas.

Byanca yang berdiri di depan pintu termangu. Ia baru saja masuk, dan perkataan seperti itu langsung mendampratnya? Aargh... begitu menjengkelkannya dunia ini.

"Ndri, lo harus tahu, ya. Gue masuk ke sini bukan buat mencampuri urusan keluarga lo yang gue aja gak mudeng sama sekali. Gue datang karena lo udah keterlaluan sama Mr. James," kata Byanca berapi-api. Namun, tiba-tiba ia menyadari begitu memalukannya perkataannya.

Euh... gue ngomong apaan, sih? pikir Byanca kesal sambil mengutuki dirinya sendiri.

Melihat suasana yang berubah menjadi canggung itu, Mr. James segera angkat bicara untuk mencairkan suasana. "Baiklah. Sudah, sudah. Kalian berdua, silakan kembali ke ruang kelas. Bel masuk akan segera berbunyi," ujar Mr. James.

Byanca dan Andri pun segera keluar dari ruang BK, dengan ekspresi muram yang menghiasi wajah keduanya. Byanca rasa, ia tak pernah merasa semarah ini sebelumnya. Ia belum pernah menyaksikan seorang murid yang membentak-bentak gurunya, lagipula guru itu sangat baik terhadap murid-muridnya. Oh... jika begini siapa yang patut disalahkan? Apakah Byanca yang terlalu perfeksionis? Seharusnya tidak. Yang ia harapkan masih termasuk dalam batas-batas kewajaran.

"By... kadang lo itu mau bertindak gak pake mikir, ya? Lo masuk ngapain coba?" Jasmine langsung menyemburkan berbagai pertanyaan begitu Byanca tiba di depan ruang BK.

"I don't know. Tapi gue pikir itu lumayan berguna. Seenggaknya pertengkarannya bubar. Haha..." sahut Byanca sambil tertawa parau. Jasmine tahu, ada yang tidak beres dengan suara tawa itu. Pasti ada yang mengganjal dalam pikiran Byanca. Namun, Jasmine memutuskan untuk bungkam sementara. Byanca membutuhkan waktu untuk berpikir dengan kepala dingin.

"Okay. Balik ke kelas aja, yuk," kata Jasmine sambil melingkarkan lengannya di leher Byanca. Kedua gadis itu pun menyusuri koridor sekolah yang ramai hingga sampai ke kelas X IPA 1 yang tak jauh dari kantor guru.

***

"Eh... lo udah denger berita tentang anak X IPA yang bela-belain wali kelasnya pagi tadi?"

"Udah. Kocak banget gak, sih? Gue ngakak dengernya?"

"Hahaha... barangkali dia pengin dapet nilai tambahan. Makanya nyogok guru pake cara begituan."

"Tapi tetep aja menurut gue itu malu-maluin banget, ya. Gurunya, 'kan cowok. Masih muda lagi. Masa dia pake cara ala membela doi kayak gitu?"

"Entahlah. Gue juga nggak ngerti. Siapa tahu dia naksir sama wali kelasnya? Siapa itu? Mr. James, kan?"

Bisik-bisik gosip semacam itu telah meneror Byanca sejak istirahat pertama. Meskipun Byanca selalu berjalan bersama ketiga sahabatnya, rasa takut tetap saja menghantuinya. Takut jika perasaannya terungkap secara gamblang, takut jika ada seseorang yang iri dan mendampratnya dengan tiba-tiba. Sejauh ini, perihal Byanca tertarik pada Mr. James hanya diketahui oleh Byanca, Jasmine, dan Tuhan. Selain itu, semua orang yang mengatakan "Byanca menyukai Mr. James" hanyalah praduga dan gosip tak berdasar.

Saat itu, jam pelajaran telah usai. Koridor sekolah sudah lengang, hanya dihuni beberapa siswa yang malas pulang ke rumah—sama seperti Byanca. Di salah satu kursi panjang yang berada di depan kelasnya, Byanca duduk sambil menunduk dengan malas. Ia memilin jemari tangannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Suasana hatinya sungguh kacau. Ia sangat menyesal mengenai tindakan gegabahnya tadi.

Eergh... kenapa, sih gue bego banget? Gue cuma pengin mencegah Andri yang kurang hajar sama Mr. James. Gue nggak pernah nyangka jika ini bakal jadi gosip, dan bisa bikin hubungan guru-murid sama Mr. James jadi canggung, desah Byanca dalam hatinya.

"Lo masih mikirin aja soal tadi?" tiba-tiba terdengar suara dari dekat Byanca. Byanca segera menoleh ke arah sumber suara. Rupanya Hansel.

"Yeah... biar bagaimanapun susah juga lupain soal tadi. Gue gak pengin hanya karena kejadian itu, semuanya jadi gak enak," jelas Byanca. Eh... kok gue cerita sama Hansel, sih? Otak gue hilang ke mana tadi? pikir Byanca tiba-tiba.

"Ah... bego lo," ujar Byanca lirih, mengutuki dirinya sendiri.

Sayangnya, ucapan lirihnya itu tetap saja terdengar oleh Hansel yang teliti. "Kenapa? Lo ngatain gue?" tanyanya dengan wajah polos.

"Eh... enggak, kok," sahut Byanca salah tingkah. Ia makin menyadari bahwa kualitas otaknya mulai menurun.

"Minum dulu, nih. Biar fokus lagi. Gue lihat dari tadi lo murung terus," ucap Hansel sambil menyodorkan sebotol air mineral.

"Euh... ma... makasih, Hans," kata Byanca gugup sambil menerima botol dengan hati-hati.

"You're welcome. Besok mulai seleksi ketua kelasnya. Kita saingan yang bener, ya," sahut Hansel sambil menyunggingkan senyum singkat. Cowok itu pun segera menyampirkan tas ranselnya di pundak kanan, kemudian berlalu meninggalkan Byanca yang masih bingung dengan sikapnya.

***

Thanks yang udah mampir. Maaf kalau karyaku tidak sesuai ekspetasi kalian, karena akhir-akhir ini aku lagi bad mood. Silakan tunggu next part dalam waktu dekat.

Contact author behind the words--> Instagram: @jessieyicha and @storywith.jessie, Email: [email protected], or WhatsApp 0895341209977

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro