#1 First Day
Di hadapan cermin kamarnya, Byanca memandangi dirinya yang sedang mengenakan seragam SMA Harapan Bangsa. Ia benar-benar tidak menyangka berhasil diterima di SMA favorit itu. Melihat dirinya di balik balutan seragam putih abu-abu itu rasanya seperti membayangkan mimpinya selama dua tahun yang lalu. Dulu, Byanca ingin masuk ke SMA tersebut hanya karena banyak teman-temannya yang juga ingin bersekolah di sana. Namun sekarang Byanca tidak akan hanya ikut-ikutan, ia ingin menunjukkan prestasinya kepada semua orang ketika ia berhasil menjadi siswa di SMA tersebut.
"Byanca... cepetan keluar. Sarapannya udah siap," seruan Agnes – pembantu rumah tangga sekaligus teman bermain Byanca – yang berasal dari luar pintu kamar itu membuyarkan lamunan Byanca tentang mimpinya setelah masuk ke SMA Harapan Bangsa.
Byanca merapikan penampilannya yang sudah rapi itu sejenak, kemudian segera beranjak keluar kamar. "Oh... oke, oke. Sebentar, Nes," kata Byanca dengan terburu-buru sambil menggendong tas ranselnya di punggung.
Byanca keluar dari kamarnya dan segera berbelok menuju ruang makan yang berada tepat di sebelah kanan kamarnya. Ia meletakkan tasnya secara sembarangan ke sudut ruangan, kemudian duduk di kursi yang diletakkan di balik meja makan. Di atas meja makan kayu yang mendominasi ruang makan tersebut, terdapat bermacam-macam menu sarapan favorit Byanca. Seperti susu sapi segar, roti bakar, pisang goreng, dan lainnya. Namun, khusus hari ini, Byanca tidak ingin membuang-buang waktunya untuk menghabiskan semua makanan itu.
Byanca segera menggendong tasnya ketika ia sudah menghabiskan dua potong roti bakar dan segelas susu. "Nes, gue berangkat ke sekolah dulu, yaa... bye," ucap Byanca sambil berlalu. Ia segera membuka pintu rumahnya yang menghadap ke timur itu kemudian keluar dari rumah.
"Tapi sisa sarapan lo masih banyak, By," sahut Agnes sambil berusaha menyusul langkah cepat Byanca.
"Udahlah biarin aja. Kalo lo mau abisin sendiri aja," jawab Byanca sekenanya. Ia meraih sepeda elektriknya yang teronggok di pinggir garasi rumahnya, kemudian segera memutar stangnya sehingga sepeda tersebut bergerak melaju dengan kecepatan normal.
"Gue yang habisin? Gimana caranya? Di meja itu makanan masih banyak banget," gumam Agnes pada dirinya sendiri ketika ujung kepala Byanca sudah melewati belokan di depan gang perumahan tersebut. Agnes pun kembali masuk ke dalam rumah sambil memikirkan bagaimana cara untuk menghabiskan sisa sarapan Byanca.
***
Byanca meletakkan sepeda elektrik merah mudanya itu di tempat parkir sepeda motor. Tanpa ragu-ragu, ia segera masuk ke gedung sekolah tersebut sambil bersenandung riang. Lingkungan sekolah itu masih sepi, namun sepertinya halaman dan kantin sekolah yang berada di lantai satu itu akan segera dipadati oleh ratusan – atau mungkin ribuan – siswa saat jam istirahat.
Byanca berjalan-jalan sebentar sambil mencari kelas barunya, kelas X IPA 1. Byanca memperhatikan setiap tumbuhan hijau yang ditanam di sebuah pot hitam, pintu-pintu setiap kelas, tangga timur yang berwarna putih gading, dan segala hal-hal renik yang terdapat di sekolah tersebut.
Beberapa saat kemudian, Byanca sampai di depan sebuah ruangan yang digantungi papan di atas pintunya. Papan kecil itu bertuliskan 'X IPA 1', yeah... berarti inilah kelasnya yang baru. Byanca menjulurkan kepalanya ke dalam ruang kelas tersebut, hanya ada segelintir siswa yang sudah menduduki bangku-bangku bagian depan kelas tersebut. Ada tiga orang perempuan, dan empat orang laki-laki.
Byanca segera masuk ke ruang kelas tersebut dengan antusias. Ia menghampiri seorang perempuan berkuncir ekor kuda yang sedang membaca buku. "Hai. Aku boleh duduk di sini?" tanya Byanca ramah sambil menunjuk kursi yang berada di sebelah perempuan tersebut.
"Oh, iya. Tentu," jawab gadis tersebut singkat. Ia kemudian segera membaca novelnya tanpa memperdulikan keberadaan Byanca di dekatnya.
Byanca bukannya tersinggung diperlakukan seperti itu, lagipula mereka memang belum saling mengenal. Namun, Byanca pikir temannya yang satu seorang yang menyenangkan, hanya saja ia sedikit berkutat pada dunianya sendiri. Maka, Byanca pikir tidak ada salahnya jika ia yang mengajaknya berkenalan terlebih dahulu.
"Hai, namaku Byanca. Ngomong-ngomong buku apa yang sedang kamu baca itu?" tanya Byanca sekadar basa-basi untuk menciptakan suasana.
"Oh... hai, namaku Sheryl," sahutnya dengan ramah. Ia menyisipkan pembatas buku dari kertas lipat ke dalam buku yang sedang dibacanya, kemudian menyodorkan buku tersebut kepada Byanca. "Ini versi asli kisah Romeo dan Juliet, masih dalam bahasa Inggris asli karya William Shakespeare. Kalo kamu suka nonton filmnya, buku ini harusnya jadi bacaan wajib buat kamu. Karena pasti rasanya ada yang kurang kalo kamu nggak baca novelnya juga," ujar perempuan yang bernama Sheryl itu. "Dari dulu, kalo aku mau nonton film yang diadaptasi dari novel, pasti aku bakalan baca novelnya dulu. Hehe..."
Tuh, kan... perempuan yang namanya Sheryl ini emang kayaknya sebenernya seru, kok, pikir Byanca sambil tersenyum penuh kemenangan. Byanca akhirnya menghabiskan sisa waktunya sampai bel masuk kelas berbunyi untuk membangun keakraban dengan Sheryl.
Semua bangku di kelas X IPA 1 itu sudah terisi penuh, bahkan sampai di bangku yang berada di ujung belakang kelas. Suasana kelas begitu ramai sekarang, mereka semua mulai saling berkenalan, berbicara, dan bercanda satu sama lain. Namun, kondisi itu tak berlangsung lama, karena kemudian seorang siswa menyadari seorang guru yang sedang berjalan cepat dari jendela kelas yang transparan. Guru tersebut sepertinya akan memasuki kelas X IPA 1 tersebut. Semua siswa di ruangan tersebut langsung bungkam dan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing dengan terburu-buru.
Beberapa detik kemudian, seorang pria yang mengenakan kemeja putih lengan panjang memasuki ruangan. Ia membawa botol teh di tangan kirinya, dan buku ajar di tangan lainnya. Cara berjalan dan penampilannya menyita perhatian seisi kelas secara total, bahkan Byanca pikir serangga-serangga kecil pun akan ikut menoleh ke arah pria tersebut. Pria tersebut sepertinya berusia di bawah 25 tahun, dan kemungkinan besar kelas X IPA 1 ini adalah kelas pertamanya. Namun, kharismanya terasa begitu nyata, terutama dengan tambahan wangi parfumnya yang sensual. Semua siswa yang duduk di bangku depan pastinya dapat mencium aroma itu.
"Ehem..." pria tersebut berdeham kecil ketika sudah sampai di balik meja guru. Dengan mudah, ia segera mendapatkan perhatian total dari kelas X IPA 1. "Uhm... selamat pagi, semuanya! Nama saya James Johnson. Dan karena semua guru di sini sepertinya dipanggil dengan sebutan Mrs. dan Mr. maka kalian semua dapat memanggil saya Mr. James. Saya akan menjadi guru fisika sekaligus wali kelas kalian, dan... kelas X IPA 1 ini adalah kelas pertama saya," ucapnya dengan cepat dan jelas untuk memperkenalkan dirinya sekilas, yang kemudian disambut dengan tepuk tangan kagum seluruh isi kelas.
"Saya berharap kita semua dapat bekerja sama di kelas ini," imbuh Mr. James, dan suara tepuk tangan murid kelas X IPA 1 semakin keras untuk menyahut perkataan wali kelas mereka itu.
***
Aiya... jadi begitulah Bab 1 ini. DItunggu jejaknya, yaa bagi semua reader.
Jangan lupa follow Author di Instagram @jessieyicha. Atau mau kirim surel? Langsung aja ke [email protected]. See you in next chapter. Bye bye!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro