Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Te Amo. First!

‘I hate that I made you think that the trust we had is broken.’

-Jessie 

“Belakangan ini, kabar keretakan rumah tangga antara aktris multitalent Clarissa Agatha Seenabel dan actor yang multitalent Adrian Reyano Creus, semakin santer terdengar. Pasangan yang sudah menikah selama 3 tahun ini tak memberikan komentar apa-apa. Kabarnya, masalah mereka dipicu oleh adanya orang ketiga…”

Suara televisi yang sedang menayangkan acara infotainment itu tiba-tiba tak terdengar lagi. Bahkan gambarnya pun tidak ada.

Pelakunya adalah Clarissa, wanita muda itu melemparkan stiletto yang dia kenakan ke layar televisi datar yang tergantung di ruang tengah apartemen Manajernya, Dea. Tak puas sampai disitu, Clarissa juga menyiramkan segelas es teh ke televisi yang tak berdosa itu.

Dea hanya bisa memekik kaget melihat keadaan televisi nya yang naas saat dia kembali dari dapur. Dea duduk di samping Clarissa yang sedang mengacak rambut panjang nya.

“Clar, lo apain tv gue?” tanya Dea.

“Tv lo berisik, Dea. Makanya gue matiin.”

Dea menatap televisi yang belum lama dibelinya itu dengan sedih. “Baik banget lo, Clar. Sampe MATIIN tv gue…”

Clarissa tak menyahut.

“Sampe kapan kalian mau kayak gini?” Dea menatap Clarissa serius.

“Tv lo nanti gue ganti…”

“Gue gak nanya tentang tv, Clar!”

“Mau lo yang beli atau gue?”

“Cepet atau lambat lo dan Rey harus nyelesain semuanya, Clarisa.”

“Mau yang kayak gini atau model yang baru?”

“Kalian udah dewasa. Bukan lagi abg labil. Apa 3 tahun pernikahan kalian gak ada artinya?”

“…”

“Media juga bakal tau semuanya, Clar. Cepet atau lambat. Dan lo harus segera ngadain konfrensi pers. Lo dan juga Rey.”

“…”

“Apa lo gak capek, terus dikejar wartawan? Terus ngehindar? Lo tau kan, gue sampe harus matiin hape gue sepanjang hari, kerana krang-kring terus nanyain berita tentang lo dan Rey. Lo harus jelasin semuanya, Clar.”

“…”

“Clar…” panggil Dea sedih.

Clarissa beranjak. Tak menyahut. Tak menoleh. Clarissa membanting pintu apartemen Dea dengan kasar. Membuat Dea sedikit terlonjak dibuatnya.

Dea tak mengerti bagaimana jalan pikiran artisnya itu. Sudah 4 hari Clarissa menginap di apartemen Dea. Untungnya selama 4 hari ini jadwal Clarissa tak terlalu sibuk. Jadi wanita itu tak harus selalu kucing-kucingan dengan media.

Berbeda dengan Clarissa, suaminya, Rey justru sedang sibuk-sibuknya dalam proses pembuatan sebuah film layar lebar. Hal itu memperparah hubungan Clar-Rey. Dan dari semua pemberitaan media, yang paling sibuk dibuatnya adalah Dea dan juga Bimo, Manjer nya Rey. Panggilan tak henti-hentinya menanyakan berita tersebut.

Dea bukannya tak senang Clarissa menginap di apartemennya. Hanya saja alasan yang membuat Clar menginap di apartemennyalah yang membuat Dea sedih. Dea dan juga Clar sudah berteman lama. Jauh sebelum Clar sukses seperti sekarang. Dea juga lah salah satu saksi perjuangan Clar dalam meraih kesuksesan.

Dea berusia 1 tahun kebih muda dibanding Clar. Maka dari itu, Dea sudah menganggap Clar seperti kakaknya sendiri. Masalah yang menimpa Clar membuat Dea sedih. Sangat. Meski Dea tak tahu pasti masalah apa yang menimpa artisnya itu. Sejak 4 haru lalu, Clar tidak cerita apapun yang berkaitan dengan masalah yang tengah dihadapinya.

Apapun masalah yang tengah di hadapi pasangan ini, Dea yakin itu sangat serius. Karena seburuk-buruknya hubungan keduanya, mereka tak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan, hubungan keduanya pun tak pernah tertimpa gossip miring yang dilontarkan oleh media.

Jam menunjukan pukul 7 malam. Entah kemana perginya Clar. Clar tidak membawa iPhone nya. Ah Dea baru ingat, sejak 4 hari yang lalu, iPhone Clar memang sengaja dimatikan oleh pemiliknya. Dea hanya berharap agar Clar bisa bertindak waras, dengan tidak menambah masalah yang sudah tercium oleh media.

***

‘Well, i tried to live without you, The tears fall from my eyes, I'm alone and I feel empty.’

-Miley Cyrus-

Bimo sedari tadi tak bisa tenang. Kenapa? Karena Dea tak kunjung mengangkat panggilan Bimo. Bimo sibuk merutuki gadis itu, di situasi genting seperti ini malah sulit dihubungi. Pasalnya, saat ini Bimo dan Dea lah yang paling dikejar oleh wartawan terkait pemberitaan tentang artis mereka.

Saat ini Bimo dan Rey tengah berada di Bandung. Mereka masih berada di lokasi syuting.

“Hallo. Heh nenek kamfret, lo kemana aja?”

“Hah? Artis lo kemana emang?”

“Astaga, lo bercanda ya? Ini udah jam 12…”

“Rey masih take…”

“Urusin artis lo, gue urusin artis gue. Fighting nenek!”

“Siapa, Bim?” tanya Rey yang sudah berdiri di belakang Bimo.

“Dea…”

“Kenapa?”

“Clar gak ada sama dia…”

“Kemana?”

“Gak tau. Udah dari tadi sih… tapi si Dea ketiduran. Pas bangun Clar belum balik juga…”

Rey memakai jaket, lalu mengambil kunci mobil yang terletak di meja.

“Mau kemana, bro?” tanya Bimo tak mengerti.

“Jakarta.”

“Hah?” tanya Bimo tak percaya. Namun Rey tak menghiraukan Bimo, dia sudah pergi ke parkiran.

Bimo hanya bisa geleng-geleng kepala. Ke Jakarta? Sekarang juga? Sedangkan besok jam 7 pagi, masih harus ada disini lagi? REY GILA!

Bimo berlari menyusul Rey.

“Rey, gausah ngebut!” bentak Bimo.

“Lo enak udah nikah. Gue belum. Gue gak mau mati muda karena hal konyol gini ya Rey…”

“Berisik! Lo tuh lagian udah gak muda…” sungut Rey.

Rey terus saja memacu mobil sedan itu dengan kecepatan yang sangat tidak wajar.

Bimo hanya bisa mendengus kesal karena kelakuan artisnya itu.

“Hello, De…”

“Dimana?”

“LO SERIUS KAN?”

“TUNGGU DISANA! DAN JANGAN BAWEL!”

“Kenapa?” tanya Rey yang tetap fokus pada jalanan.

“Clarissa di bar.”

Rey tak menyahut. Hanya semakin memacu mobilnya dengan kecepatan yang tidak normal.

“Hallo, kembali lagi bareng gue Gita di acara gossip malam. Kali ini kita akan membahas kabar yang lagi hot-hotnya, yaitu tentang Clarissa Agatha Seenabel dan Adrian Reyano Creus. Pasalnya…”

BRAK!

Bimo menatap Rey terkejut. Rey meninju radio yang ada di mobil mewah itu.

“Rey!”

“Berisik!”

Deringan iPhone milik Rey yang berada di dashboard tak henti-hentinya berbunyi. Bimo mengambil iPhone itu.

“Rana…”

“Matiin!”

“Ada hubungan apa lo sama dia?” tanya Bimo menyelidik.

“Matiin!”

“Loo…”

Belum sempat Bimo melanjutkan kata-katanya, Rey sudah merebut iPhone itu. Cowok itu mereject panggilan dari Rana, dan memencet-mencet tombol. Entah apa yang dia lakukan.

“Lo sama Clar kan?”

“Gausah bohong, Adis.”

“Gue tau lo sama dia.”

“Kasih teleponnya ke dia! Sekarang!”

“Clar, hallo…”

“Clar! Clarissa!!”

Rey menggeram kesal.

“Sial! Kenapa juga nih mobil!” Rey meninju stir. Berharap mobil itu kembali berjalan.

“Bannya bocor…” kata Bimo yang sudah berada di luar mobil untuk memeriksa.

Rey mengambil iPhone dan jaket lalu keluar.

“Lo bisa urus sendiri kan, Bim?”

Bimo mengangguk.

“Gue naik taksi. Nanti kalo udah selesai telepon gue aja…” perintah Rey.

Rey berdiri di depan sebuah bar. Pria itu tak butuh waktu lama untuk sampai di bar ini. Karena, saat ban mobilnya bocor tadi, dia sudah ada di kawasan Jakarta.

Rey memasuki bar itu tanpa ragu. Bau alcohol yang menyengat segera menggelitik indra penciumannya. Pria itu menoleh kesana-kemari mencari sosok istrinya. Untung saja Bar ini adalah bar kelas atas. Jadi Rey tak perlu khawatir. Setidaknya dia tak perlu mencemaskan media yang bisa memergokinya disini. Karena tak sembarang oleh boleh masuk kesini. Suasana disini juga, tak terlalu ramai.

Disudut bar, akhirnya Rey melihat sosok istrinya. Wanita itu sedang mabuk? Rey mempercepat langkahnya.

“Clar…” panggil Rey, yang sudah berdiri di depan meja yang ditempati Clar dan Dea.

Clarissa tak menoleh. Wanita itu sibuk bercoleteh entah apa itu, karena lebih mirip seperti gumaman.

Rey melihat ada 3 gelas vodka diatas meja, yang dua sudah habis, yang satu tinggal sedikit lagi. Oh jangan tanya bagaimana Rey bisa tahu kalau itu vodka. “Siapa aja yang mabuk?”

“Cuma Clar…” jawab Dea tak berani menatap Rey.

“Dimana Adis?”

“Ngambil mobil diparkiran…”

“Gak usah. Clar pulang sama gue…”

“Naik apa? Mobil lo lagi sama Bimo kan?”

“Kami bisa naik taksi.”

“Pake mobil Clar aja…” saran Dea.

Rey merogoh tas istrinya mencari kunci mobil. Pria itu sempat mengernyit, sebelum akhirnya kembali memasang wajah flat.

“Gue pulang sama Adis yaa…” Dea seperti meminta izin.

Rey mengangguk. “Jaga Clar bentar… Gue ambil mobil… Nanti kita lewat belakang.”

Dea mengangguk.

Setelah Rey memarkirkan mobil di belakang bar, Rey memapah Clar yang sudah tak sadarkan diri.

“Makasih ya De… Lo ditunggu sama Adis di parkiran…”

Rey mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan dari dompetnya, lalu menyerahkannnya kepada Dea. “Untuk bayar Vodka, sekalian lo makan malem. Kalo bisa cancel semua jadwal Clar besok… Dia pasti bakal kepayahan banget. Lo ingat kan, ini pertama kalinya Clar mabuk?”

“Makasih, Rey. Jaga Clarissa ya.”

Rey mengangguk, setelah itu masuk ke dalam mobil. Dan meluncur keluar dari parkiran belakang bar tersebut.

***

‘But somewhere we went wrong. We were once so strong. Our love is like a song, you can't forget it.’

-Demi Lovato-

“Ibu pergi keluar?” tanya Rey pada satpam rumahnya, saat pria itu melewati gerbang.

“Ibu di dalem pak. Tadi mbak Dea sempet kesini, terus pulang kira-kira sejam yang lalu.”

“Tutup semua pintu gerbang rapet, Pak.” perintah Rey.

Rey memarkirkan mobilnya di garasi. Lalu, bergegas memasuki rumah.

Dengan amat perlahan, Rey memasuki kamarnya dan Clar. Bener saja, wanita itu masih terbaring disana. Bahkan belum berubah dari posisinya saat semalam Rey menggotong Clar. Rey melepas jaketnya. Badannya terasa pegal semua. Jam 3 pagi tadi, Rey harus balik lagi ke Bandung. Sampai di Bandung, jam 6 pagi. Setelah itu, kembali syuting sampai jam 11 siang. Lalu, Rey langsung kembali ke Jakarta. Dan sampai di rumah pukul 2 siang. Itu artinya Clar sudah tertidur lama sekali.

Tetapi, ada yang lebih mengganggu Rey, ketimbang rasa lelahnya. Ini tentang Clar. Tentang rumah tangga mereka. Clar semalam sempat terbangun dan jackpot. Saat Clar terbangun, dan melihat Rey disisinya wanita muda itu seperti ketakutan.

Rey merasakan dadanya seperti diremas melihat Clar begitu. Juga tangisan Clar saat menuju rumah. Bahkan saat mabuk pun wanita itu tetap keras kepala.

Rey mulai tahu apa yang terjadi pada Clar juga rumah tangga mereka. 4 hari lalu mereka memang sempat bertengkar. Namun, Rey merasa bahwa masalah yang saat ini tengah melanda, tak ada kaitannya dengan pertengkaran mereka.

Rey mencium kening istrinya. Lalu, beranjak membersihkan diri ke kamar mandi.

“Gimana rasanya Vodka? Enak ya?” tanya Rey yang baru keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada, memperlihatkan perut sixpacknya. Pria itu sedang mengeringkan rambutnya yang basah.

Clarissa duduk di pinggir ranjang mereka. Tak menyahut.

“Kamu yang mau jelasin, atau aku yang akan bongkar semuanya?” tanya Clar.

Rey mengernyit, lalu menghampiri istrinya, Rey ikut duduk di samping Clar.

“Pake baju kamu!”

“Kenapa? Ini kan kamar kita, kamu juga istri aku…”

“Pakai. Baju. Kamu. Reyano.”

Rey berusaha tak memperpanjang hal kecil seperti ini. Pria itu menuruti istrinya.

“Jelasin semuanya sekarang juga!” suara Clar bergetar.

“Jelasin apa? Ada apa dengan kamu, Clar?”

Clar tak menyahut. Isakan kecil mulai terdengar. Wanita itu menundukan kepalanya.

“Kamu kenapa, sayang?” Rey merangkul bahu Clar. Mencoba menenangkan wanita itu.

“Aku rasa kita harus pisah, Reyan.” suara Clar terdengar lirih. Bahkan wanita itu seperti berbisik.

Rey membulatkan matanya. Pria itu berusaha menahan semua amarah yang sudah hampir mencapai puncaknya. Rey mencoba membuat Clar menatap matanya. Namun, Clar menolak semua itu mentah-mentah.

“Aku gak bisa, Reyan.”

“Ini semua tentang apa, Clarissa?”

“…”

“Apa 3 tahun pernikahan kita gak ada artinya untuk kamu?”

“HARUSNYA AKU YANG NGOMONG GITU, REYAN!” teriak Clarissa frustasi.

Rey membawa Clar kedalam pelukannya, namun Clar mengelak. Wanita itu justru memukuli dada bidang Rey. Akhirnya, Clarissa menyerah, membiarkan Rey membawanya kedalam pelukan pria itu.

Dan Clarissa tak lagi berusaha menahan semua tangisnya. Wanita itu menangis dengan keras di dalam pelukan suaminya.

Perlahan-lahan Rey mulai mengerti, tangisan Clar, kesedihan wanita itu. Rey sadar apa penyebabnya. Rey sadar apa akar permasalahan rumah tangganya. Foto yang Rey lihat di tas Clar saat wanita itu mabuk, sebenarnya telah menjelaskan semuanya. Foto Rey dan Rana yang…

“Maafin aku, Clar…” ucap Rey lirih.

“…”

“Aku janji akan berhenti. Hanya akan kamu, Clar. Kamu…”

“…”

Tanpa sadar, Rey menitikan air mata. Clarissa terkejut. Selama 7 tahun, Clarissa mengenal Rey, dia tak pernah melihat pria-nya itu menangis. Tidak. Sama. Sekali.

Clar menyapukan jari-jarinya ke wajah tampan Rey.

“Cukup aku yang sedih, Rey. Kamu bahagia kan?” Clarissa menatap Rey tepat di manik mata pria itu.

Rey semakin erat memeluk Clar. “Aku mohon maafin aku, Clar…”

“…”

“Aku khilaf, Clar…”

“…”

Clar mencium kening Rey. “Selamat tinggal, sayang…” ucap wanita itu. Clarissa melepaskan diri dari pelukan Rey.

Rey mecoba menahan Clarissa, namun wanita itu menyentaknya. Di tengah derai air matanya, Clarissa tersenyum untuk Rey. Sebuah senyum getir, penuh luka. Tubuh Rey lemas seketika.

Rey tahu pasti. Rey beranjak keluar kamar, melewati pintu kamar itu dengan amat berat. Rey tahu, dia tak bisa menahan Clarissa. Tidak setelah apa yang telah dirinya perbuat terhadap wanita itu.

Clarissa terduduk lemas. Air mata terus mengalir deras. Kamar mewah ini terasa sangat kosong tanpa Reyano. Ini menyedihkan. Dan hari itu, Clarissa terus larut dalam luka dan juga duka yang berkubang di hatinya.

***

‘Every night  in my dreams. I see you. I feel you. Then is how I know you go on.’

-Celine Dion-

“Lo oke?” tanya Bimo pada artisnya.

“Oke.” jawab Rey. Kedua orang ini tengah berada di dalam mobil, dalam perjalanan menuju tempat primer film terbaru yang dibintangi Rey.

Saat sudah sampai di sana. Rey menghela nafas berat sebelum turun dari mobil. Pria itu memejamkan mata selama beberapa detik. Saat Rey kembali membuka mata, senyum indah sudah terukir menggantikan wajah flat pria itu.

Saat Rey turun dari mobil, kilatan blitz segera menyambutnya. Rey tetap memberikan senyum terbaiknya. Senyum menawan yang sanggup menaklukan hampir semua wanita. Sesekali, pria muda itu memberikan tanda tangannya untuk fans yang meminta. Juga permintaan untuk foto bareng. Senyum tak pudar dari wajah tampannya.

Bimo yang melihat semua itu dari jauh, meneguk ludah. Dia tahu artisnya tak baik-baik saja. Bimo membuka twitter. Melihat-lihat mention yang masuk ke akun twitter Rey setelah menuliskan acc twitter Rey di kolom search. Banyak sekali. Sebagian besar fans Rey menanyakan kebenaran kabar tentang Rey dan juga Clar.

Bimo masih belum mengerti apa yang menimpa Rey dan Clar. Kedua orang itu bungkam tentang masalah mereka. Bimo dan juga Dea sudah berkali-kali membujuk keduanya untuk mengadakan konfrensi pers, agar kabar tak mengenakan yang menimpa keduanya segera mereda. Kalaupun mereka tak baik-baik saja, mereka juga harus memberitahu media. Di luar sana, keduanya mempunyai fans yang amat banyak.

Bimo mengangkat panggilan dari Dea.

“Hallo…”

“Baik kok… keliatannya.”

“Hah, gue jadi ikut cape, De..”

“Oke, see you.”

Bimo menaruh ponselnya di dashboard mobil.

Tak lama kemudian Bimo beranjak keluar untuk menyusul Rey. Karena dia tahu, sebentar lagi acara di mulai. Saat melewati kerumunan orang, ada satu orang yang menarik perhatian Bimo.

Tanpa ba-bi-bu Bimo menyeret cewek itu. Membuat yang diseret terkejut. Bimo membawa Rana ke salah satu sudut yang jarang dilewati orang.

Ranata Devi. Salah satu anggota girl band yang merangkap jadi model. Cantik dan muda.

“Lo ngapain disini?” tanya Bimo menyelidik.

“Ini kan tempat umum kali…”

“Heran, seorang superstar kayak lo, kok punya waktu ya untuk dateng ke sini…” Bimo tak menyerah.

“Maksud lo apa sih? Gue heran kenapa Rey bisa punya manajer kayak lo. Ckck!”

“Gue gak tau ada apa antara lo dan Rey… Tapi jangan salahin gue kalau suatu saat karrir lo hancur…”

“Lo sedang ngancem gue?” tanya Rana menantang.

“Apa lo sadar apa yang lo lakukan, Ran? Demi Tuhan!”

Rana terdiam. Bimo meninggalkan Rana sendirian, yang masih membatu di tempatnya.

***

‘After all that we've been through. I will make it up to you. I promise to. And after all that's been said and done, You're just the part of me I can't let go.’

-David Foster-

Rey mengacak rambutnya frustasi. Biasanya saat tengah malam Rey terbangun dan tak bisa kembali tidur, Clar yang disebelahnya masih sibuk berkutat membaca novel. Lalu, Rey akan bermain playstation, sambil sesekali menggoda Clar.

Tetapi, saat ini Rey berada di apartemen miliknya. Bukan di rumahnya dan Clar. Sudah seminggu sejak kejadian itu.

Rey tak bisa lagi menahan rindunya. Dia beranjak dari tempat tidur.

Rumah mewah itu terlihat sepi. Sebuah rumah minimalis di komplek perumahan elit. Rey membunyikan klaksonnya. Membuat satpam jaga disana segera membukakan pagar untuknya.

“Malam pak. Apa kabar?”

“Ah, saya baik. Ibu ada di dalem?”

“Ada, Pak. Baru banget pulang.”

“Sama Dea?”

“Mbak Dea cuma nganter sampai gerbang doang, Pak.”

“Kalo gitu, saya masuk dulu…” ucap Rey seraya menjalankan mobilnya.

Clar sudah tidur saat Rey masuk ke dalam kamar. Rey menghampiri Clar, lalu berjongkok di samping wanita itu. Rey mengamati wajah lelah Clar. Wajah bidadarinya… bidadari yang telah dia sakiti. Selama seminggu ini Clar tak pernah mengangkat telepon dari Rey. Rey mengusap wajah cantik itu. Ada bekas air mata. Dan perasaan itu kembali menyiksa Rey.

Clar menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Perlahan-lahan matanya terbuka, dan Clar terlihat sangat terkejut mendapati Rey yang berjongkok di sampingnya.

“Hai…” sapa Rey.

“Hai…”

“Kenapa gak angkat telepon aku?”

“Kenapa kamu gak pulang?”

“Aku yakin kamu gak berharap aku pulang.”

“Kamu salah…”

“Benarkah?”

“Semuanya harus segera selesai Reyan…”

“Bukankah memang sudah selesai?”

“…”

“Aku rindu kamu, Clar… Setelah semua yang terjadi, nyatanya…”

Clar membeku.

“Ini rumah kita, Rey.”

“Aku udah beli apartemen, Clar…”

Clarissa memejamkan matanya. Meresapi setiap detik yang mungkin tak lagi bisa dia rasakan… bersama Rey.

“Apa yang akan kamu lakukan setelah semua selesai, Clar?”

“Mungkin memainkan berbagai peran, yang belum pernah aku mainkan. Atau kembali mengeditori para penulisku… Entahlah…”

“Bagaimana denganmu?” tanya Clar.

“Aku? Aku akan melakukan apapun… entah. Satu yang aku tahu, aku akan memastikan kamu bahagia.”

“Jadi kita sudah sepakat?” tanya Clar lirih.

“Demi kamu dan juga aku…”

Rey beranjak.

“Mau kemana?”

“Pulang…”

“Ini rumah kamu, Rey.”

Rey tersenyum. “Selamat malam.”

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro