Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6 - Tawaran Gila!

Pov Aluna

Cahaya matahari pagi bersinar dengan cerah hari ini. Andai saja bisa secerah kehidupanku dan kedua orang tuaku. Semalaman aku ngga bisa tidur nyenyak karena kepikiran bagaimana cara membayar utang kami yang sangat banyak itu. Uang 30 juta mana mungkin bisa kami dapatkan dalam waktu satu bulan, kecuali gajiku satu bulan 30 juta bersih. Dan itu sangat mustahil.

Bunyi klakson motor mengagetkanku. Aku seketika tersadar. "Astaga, aku sampai lupa kalau aku sekarang lagi di jalan."

Aku menoleh dan tersadar jika aku sedikit lagi hampir menabrak pembatas jalan raya.

"Hey, kamu mau cari mati?" ujar seorang pengendara motor membentakku.

"Maaf Pak!" ujarku meminta maaf.

***

Pov Rahsya

Aku mengirimkan pesan kepada Aluna bahwa dia satu ruangan kerja denganku. Biasanya, sekretaris akan memiliki ruangannya sendiri, tetapi untuk Aluna itu berbeda karena dia orang yang special bagiku. Lagipula ruangan kerjaku sangatlah luas bisa menampung Aluna.

"Semoga aja Aluna seneng dengan sarapan yang telah aku siapkan." Senyuman berkembang di bibirku.

Aku menatap ke arah pintu ruangan kerjaku setelah menyalakan komputer. Lima belas menit kemudian, pintu terbuka dan orang yang aku tunggu berjalan masuk ke dalam ruanganku.

Aluna tersenyum saat menyapaku. Rambutnya yang hitam panjang dia kuncir kuda menampilkan lehernya yang putih dan mulus. Tanganku gatal ingin mengusapnya. "Selamat pagi, Mas Rahsya."

"Pagi, Aluna. Meja kamu di sampingku, ya." Aku menunjuk meja yang berada di samping mejaku, berjarak dua meter dari mejaku. Aluna meletakkan tas hijau tuanya yang dia bawa ke dalam lokernya.

"Mas, sekotak susu stroberi dan roti tawar ini juga untukku?" tanya Aluna menatap ke arahku.

"Iya betul susu dan roti itu juga untukmu. Kamu habiskan susu dan roti tawarnya. Supaya kamu semangat kerjanya."

Aluna tampak senang dengan hadiah kecil dariku. Syukurlah, aku ngga salah beli. "Makasih, Mas tahu aja kalau aku belum sempat sarapan."

"Oh, kalau gitu makanlah," jawabku. Aluna mengangguk kemudian makan dua lembar roti tawar selai stroberi dengan lahap dan terakhir sekotak susu.

Dari samping, aku tersenyum menatap Aluna dari atas sampai bawah. Gadis itu tampak cantik dan juga seksi, kemeja putih lengan panjang membalut tubuhnya yang tinggi, berisi dan montok. Dipadu dengan rok hitam sebatas lutut. Kombinasi itu sangat cocok di kulitnya yang putih. Bagaimana rasanya jika aku bercinta dengan Aluna?

"Kamu cantik banget hari ini," pujiku tulus. Aluna, dia tampak menggemaskan sekali saat tersenyum dan malu.

"Terima kasih, Mas Rahsya."

"Gimana enak ngga roti sama susunya?" tanyaku perhatian. Sejak hari pertama bertemu, Aluna memang sudah mencuri perhatianku.

Aluna mengacungkan jempol kepadaku. "Enak banget, Mas." Dia membuang kotak susu yang sudah kosong ke dalam tong sampah. Ah, Aluna gadis yang rapi rupanya, membuatku tambah suka dengannya.

Aku membawakan map yang berisi SOP (Standar Operasional Prosedur) Perusahaan Bulan dan Bintang memberikannya kepada Aluna. "Sekarang, Aluna, kamu baca-baca SOP ini dulu. Nanti kalau ada yang belum paham nanti bisa tanya sama aku."

"Baiklah, Mas. Aku baca dulu, ya." Aku memperhatikan Aluna yang fokus membaca dokumen yang berisi SOP. Keningnya sesekali mengernyit berusaha memahami kalimat yang ada di dalam sana.

***

Pov Aluna

Sebagai boss baruku Mas Rahsya sangat perhatian dan peduli kepadaku. Aku senang diperhatikan, aku juga merasa disayangi. Boss lamaku juga baik, tetapi ngga sebaik Mas Rahsya.

Tadi pagi aku ngga sempat sarapan karena aku bangun kesiangan. Untunglah, ada sarapan yang disiapkan oleh Mas Rahsya.

Aku membaca satu per satu kalimat yang ada di dalam dokumen tentang SOP tersebut. Mencoba memahami kalimat yang ada. Sesekali aku bertanya dengan Mas Rahsya mengenai hal yang aku belum mengerti.

"Gimana kamu udah lebih paham dengan penjelasanku?" tanya Mas Rahsya dengan lembut. Matanya beradu pandang dengan mataku untuk beberapa detik. Aku pun sempat terpaku dengan keindahan netra matanya.

"Iya, Mas aku udah lebih ngerti." Aku tanpa sadar memandang interns wajah Mas Rahsya yang memiliki paras yang sangat tampan. Laki-laki itu seakan memiliki magnet yang menarikku untuk terus memandangnya lebih lama.

"Kamu cepet banget belajarnya. Kamu pintar," pujian dari Mas Rahsya membuat senyuman berkembang untuk ke sekian kalinya.

"Hahaha, biasa aja Mas." Aku merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

Di tengah-tengah mempelajari apa saja tugas sekretaris CEO. Aku memegang perutku yang berbunyi lapar lagi.

Mas Rahsya terkekeh mendengar suara perutku. "Tunggu sebentar lagi, makanan akan segera datang."

Aku menoleh ke arah Mas Rahsya. "Mas, kamu udah pesen duluan?"

Mas Rahsya laki-laki yang peka dan perhatian, salah satu tipe yang aku suka. Betapa beruntungnya perempuan yang mendapatkan Mas Rahsya nantinya.

"Iya, donk. Sekarang 'kan memang jam tanggung, aku juga laper."

Lima menit kemudian, seorang pelayan wanita mengantarkan dua makanan yang masih hangat. Dan menatanya di meja yang ada di sudut ruangan kantor. Keren sekali, di ruangan ini semuanya lengkap.

"Ayo kita makan dulu, Luna," ajak Mas Rahsya sembari menggenggam tanganku.

Aku menurut saja, mematuhinya. Kami makan saling berhadapan. Sekilas, kami berdua ngga tampak seperti atasan dan bawahan. Malah cenderung terkesan Mas Rahsya yang melayaniku dan memanjakanku.

Aku terperangah menatap makanan yang ada di atas meja. Itu adalah makanan yang mewah, yang harganya sangat mahal. Satu paket bento untuk makan siang harganya hampir mencapai 65 ribu. Biasanya, aku hanya makan makanan yang murah yang berkisar 8 ribu sampai 15 ribu saja. Maklum, aku harus berhemat karena harus bantu kedua orang tuaku yang banyak utang.

"Aluna, kenapa ngga makan? Kamu ngga suka sama makanannya? Kalau kamu ngga suka, aku akan pesen makanan yang baru." Enteng banget saat Mas Rahsya mengatakannya, seakan-akan makanan itu harganya murah. Hah, biasalah orang kaya.

Aku spontan menggeleng. "Ngga Mas, cukup ini aja. Aku hanya kaget, karena aku belum pernah makan makanan mewah seperti ini."

"Oh, ya, udah makanlah nanti keburu dingin ngga enak," ujar Mas Rahsya disela-sela makan.

Seumur hidup baru kali ini aku makan makanan yang mewah seperti ini. Orang tuaku bahkan mungkin belum pernah mencicipinya. Setiap kunyahan rasanya enak banget, dan sangat empuk. Nasinya pun berbeda dengan nasi yang biasa aku makan.

Tangan besar Mas Rahsya terangkat membersihkan sisa-sisa makanan yang berada di sudut bibirku menggunakan tissue. "Aku seneng kamu suka sama makanan yang aku pilih."

"Makasih," ujarku.

***

Pov Rahsya

Aku melihat jam tangan rolex yang bertengger di tangan kiriku. Lima belas menit lagi, para karyawan kantor akan pulang. Aku menoleh menatap Aluna yang masih fokus dengan pekerjaannya sebagai sekretaris. Aku akui, dia gadis yang cepat belajar dan juga pekerja keras. Sejak awal bertemu aku tertarik dengan Aluna.

Aku menatap lembaran kertas yang baru saja aku print. Aku berencana membuat kesepakatan untuk Aluna, yang aku yakin dia ngga akan menolaknya.

Aku bangkit dari posisi dudukku, menghampiri meja Aluna. Aluna yang menyadari kedatanganku ke mejanya lantas bertanya kepadaku. "Mas Rahsya ada apa?"

"Aku ingin membuat perjanjian denganmu. Aku akan langsung mengangkatmu menjadi karyawan tetap di Perusahaan Bulan dan Bintang asalkan kamu mau tidur denganku."

Aluna tampak sedang memikirkan apa yang barusan aku katakan. Dia spontan berdiri, dahinya mengernyit tidak paham. Matanya berkilat marah. "Apa maksud Mas? Aku bukan pelacur, Mas!" Aluna menekankan kalimat terakhirnya.

"Pikirkan tawaranku baik-baik. Ngga mudah menjadi karyawan tetap di sini, aku akan beri kamu waktu satu minggu untuk berpikir."

❤❤❤

Hay, pembaca setia Lakara Cinta. Coba kalian tebak, Aluna akan terima tawaran Mas Rahsya atau ngga, ya nantinya?

See you next chapter❤❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro