Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tattletale - 6 - Ego

Abel menarik lengan Marius sebelum pria itu membuat keributan dengan mulut nyinyirnya. Sekuat apa pun Marius, tidak dapat ditandingkan dengan Serghei yang memimpin kawanannya. Ditambah dengan sejarah pria bertubuh besar itu yang bisa dibilang cemerlang. Cemerlang dalam hal pembantaian kaumnya maksudnya. Mengingat hal itu membuat emosi meletup-letup di dalam dada, tetapi ini bukan saatnya membiarkan emosi mengaburkan penilaiannya terhadap sekitar. Meskipun mereka menang dalam soal jumlah, para anak baru ini tidak akan dapat menandingi tiga orang dari kawanan Serghei.

Serghei berdiri tegak di depan para serigalanya. Keberadaan pria itu dengan aura yang mendominasi sekitarnya membuat mereka berhenti menggeram, ekornya tertekuk ke bawah, berada di antara kaki belakang. Kaos hitam yang digunakan olehnya tidak dapat menutupi otot-otot yang tercetak di sana atau pun luka-luka yang menggores tubuhnya. Mempertegas tanda seberapa banyak perang yang sudah dilaluinya untuk tiba di posisi yang dimilikinya sekarang.

"Marius," panggilnya memperingatkan pria itu yang hendak membuka mulut untuk kembali memantik emosi dari Serghei. Memancing keributan memang hobi dari Marius, tapi entah kenapa seiring tahun yang berlalu, pria itu tidak belajar untuk mencari lawan yang sepadan.

Namun, seluruh usahanya diabaikan oleh Marius yang semakin gencar mengganggu Serghei. "Baumu mengganggu kami, Anjing. Pergi dari sini, atau perlu aku lemparkan tulang ke salah satu sisi? Atau ranting?" pria itu membungkuk untuk mengambil ranting terdekat, melemparkannya jauh ke dalam hutan. "Sana, ambil. Be a good boy." Sambung Marius seperti menyiramkan minyak pada api yang sudah menyala. Tinggal menunggu pria itu disambar oleh apinya saja dan terbakar hingga menjadi debu.

Ia menyerah, memilih angkat kaki dari sana dan membiarkan para pria meributkan ego mereka yang jauh lebih tinggi ketimbang akal sehat. Abel tahu kalau Serghei tidak mungkin membinasakan Marius, atau pun sebaliknya. Masing-masing dari mereka hanya senang menjadi tombol yang memicu emosi satu sama lain sejak lama. Musuh bebuyutan yang dipaksa untuk menjadi sekutu meskipun siap untuk mencabik satu sama lain.

Abel kembali ke posnya. Duduk di batu yang menjadi balkon kecil di tower itu. Melihat bagaimana Marius menyerang Serghei dan sebaliknya. Kekeras kepalaan dan ego mereka terlalu besar untuk berada di tempat yang sama. "Man and their ego." Kesahnya dalam.

Meskipun bulan sudah menggantikan matahari untuk menguasai langit, kedua pria di bawah sana tidka juga berhenti. Para prajurit yang semulanya dipukul mundur oleh rasa takut, kini mulai kembali mengelilingi arena dan melihat pertarungan keduanya. Ia berdecak ketika memerhatikan kerumunan itu. "Kalau sama empat anjing aja mereka takut, berapa lama waktu yang diperlukan buat melatih mereka supaya siap melawan pasukan Dacian yang terlatih itu?" bisiknya pelan. Strategi mereka harus diubah karena sampai sekarang belum juga membuahkan hasil. Padahal, ini bukan kali pertamanya mereka menggantinya.

"Karena itu kita harus melakukan jenis latihan baru." Jawaban yang tiba-tiba muncul dari belakang tubuhnya itu mengagetkan Abel dan membuatnya melompat ke sisi kanan. Kakinya sudah terangkat tinggi, diayunkan pada sisi kepala orang yang membuatnya kaget dan berhenti saat ia menyadari siapa itu.

"Aku hampir mencium kepalamu itu dengan kakiku, Codru." Desisnya tajam. Menurunkan kakinya yang bahkan tidak membuat Codru tersentak. Pria itu diam di tempatnya berdiri, dengan kedua tangan di belakang tubuhnya. Tenang dan tampak tidak terganggu dengan keributan di bawah sana.

"Kau tidak akan melakukannya." Balas pria itu yakin. Jika keberadaan Serghei didominasi dengan aura kekuatan yang menguar dari tubuh kekarnya, berbeda dengan Codru yang mendominasi sekitarnya dengan ketenangan dan tatapan dingin, berbeda dengan warna biru langit yang tercetak di kedua bola matanya. Tahu-tahu kau akan akan kehilangan nyawamu jika lengah hanya sepersekian detik.

"Tapi, aku tetap tidak tahu apakah bisa mengerem mendadak terus menerus jika kau melakukannya lagi kedepannya."

"Aku akan memastikan kau bisa melakukannya."

"Ada apa kau ke sini, Codru? Apa kau mau menggantikanku berjaga dari sini?"

Pria itu terkekeh pelan, "Nope. Aku masih memiliki pekerjaan lain, tapi ada hal yang harus aku bicarakan padamu."

"Apa? Apa kau akan memintaku berjaga di sini selama sebulan ke depan?"

Codru menelengkan kepalanya dengan kedua sudut bibir tertarik ke atas. Seketika instingnya untuk kabur dari hadapan pria itu menyala dengan kencang.

"Justru kebalikannya, Marius akan berjaga di sini selama satu bulan ke depan."

Apa instingnya kini sudah memburuk? Ini berita baguskan untuknya? Bokongnya tidak akan disiksa lagi untuk duduk di tempat ini dengan mata yang tidak berhenti mengawasi sekitar. Baru ia merasa senang, Codru, si pria kurang ajar satu itu meruntuhkan kebahagiaan semunya dengan kalimat tambahan.

"Karena kau akan sibuk di bawah sana. Melatih para anak baru dengan kawanan Serghei."

Kalau ia memiliki jantung, mungkin ini saat yang tepat merasakan kalau jantungnya terjun bebas ke perut dan membuatnya mulas seketika. Rasanya Abel ingin sekali mencari Gian dan mencekik anak manusia itu sampai mati agar pria di hadapannya ini juga menghilang seketika.

6/11/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.Thank you :) 🌟

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro