Tattletale - 5 - Uh-oh
Para prajurit berkerumun di sekitar mereka, membentuk lingkaran berukuran besar dengan dirinya dan juga Marius yang berada di tengah-tengah. Sorak sorai terdengar riuh dan Abel berusaha mengabaikannya, ia harus fokus pada Marius serta kelincahan pria itu yang menjadi senjata mematikannya sehingga ia harus siaga kalau-kalau Marius melakukan pergerakan secara tiba-tiba.
Sejujurya sudah lama ia tidak sparing dengan pria itu, sepertinya sudah hampir seratus tahun terakhir. Mereka sibuk mengikuti rencana Codru untuk mengembangkan bisnisnya agar dapat semakin kuat dan menjadi leverage bagi pria itu untuk melakukan penawaran. Codru tidak main-main dengan rencananya untuk berbaur dengan dunia manusia.
"Apa yang kau lakukan di sana, Bel?" Marius bertanya dengan kedua tangan berada di pinggangnya. Terlihat sangat santai seperti mereka tidak sedang akan bertarung. Tangan kanan Marius terangkat ke arahnya, lalu ke empat jarinya ditekuk dan kembali diluruskan berkali-kali, mengundangnya untuk menyerang. Tangan lainnya berada di kantong celana dan menurut pengalamannya, tangan yang tidak terlihat itu yang harus diberikan perhatian lebih.
"Mau kau dulu atau aku?" ulang Marius, bahunya membungkuk dengan satu kaki lebih maju dibandingkan yang lainnya.
Belum sempat ia menjawab pertanyaan Marius, pria itu sudah meluncur ke hadapannya seperti roket dan mendaratkan bogem mentah ke perutnya. Tubuh Abel melengkung ke dalam akibat serangan dadakan itu yang dilanjutkan dengan terpelanting namun ia dapat berhenti sebelum tubuhnya berguling dan mengenai para prajurit yang berdiri bagai pagar di sekitar mereka.
Riuh kembali terdengar begitu ia sembuh dari keterkejutannya.
"Shit, he really come out and play." desisnya pelan dengan satu tangan memegangi perutnya. Bukan sakit yang parah yang dirasakannya, hanya terlalu kaget dengan tubuhnya yang tiba-tiba saja dihantam hingga keseimbangannya hilang.
Abel menggunakan kaki kanannya sebagai pelontar, ditambah dengan kedua tangannya untuk mendorong tubuhnya semakin kencang ke arah Marius. Memberikan pukulan demi pukulan yang berhasil pria itu tangkis, namun kakinya memberikan kejutan dengan menendang menggunakan dengkulnya pada bagian kemaluan Marius.
"Foul play!" raung Marius dengan tubuh yang tergeletak di tanah, kedua tangan memegangi sesuatu yang berada di kedua tungkai kakinya.
Ia menyengir lebar di antara tawa para prajurit yang bergaung di telinganya. Tahu kalau hal ini akan membuat Marius murka dan kemungkinan ia akan dihajar habis-habisan setelah ini, sehingga ia memilih untuk menikmati beberapa detik kemenangannya ini.
Abel mengedikkan bahu, "Kita tidak pernah menyebutkan aturan sebelumnya."
"Brengsek kau, Bel." Marius kembali berdiri, posturnya kali ini benar-benar siap untuk bertarung. Kedua tangan terkepal erat, tubuhnya membungkuk lebih dalam dan tatapannya mengunci Abel.
Uh-oh, ia harus berhati-hati jika Marius sudah mengepalkan kedua tangannya.
Marius hilang dari pandangannya dan Abel memilih untuk mulai bergerak. Diam di tempat hanya akan membuatnya semakin mudah diserang oleh pria itu. Meskipun tetap ada resiko jika ia bergerak, tetap saja lebih baik ketimbang diam dan tidak tahu akan diserang dari arah mana. Sialnya, ia tidak bisa melompat ke arah dahan pohon dan bersembunyi di hutan untuk menyiapkan serangan dadakan, ia cukup tahu kalau ring 'bermain' mereka berada di tengah-tengah penonton ini sehingga yang dapat dilakukannya adalah berputar di tempat ini, ditambah dengan sedikit gerakan zig-zag.
Mata dan telinganya berada dalam status high alert, mencari keberadaan Marius hingga ia melihat sekelebat bayangan di ekor matanya. Tanpa ragu, Abel mendatangi bayangan itu dan mendaratkan satu tendangan hingga tubuh itu terpelanting jauh dan ia merasa puas dengan pencapaiannya ini.
Baru ia berdiri tegap, tiba-tiba saja tubuhnya diserang dari sisi kanan tubuhnya oleh tubuh yang berbulu. Menjatuhkannya ke tanah dan menekan tubuhnya dengan cakar yang menekan kedua tangannya. Keterkejutannya tidak sampai di sana karena serigala itu kini ditendang oleh Marius hingga membentur pohon besar.
Abel tidak tahu kapan kerumunan itu menghilang dari sekitarnya, namun yang dapat dilihatnya jelas adalah tubuh yang tadi ditendangnya bukan Marius karena pria itu berdiri tegak di sebelahnya seperti perisai. Sedangkan ia sendiri masih kebingungan dengan kedua siku menyanggah tubuh agar dapat menyisir sekelilingnya.
Geraman kembali terdengar dari seberang mereka dan Abel melihat dua serigala lainnya yang berjalan mendekat dengan taring tajam mereka yang terpampang jelas.
Mata Abel mencari-cari sosok yang ditendangnya tadi, sangat keras di bagian kepala.
Serghei bangun dari tanah dengan darah di sudut bibirnya, mengangkat tangan dan menghentikan dua serigala lainnya yang sudah bersiap untuk menyerang. Keduanya memang diam di tempat, tapi tidak dengan tatapan yang menjanjikan akan memutuskan lehernya dengan taring tajam itu.
Serghei mengelap sudut bibirnya yang berdarah, menggeram saat salah satu prajuritnya membaui darah itu sebelum menghilang karena ketakutan. Kaos hitam yang dikenakan pria itu kini bercampur dengan warna cokelat dari tanah yang berdebu, begitu pula dengan rambut dan celana yang dikenakannya.
Abel berdiri tegap, lebih siaga dari ketika ia sparing melawan Marius, terutama karena pandangan pria itu langsung tertuju ke arahnya.
"Apa yang kalian berdua lakukan di sini?" tembak pria itu langsung.
"Apa kau tidak pernah mendengar kata sparing? Keberadaan kalian mengganggu kegiatan kami." Jawab Marius dengan ketus, sama sekali tidak berniat untuk beramah tamah. "Sekarang kau dan anjing-anjingmu itu bisa pergi dari sini." Sambung Marius kesal.
Serghei melipat kedua tangannya, memperlihatkan otot-otot besar serta uliran tato yang tidak dimiliki oleh Marius. Alis tebalnya terangkat satu, "Aku tidak tahu kalau kau sangat buruk sampai harus melawan perempuan." Tukasnya dengan mengejek.
6/11/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.Thank you :) 🌟
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro