Tattletale - 2 - Benar-benar Sinting
"Apa tidak ada yang lebih buruk lagi ketimbang pergi ke sarang mereka? Kita dalam perang, Codru. Para anjing-anjing itu akan dengan senang hati mematahkan leher begitu mencium aromaku."
Codru tersenyum lebar dengan jari telunjuk yang mengacung ke arahnya, "That, my friend, the reason I'm asking Sorina to make this for you." Pria itu lalu mengambil botol kecil dengan cairan berwarna merah muda di dalamnya. Menggoyangkannya hingga isinya ikut berputar.
Nama Sorina yang dibawa dalam percakapan ini membuatnya siaga. Berarti apa yang Codru katakan tadi adalah rencana yang sudah dipikirkan matang-matang, alih-alih memintanya untuk terjun bebas ke kandang serigala. Tapi, mau sebanyak apa pun rencana cadangan yang pria itu miliki di dalam kepalanya, yang kian hari tampak semakin besar, tidak membuat Abel tenang.
"Apa itu salah satu cairan yang dapat membuatmu jadi tak terlihat? Jika ya, aku akan melewatkan kesempatan ini, terakhir kali Marius mendapatkannya, ia berakhir memiliki dua tanduk dan satu ekor selama satu bulan penuh." Tolaknya ngeri, tidak mau menjadi kelinci percobaan Sorina seperti Marius dan para anak baru lainnya.
Yeah, penyihir termasyhur sekali pun melakukan kesalahan dan sering menjadikan orang lain kelinci percobaannya dan entah bagaimana Codru menutup mata akan hal itu. Cinta memang sesuatu yang buruk, pikirnya.
"Lebih baik dari itu. Ramuan ini membuatmu tidak memiliki aroma yang dibenci oleh para serigala."
Abel menyambar botol kecil itu dari tangan Codru dan membuka tutupnya, membaui lewat lubang kecil dan tidak dapat menangkap aroma apa pun dari sana membuatnya sangsi.
"Penciuman kita dan para serigala itu berbeda, Bel." Codru mengungkapkan hal yang sudah diketahuinya, membuatnya lagi-lagi memutar bola mata malas.
Seratus tahun terakhir dihabiskannya untuk meremas leher para anjing itu, setidaknya ia tahu satu atau dua hal mengenai mereka.
"Kau yakin ini berfungsi?"
"Anak baru sudah mencobanya ketika berjalan ke kota di teritori Serghei dan ia kembali utuh, belum menjadi abu."
Ia mendengkus mendengar kata belum yang ditekankan oleh Codru.
"Dan ada di mana blue print ini?"
Cengiran Codru kini berubah menjadi menyeramkan di matanya kala taring-taring tajam pria itu menampakkan diri di sela-sela bibir.
"Ada di pack house."
"Great, straight to hell hole." ucapnya dengan kedua tangan terangkat di samping tubuhnya dan telapaknya mengarah ke langit-langit
"Dan--"
"Masih ada lanjutannya lagi?" protesnya keras, menyela ucapan Codru.
"Dan berada di dalam kamarnya."
Kali ini matanya membelalak. "You asking me to go to Lucifer bed room?! How the fuck I'm supposed to do that?! "
"Wow, pelafalan inggrismu semakin baik, Bel."
Ia melempar botol ramuan tadi, tapi belum sempat menyentuh dinding, Codru sudah menangkapnya lebih dulu.
"Jangan mengalihkan pembicaraan dan memberikan pujian tidak mutu, Codru." desisnya penuh dengan emosi yang menggelegak. Tidak habis pikir pada pria di hadapannya yang sama sekali tidak merasa keberatan menjerumuskannya pada masalah yang sudah pasti akan membuatnya kehilangan nyawa begitu ada sesuatu yang salah.
"Ayolah, kau selalu dapat berpikir cepat dan tangkas. Tidak ada yang dapat menandingimu dalam hal ini."
"Kirim Marius atau Dacian, mereka jauh lecih cepat ketimbang aku."
Codru berdecak pelan, jari telunjuknya mengarah lagi pada Abel yang kini sudah was-was dengan apa yang keluar dari bibir pucat itu. "Itu masalahnya, Serghei not into arse."
Mulutnya terbuka lebar, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kepalanya sudah sakit sejak pertama kali topik ini diangkat dan sekarang denyutan itu semakin parah padahal ia sudah mati rasa dari lama. Apa sekarang rasa sakit cukup hanya dengan berbicara pada Codru saja? Ia harus memikirkan bagaimana caranya agar tidak terus-terusan melihat pria bermata biru di hadapannya ini agar dapat hidup panjang dan tidak menjadi abu.
"Biar aku ulang, kau menyuruhku untuk mencuri dari Serghei dengan cara merayunya agar dapat masuk ke dalam kamar tempat blue print itu disimpan." Ulangnya lamat-lamat. Mencari tanda-tanda kalau Codru akan tertawa dan mengatakan tengah mengerjainya karena sedang bosan, tapi tidak ada satu pun tanda itu muncul.
"Tepat sekali!" seru Codru bersemangat.
"Kenapa tidak sekalian saja kau bakar aku di sini sekarang juga? Aku seharusnya mencekiknya sampai mati, bukannya merayu anjing itu agar dapat mencuri sesuatu!" raungnya penuh emosi. Jijik membayangkan kalau ia berada dalam jarak dekat, tetapi bukannya dalam amarah yang menumpuk dan niatan menghabisi satu sama lain.
"Sayangnya, kita tidak bisa melakukannya, Bel. Kita kalah dalam jumlah."
"Itu karena kau menghabisi klan lainnya!"
"Itu karena mereka masih saja meminum darah manusia, mau tidak mau aku harus menegakkan hukum." Codru menggedikkan bahunya, tidak merasa bersalah sedikit pun dengan hasil dari perjanjian sialan yang membuat populasi mereka menurun drastis dari tahun ke tahun. "Intinya, kau harus melakukan ini karena ini penting untuk rencana jangka panjang kita." Tandas Codru dna ia tahu kalau ia tidak memiliki ruang untuk menolak.
Mati saja kau, Codru!
4/11/21
Cerita si Codru ada di works-ku ya, judulnya Rumpelgeist, lagi masuk shortlist wattys 2021 jadi cerita di sana full version yaa
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.Thank you :) 🌟
Wkwkwk semena-mena banget emang si Eyang. Btw, kalau ada tipo bantu aku dengan komen di paragrafnya yaa. Thank you!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro