Tattletale - 12 - Tidak Bisa Kabur Lagi
"Sekarang, kau bisa duduk di sana," Serghei menunjuk kursi Codru dengan dagunya, "atau di sini." kemudian menepuk pahanya sendiri dengan senyum miring.
Abel memutar bola matanya malas, mengempaskan bokongnya pada kursi kebanggan Codru. Melipat kedua tangannya di dada dengan wajah minim ekspresi. Tidak mau membiarkan pria itu merasa senang karena perubahan mood-nya yang kentara dari wajah. "Ada apa?"
"Awal kita tidak baik, tapi karena kita akan bekerja sama selama beberapa saat, lebih baik kita gencatan sejata."
"Aku tidak masalah dengan apa yang terjadi hari ini."
Serghei menaikkan satu alisnya, "Apa yang terjadi hari ini bukan salahku, kau yang memperlakukanku seperti lalat pengganggu padahal kalian yang membutuhkan kami. Apa yang aku maksud kejadian beratus tahun yang lalu."
Abel paham arah pembicaraan ini tapi memilih pura-pura bodoh, "Awal kalian memburu kaum kami dengan sadis?"
"Tidak ada dari masa itu yang aku sesali. Kaum kalian haus darah dan mengicar kawananku demi bersenang-senang. Ini adalah membunuh atau dibunuh." Rahang Serghei mengetat dan perubahan emosi bermain di warna matanya yang dibingkai dengan bulu mata lebat nan lentik. Hal yang baru diperhatikan oleh Abel, bagaimana pria dengan aura kuat seperti Serghei memiliki satu bagian dari tubuhnya yang feminim?
Lalu, apa yang dikatakan oleh Serghei memang benar. Terlepas dari penampilan mereka yang seperti manusia, mereka tetap memakai hukum rimba. Hanya yang terkuat yang dapat bertahan hidup. Ia sendiri tidak tahu siapa yang memulai, tapi sistem membunuh atau dibunuh itu berhenti karena suatu hal.
Ketegangan yang menguar dari Serghei dan mengisi udara di ruangan ini menekan bahunya. Tatapan megnhujam dari Serghei pun semakin membuat berat mulutnya untuk terbuka.
"Aku membicarakan mengenai kalian yang mencuri dariku dan semua yang terjadi sebelumnya."
Wajah dan tubuh Abel menjadi kaku seketika karena teringat kejadian yang sudah dilupakannya itu. Gelembung ingatan melingkupinya, membuatnya merasa bukan lagi berada di ruang kerja Codru, melainkan ke masa sialan itu.
Abel yang tengah berada di Pack House Serghei setelah berhasil merayunya, ia sendiri lupa bagaimana caranya tapi Abel ingat ia memasukkan ramuan yang diberikan Sorin padanya di minuman Serghei yang katanya dapat membuat gajah pun pingsan seketika, tapi tampaknya pria itu lebih kuat dari gajah.
Serghei bahkan tidak perlu dibantu olehnya untuk berjalan, meskipun langkahnya goyah, tetapi pria itu masih beridri dengan tegap ketika berjalan memasuki pack house yang mirip seperti kastil milik Codru. Tapi, dengan penerangan lebih banyak. Dan orang yang lebih banyak juga untuk menatapnya lama dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya berkali-kali seakan ia adalah seorang pencuri.
"Dia bersamaku." ucap Serghei singkat memutuskan semua tatapan itu dan menganggapnya angin lalu. Tidak seluruhnya memang, beberapa masih mencuri pandang ke arahnya seakan mencari kesalahan yang dapat diadukannya pada Serghei.
Bau para serigala yang menghantam hidungnya sejak mereka memasuki kawasanan ini membuat keinginan Abel secara bertahap untuk kabur meningkat, terutama tatapan yang mereka berikan padanya seperti hendak mengulitinya hidup-hidup atau ia mulai curiga kalau ada salah satu dari mereka yang dapat membaca isi kepala dan juga rencananya hingga kini sedang menyiapkan pedang tajam dan juga api untuk menghanguskan dirinya.
Ia bergidik ngeri membayangkan itu semua. Abel bersumpah akan meminta hal yang mustahil pada Codru begitu misi ini selesai, dan itu sesuatu yang sangat berharga hingga pria itu akan memberikannya meskipun dengan berat hati.
"Ayo," ajakan Serghei membuatnya berhenti menatap balik pada orang-orang yang melihat ke arahnya. Biarpun ia sedikit ngeri, tapi tidak mungkin membiarkan orang lain menang darinya.
Abel mengikuti Serghei yang berjalan dalam diam, ia memperhitungkan kalau pria itu akan langsung jatuh di ranjangnya begitu kaki mereka menjejak di kamar milik Serghei. Mungkin pria itu hanya berusaha untuk tidak terlihat lemah di hadapan kawanannya dan tidak ingin merusak nama baiknya sendiri.
Mereka menaiki tangga hingga tiba di lantai teratas. Tidak ada ruangan lain selain satu pintu berukuran besar berwarna emas. Ia sempat melihat dua orang berjaga di tangga bawah yang membuatnya yakin kalau ini adalah kamar milik Serghei. Matanya mengelilingi sekitar, mencari jalan untuk kabur setelah mendapatkan blue print yang diingini oleh Codru.
Tidak ada jendela di sepanjang lorong ini, dan itu berarti ia hanya dapat mengandalkan jendela di dalam kamar Serghei saja. pasti ada kan? Tidak mungkin pria itu tidak memiliki jendela di dalam kamarnya.
Ia mengekori Serghei yang sudah masuk ke dalam kamar lebih dulu. Matanya langsung menemukan jendela besar yang tertutup. Rasa lega membasuh panik yang memenjarakan rasa amannya selama ini. Tahu ia memiliki jalan keluar dari sana kalau-kalau apa pun yang terjadi setelah ini erakhir buruk. Toh, jika ia tidak menemukan blue print itu, ia sudah melihat dan menghapal semua sudut yang memasuki pengelihatannya. Itu cukup untuk sementara ini biarpun ia tidak tahu apa yang Codru cari.
Abel menghitung dalam hatinya, menunggu Serghei jatuh di atas ranjang, tapi pria itu justru meloloskan pakaian berwarna cokelat dari tubuhnya hingga tidak ada yang tersisa. Menariknya dalam satu sentakan hingga seluruh tubuh pria itu menempel padanya, hanya pakaian yang digunakan oleh Bael yang menberikan jarak di antara mereka.
"Aku sudah meminta orang-orangku untuk mengisi bak di sana dengan air panas, kau harus membuka ini." Serghei menarik pelan tali baju di bagian dada, membuat ikatan itu terlpas dan kengeriannya memuncak karena tangan Serghei yang lainnya kini sudah berada di punggungnya yang terbuka.
Abel tahu ia memang berperan sebagai wanita penggoda untuk membawanya tiba di sini, tapi ia tidak pernah membayangkan harus mandi bersama demi kelancaran misinya. Atau bahkan lebih dari itu. Ia percaya buta pada Sorina yang mengatakan kalau ramuan yang diberikannya tadi dapat membuat Serghei pingsan, tetapi lupa kalau ramuan milik Sorina sering kali salah takar.
Kalau ia memukul pria itu di kepalanya, apa Serghei akan membunuhnya di tempat? Abel terlalu sibuk dengan pikirannya hingga mengabaikan tangan Serghei yang membuka ikatan lain di belakang tubuhnya hingga kini perutnya terbebas dari jeratan korset yang Sorina pakaikan padanya dan itu berarti buruk.
"Kita hanya akan mandi, aku tidak suka aromamu bercampur dengan banyak hal," suara serak Serghei berada tepat di telinganya. Dari nadanya, Abel tahu kalau yang pria itu janjikan lebih dari sekedar mandi.
Abel menempatkan tangannya pada dada telanjang pria itu, membuat serghei menahan napasnya dengan mata yang terpejam. "Apa tidak sebaiknya kau saja yang mandi lebih dulu? Sebesar apa pun bakmu, aku yakin tidak akan nyaman jika berdua." Matanya melirik ngeri pada bak dari kayu yang diameternya lebih besar dari yang dimiliki di tempat Codru. Jangankan dua orang, tiga orang saja dapat masuk di sana.
"Mandi bersama menghemat waktu, aku sangat lelah."
13/11/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.Thank you :) 🌟
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro