Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tattletale - 11 - Terjebak

"Aku capek." Abel ikut merebahkan tubuhnya di ranjang. Wajahnya menghantam bantal.

"Kau tidak tidak mungkin capek hanya karena latihan di arena, Bel."

Benar juga. Kelebihannya dibanding yang lain adalah staminanya, aneh jika hanya karena latihan yang tidak seberapa hingga Abel kelelahan. Ia memutar otaknya cepat untuk mencari alasan lain tapi tidak ada satu pun kaliamat yang dirangkai di kepalanya yang terdengar masuk akal.

"Aku malas," hanya alasan itu yang dapat dipikirkannya. Seperti berinteraksi dengan Serghei mempercepat otaknya lelah sehingga kemampuannya untuk mengolah alasan menurun drastis.

"Kau harus turun kalau tidak mau Codru yang menggeretmu sendiri ke sana. Kau tau bagaimana bosmu itu sangat menyebalkan."

"Dia juga bosmu."

Marius turun dari ranjangnya, "Aku akan mengawasi dari menara."

Abel masih membenamkan kepalanya di bantal. Tidak ingin bangun dan meninggalkan tempat tidur yang tidak ernah ditidurinya ini, tapi ia juga tahu kalau apa yang diucapkan oleh Marius tadi benar. Codru tidak akan segan-segan menyeretnya. Kalau ini hanya mereka berdua, Abel akan ke sana meskipun harus menyeret kakinya, tapi karena tahu Serghei yang ada di sana dan secara khusus mencarinya, membuat Abel bahkan tidak ingin memikirkan dirinya berada di ruangan yang sama dengan pria itu.

Selain kesal, rasa malu juga menguasai perasaannya jauh lebih besar ketimbang yang lain. Ia tidak tahu harus memberikan ekspresi seperti apa nanti, apakah ia harus mulai beramah-tamah? Membayangkannya membuat keningnya membentuk garus lurus. Ini perasaan yang menyiksanya.

Abel melompat turun dari ranjangnya, memaksakan diri dan juga hatinya untuk bersiap bertemu dengan siapa pun yang ada di sana. "Sabar, Bel. Hanya sampai lusa. Setelah itu Serghei akan pulang." gumamnya dengan suara kecil agar tidak ada yang mendengar, hingga i berhenti di pintu raksasa yang memisahkan ruang kerja Codru dengan lorong.

Suaranya yang membuka pitu membuat perhatian dua pria yang berada di dalam sana langsung tertuju padanya. Satu pria dengan mata biru meliriknya hanya sekilas dari balik meja mahogani, sedangkan pria lainnya yang duduk di seberangnya melihat ke arahnya sedikit lebih lama. Abel tidak melihat ke arah Serghei sama sekali, leih baik ia menganggapnya tidak ada ketimbang harus beramah tamah. Toh, ia tidak kurang ajar juga kan? Seharusnya bukan masalah.

Tiba-tiba saja pikiran mengenai Serghei yang mengadu pada Codru muncul di kepalanya. Jika memang benar pria itu mengadu, ia akan mendengar ceramah serta mission imposibble, seperti mengawasi Gian lagi seperti dulu. Ini buruk sekali karena itu dua hal yang tidak ingin dilakukannya.

"Kenapa, Codru?" tanyanya ngeri. Abel duduk di sisi meja bosnya, membelakangi Serghei. Biarpun belakang kepalanya terasa panas karena ditatap terus oleh Serghei, tapi ia berkeras untuk tidak menoleh dan mengalah pada pria itu.

"Aku mau mendengar rencana latihanmu. Serghei mengatakan kalau dia sendiri yang akan mengatur rencana latihan, bukannya omeganya, jadi aku berpikir kalau kita perlu perjelas emuanya dari awal."

"Aku sudah mendengar rencananya, dia sudah mengatakan beberapa peraturan yang sudah aku setujui, jadi aku tidak tahu kalau ada hal baru lagi." Abel mengangkat bahunya sekali. Masih mempertahankan kekeras kepalaannya dengan tidak memerdulikan Serghei, berbicara seakan hanya merek aberdua saja yang ada di ruangan itu.

Serghei menikmati hal ini, punggungnya menyender pada kursi berukuran besar, satu tangan berada di arm rest untuk menopang dagunya. Memerhatikan matanya dengan senyuman mengejek. "Kenapa tidak kau tanya langsung saja pada orangnya di belakangmu?"

Oh, si berengsek ini memang juaranya menyebalkan, gerutunya dalam hati. Ia tidak memilki alasan lagi untuk mengabaikan pria itu lagi, tapi ia tetap mempertahankan posisinya, hanya menoleh melalui bahu.

"Apa ada rencana baru lagi?"

Serghei tampaknya puas dengan usahanya mengabaikan pria itu gagal tidak sampai lima menit ia mendaratkan bokongnya di atas meja Codru.

"Ada sedikit perubahan sehingga aku harus pergi besok, " ucapan pria itu membuat bunga-bunga bermekaran di dadanya, senang untuk tahu karena tidak ada lagi yang akan mengawasinya seperti elang mengawasi mangsa. "Tapi, aku akan kembali dalam beberapa hari. Para kesatriaku akan datang bersamaku nanti, tetapi Adam dan dua orang lainnya akan mulai bergabung dengan kalian di arena berlatih." Dan bunga-bunga yang bermekaran tadi layu seketika ketika mendengar kelanjutan Serghei.

"Tidak ada yang berkeliling di perbatasan lagi?"

Serghei mengusap dagunya dengan tangan kanan, "Dua orang lagi sedang menuju ke sini, dan mereka yang akan menggantikan tugas mereka."

Ia mengalihkan tatapannya pada Codru yang masih tersenyum mengejek padanya. "Apa kau akan pergi lagi selama beberapa hari ke depan?" tanyanya. Ia perlu tahu jadwal Codru jika tidak ingin tiba-tiba saja pria itu menghilang saat diperlukan.

"Tidak ada. Aku akan berada di sini, sesekali akan ikut menemanimu berlatih di arena."

"For real?" Abel memicingkan matanya, tidak percaya pada ucapan Codru, karena bukan hanya sekali dua kali pria itu tiba-tiba saja meghilang di tengah malam dan kembali di pagi harinya. Bukannya mereka berada di keadaan hidup atau mati juga, sih, tetapi akan lebih baik jika tahu keberadaan salah satu di antara mereka kan? Karena tidak tahu kapan Dacian akan kembali dan mereka tidak pernah berada dalam kondisi tidak siaga hingga itu terasa melelahkan baginya.

"Yeah, for real. Aku sudah selesai berkeliling. Kau harus lebih sering mengecek ponselmu, Bel. Aku sering mengirimi pesan ke sana."

Abel memutar bola matanya, "Aku bahkan tidak tahu benda itu sekarang ada di mana."

Codru menepuk pahanya dua kali lalu berdiri dari singgasananya, "Okay, aku perlu untuk masuk ke dalam kamar karena Serghei mengatakan ia harus berbicara empat mata dengamu, aku akan undur diri sekarang juga." sikap blak-blakan Codru itu membuatnya melongo, jadi sebenarnya pembicaraan tadi adalah basa-basi dan ini adalah tujuan dari Codru. Untuk melihat ekspresi kalahnya yang tidak dapat menghindar lagi.

12/11/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.Thank you :) 🌟

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro