Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tattletale - 10 - Dikebiri

Ancaman Serghei membuat kepanikannya melesat naik. Menggedor-gedor akal sehatnya yang tertutup oleh amarah dan juga kekesalan. Apa yang pria itu katakan benar, ia dan kelompoknya yang membutuhkan bantuan dari pria di hadapannya ini dan mau bagaimana pun, ia seharusnya menunjukkan rasa terima kasih, bukannya bermusuhan seperti sekarang apa lagi membuat pria itu tampak seperti lalat alih-alih orang yang mengulurkan tangan.

Bibirnya kering seketika dan pandangan bermusuhan yang diberikan padanya kepada Serghei kini sudah dialihkan pada apa pun selain pria bertubuh besar itu. Bibirnya terkatup rapat meskipun gengsinya tidak membiarkan Abel untuk emgnucapkan maaf untuk apa yang dilakukannya.

Serghei mengusap rambut panjangnya dengan tangan kanan lalu memberikan remasan kencang. Terlihat dari urat-uratnya yang menonjol di lengan pria itu yang kini terangkat sembari membuang napas berat.

"Kalian masih membutuhkanku di sini. I demand respect." Kata Serghei lagi untuk menarik perhatiannya dan itu berhasil karena mau tidak mau Abel harus melihat pria itu untuk menunjukkan kalau ia berusaha untuk melakukannya.

Abel masih melihat tatapan penuh amarah di mata Serghei, ia tidak menyembunyikan hal itu sama sekali. Abel merasa ia sudah melewati batas toleransi yang ditetapkan oleh pria itu terhadap perlakuannya semenjak kemarin.

"Kalau kau tidak mau berada di sini, kirimkan Marius atau siapa pun yang kalian miliki. Aku tidak mau buang-buang waktu untuk hal-hal remeh dan kekanakan seperti ini." Serghei memberikan ultimatum terakhir yang membuat seluruh akal sehatnya kembali muncul ke permukaan dan menguasai kepalanya lagi.

Abel memaksakan tenggorokannya untuk mengeluarkan suara, "Tidak akan terjadi lagi." Cicitnya, yang harus Abel ulangi lagi karena tidak yakin kalau Serghei mendengarnya. Ia lalu kembali mendekat pada pria itu, masih memberikan jarak meski tidak sejauh sebelumnya.

"Besok kesatriaku akan datang, karena aku tidak bisa lama-lama di sini, maka lusa aku akan pulang. Seluruh rencana latihan bsia dibicarakan denganku sebelum aku pulang, jadi sebaiknya kau melihat apa saja yang kalian perlukan selama aku di sini."

"Aku akan mulai meleatih kelincahan mereka. Aku punya beberapa latihan yang sudah aku bicarakan dengan Codru dan juga Marius dan mereka setuju untuk melakukannya. Mungkin itu akan mulai dilakukan saat kalian selesai latihan di sini."

"Ya, aku sadar kau lebih cepat." Bisik Serghei, "Lebih baik mulai melatih kelincahan mereka bersamaan dengan para kesatriaku. Kecepatan mereka jauh di atas yang ada di sini. Mungkin kita bisa mengadakan beberapa pertandingan lari secara berkelompok di hutan." Lanjutnya cepat. "Aku memiliki beberapa latihan lagi yang bisa kita bicarakan nanti karena aku harus mulai menggembleng mereka."

Serghei tidak memberikannya ruang untuk menjawab karena pria itu kini sudah bergabung di tengah-tengah keramaian. Abel menggigit bibirnya, lama berdiam di tempat yang sama, memandangi ap ayang harus dilakukannya karena keempat pria yangberdiri tegak di antara anak baru itu tampak tidak kewalahan sama sekali. Apa yang harus dilakukannya di sini kalau keempat serigala itu saja cukup untuk membuat seluruh anak baru mereka babak belur?

Abel memasuki arena itu dan mulai bertarung dengan asal untuk meluapkan kekesalannya.

**

Tubuh Abel dipenuhi dengan debu dan kotoran yang menempel di sana sini. Ia beberpa kali harus terjatuh karena diserang secara tiba-tiba oleh entah siapa pun itu. Ia membuka jaket hitamnya kemudian ingatan di arena tadi kembali mengalir di kepalanya. Juga mengenai janjinya untuk membakar jaket kesangannya ini. Biarpun ia memiliki jaket serupa dengan warna gelap lainnya, tapi jaket ini sudah bersamanya untuk waktu yang cukup lama. Namun, ia tetap menggeret jaket itu menuju perapian di dalam kamarnya. Ini masih musim panas, dan bukannya ia benar-benar membutuhkannya, tapi ia tetap menyalakannya dan membuang jaket itu ke sana sebelum memasuki kamar mandi.

Begitu keluar, seluruh jaket itu sudah terbakar, menyisakan resleting yang lebur bersamaan dengan rasa malu karena bertingkah kekanakan seharian ini. Tubuh segar dan juga perliaku bitchy-nya yang dikebiri habis-habisan oleh Serghei membuatnya bsia berpikir normal.

Marius menyelonong masuk ke kamarnya lalu merebahkan diri di sana. "Aku dengar kau bersitegang dengan Anjing itu hari ini." Preambule pria yang mengenakan kaos dan celana pendek itu sangat menjanjikan keingintahuan yang coba dicarinya dari Abel.

"Bukan hal yang harus dibicarakan." Tandasnya singkat. Tidak ingin membicarakan hal ini dengan siapa pun.

Bunyi keretek dari kayu yang terbakar di perapian mengisi kamarnya. Bunyi yang jarang mengisi gendang telinganya selama beberapa eatus tahun terakhir, karena memang tidak ada yang membutuhkannya di tempat ini.

"Apa tidak ada yang ingin kau bicarakan? Kau tampak jauh lebih pendiam setelah Dacian pergi."

Abel mendengkus, "Marius, kau bukan tipe pria yang suka berbicara dari hati ke hati dan hal ini menjadi sangat aneh ketika kau melakukannya." Bebernya.

"Well, at least i tried." Desis pria Marius. "Aku berpikir itu yang mengganggumu sehingga kau tidak dapat berfungsi dengan baik."

Apa yang terjadi dengan Dacian memang membuatnya terpengaruh, hingga hari ini. Tapi ia sadar kalau apa yang pria itu lakukan tidak seharusnya menghentikan kehidupannya. Mereka memang seperti kehilangan satu kaki, namun masih ada anggota tubuh lainnya yang berfungsi sama baik yang dapat digunakan.

"Nah, I'm good. I'll get over it in no time. "

"Good, the sooner the better. Before those doggies kick your ass. And by the way, pimpinan para anjing itu mencarimu. Ia ada di ruang kerja Codru."

10/11/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.Thank you :) 🌟

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro