Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 11

Kumandang Azan Isya nyaring terdengar. Sudah bisa ditebak para iblis penghuni beringin tua samping balai desa itu pasti lari terbirit-birit sambil memegangi kelamin mereka. Lagi buncah ke segala arah. Kalimatullah itu meluluhlantakkan kekokohannya sebagai mahluk pembangkang, penggoda, dan penista Allah. Para saleh- salehah berduyun menuju masjid, untuk menunaikan Salat Isya berjama'ah. Para durjana mengabaikan panggilan suci dengan tetap mengerjakan aktifitasnya, termasuk lima pemuda progresif itu.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Bambang.

"Ayo." jawab semua.

Semua bangkit dari duduknya di teras rumah orang tua Kuntarto. Mengemasi laptop dan smartphone mereka. Lukito menjinjing ubo rampe yang akan diberikan kepada Markisut dan Markadut orang tua dari Markenes.

Lima pemuda progersif itu berjalan membelah kegelapan, menuju rumah keluarga Markenes. Iblis senior menyertai langkah mereka. Ia mengendap-endap di belakang mereka. Iblis itu berjalan mengangkang karena kelaminnya terlalu besar. Tangannya sibuk memegangi kelaminnya yang menggantung, merepotkannya.

Jalanan desa sunyi, hanya beberapa orang saja yang lalu-lalang. Nyanyian kesunyian itu dipertajam oleh syair-syair kegelapan yang dibacakan sekawanan serangga dari balik semak. Angin menangis lirih meratapi degradasi moral anak bangsa yang akut. Seperti lima anak progresif ini, yang akan menguangkan goyangan dan keindahan kelamin Markenes. Uang menjadi berhala efektif penyesatan umat, tanpa setanpun menggoda. Hanya karena uang manusia lebih iblis dari setan.

Uang menjadi simbol "Tuhan" bagi penggila harta, kenikmatan dunia, kesejahteraan semu. Uang sebagai alat pemersatu sekaligus pemecah belah manusia. Uang adalah berhala modern, karena penguasa pun tunduk oleh uang. Keadilan tunduh oleh uang. Hukum tunduk oleh uang. Semua tunduk oleh uang. Mereka secara hakiki sudah menduakan Allah. Astaghfirullah.

Sampai di depan rumah keluarga Markenes, salah satu dari kelima pemuda progresif itu mengetuk pintu. Diikuti uluk salam. Karena kalimatullah yang dilafalkan maka iblis senior yang membuntuti terpental dari tempat berdirinya. Iblis itu sampi berkemih, crut! Iblis itu menebah bokongnya yang kotor oleh tanah, karena ia jatuh terduduk.

Seorang wanita paruhbaya membuka pintu. Rengek pintu uzur itu menyayat hati. Mengiringi nyanyian yang terdengar sayup-sayup dari dalam kamar Markenes. Nyayian asmara, kerinduan kepada kelamin Lurah Sosro. Sungguh nestapa syair yang dilantunkan dengan berantakan itu.

"Loh, kok ada bacah-bobah bagos kemari. Ada apa? ayo masuk."

"Terima kasih, Mbok."


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro