Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Niko Ackerman

Aku ingat salah satu hal yang membuat aku bisa bertemu dengan 2 gadis merepotkan, Ao dan Salma. Dunia ku sangat berbeda jauh dengan di sini. Di mana semua rambut orang orang berwarna putih, kulitnya juga pucat, dan keadaan membuat hampir seluruh orang harus berperang.

Saat itu aku di bebaskan misi, jadi aku berfikir untuk ke cafe. Berjalan melewati beberapa mayat itu sudah biasa, karena setiap hari bisa lebih dari 10 orang terkena tembakan.

Jika mau keluar harus memakai masker oksigen, tak ada alat komunikasi kecuali walkie talkie. Itupun hanya digunakan saat perang. Jika di dalam ruangan yang sudah ada pembersih udaranya bisa melepas masker oksigen yang beratnya 5kg itu.

Berat memang, tapi aku terbiasa. Sejak kecil sudah haruskan memakai masker oksigen dan kacamata anti radiasi. Pakaian pun juga harus sudah terdeteksi tak membahayakan kulit dan tahan dengan matahari. 

Menyebalkan bukan? Tak sebebas di dunia ini.

Aku memasuki cafe, dan melihat seorang gadis dengan rambutnya yang di kuncir, jaket, dan segelas coffe.

(Anggap itu ga ada ponsel, ponselnya di ganti gelas coffe.)

'Kirei...' batinku. Apa dia juga tentara wanita? Ah... aku ingin mendekatinya, tapi sepertinya dia cukup judes (?). Ah bodo amatlah.

"Ah... boleh aku duduk di sini?" Tanyaku.

Dia menoleh dan mengangguk. Lalu ke aktivitasnya lagi meminum kopi. "Prajurit juga?"

Dia tersedak, lalu mengernyitkan dahinya. "Darimana kamu tau?"

"Ah... jaketmu, seperti jaket yang di bagikan saat latihan beberapa bulan yang lalu." Dia sepertinya terkejut saat mendengarku mengatakan itu.

"Kau prajurit nona?" Tanya nya.

"Iya."

"Aku sarankan pakailah make up sedikit, karena jika atasan tau tentang kau yang ekhm... cantik kau bisa di ambil olehnya."

Aku terkekeh, memang beberapa kali ada orang atau atasan ku yang ingin meminangku. But, aku ingin bebas, ingin memegang beberapa pistol lagi, ingin merasakan degup jantung yang bergejolak karena suara teriakan di medan perang, ingin berlari dengan masker oksigen, ingin berjelajah kemanapun aku mau.

"Niko... namaku."

"Aora."

Aku tersenyum, lalu memesan white coffe. Tak seperti dunia baruku, di sini kami membayar menggunakan beberapa tetes darah. Minumanku seharga 2 tetes.

Karena darah di sini bisa menjadi bahan pokok yang sangat bermanfaat. Harganya jika beli pun sangat mahal, bisa seharga rumah perliternya. Kenapa tidak mengambil dari darah mayat? Karena darah mereka sudah tercampur dengan udara kotor.

"Apa yang kau lamunkan?" Tanya Aora. Aku tersenyum kecil.

"Hanya menikmati hidup."

Aora mengangguk anggukan kepalanya, ku lihat dari kaca di jendela cafe ini. Ada seorang gadis yang berlari seraya berteriak.

"AWAS ADA BOM BERLINDUNG!!!!!"

oh shit!

Aku dan Aora segera memasang oksigen dan berlindung di bawah meja, tak ada jaminan toko ini bisa tahan bom 80% - 100%. Aku melihat gadis tadi juga berlindung, ah aku salut dengannya.

Telinga kami tutup dan mulut kami buka sedikit. Ini agar gendang telinga kami tak terlalu terkena dampaknya.

Setelah 30 menit berlalu kami melihat kondisi, dan aman. Aku berdiri dan mencoba keluar dari toko tapi gadis tadi mencoba menahanku.

"Nona... jangan... di sana ada beberapa pemberontak... mereka bisa membunuh siapapun yang ada di luar." Tukasnya, dan membuatku mundur.

Aku masuk lagi dan mengikutinya untuk berlindung di dekat kasir bersama Aora.

"Kalian prajurit bukan? Aku membawa beberapa senjata."

Aku dan Aora berpandangan, lalu mengangguk. Menangambil senjata dari tangan ia, aku melihat ukiran nama di pistol milikku. Salma.

Nama yang tak asing.

.
.
.

Jangan tanya kenapa mood ku jelek, karena aku memang moodyan. Sejujurnya aku juga kurang mebgerti tentang sistem sekolah.

Tapi ini cukup menyenangkan saat aku tau banyak cogan... aku tak bercanda. Saat aku di gerbang aku melihat ketua osis Akashi Seijurou. Lalu di belakang nya ada pemuda megane itu tapi dengan seorang gadis yang aku tau namanya Eru.

Oh sial... ku kira dia jomblo.😭

Setelah itu aku melihat beberapa laki laki lain.

Dan kalian tau? Ada seorang gadis yang mirip sekali dengan ketua timku dulu. Namanya Atara Yumi. Pacar Kuroko Tetsuya.

SIAL!!! KENAPA MEREKA ADA PACAR SEMUA?

Aku mendapatkan ingatan dari Niko yang asli di sini, dia pernah menyatakan cinta dan selalu di tolak, why?! Aku akui Niko dan aku sama sama cantik... tapi kenapa di tolak?! Dasar mata laki laki sekarang buta!!!

Pundak ku di tepuk oleh Levi, "apa sih?"

"Jelek mood lu?"

"Ish... pulang duluan sana."

Levi berdecak, "ga inget berita akhir akhir ini? Lu pikun banget sekarang?! Kerasukan apa sih?"

Deg!

Apa aku berlebihan? Aku takut Levi akan tau tentang kepalsuan diriku ini.  Apalagi jika ia tau Niko adiknya sudah tiada bahkan rohnya pun tak aku rasakan.

"Apa sih Lev... gua cuma ga pengen aja ih..."

"Astaga... klo lu pulang sendiri trus ilang gimana? Beberapa siswa udah ilang dan lu mau ilang juga? Oh iya lupa ga bakal ada yang mau nyulik bocah kek lu."

"LEVI..." aku bersungut sungut menghampirnya dan menjambak rambutnya. Kesal sekali rasanya.

"NIKO AKH... SAKIT HEH."

"NYEBELIN BANGET SIH LUUUUUUUU...."

"UDAH HEH... UDAH SAKIT INI... IYA IYA GUA SALAH ADUH..."

Aku menghela nafasku lalu melepaskan tanganku dari rambutnya, ku lihat dari tanganku beberaoa helai rambutnya rontok. Dan jeleknya aku merasa bersalah.

Mataku melihat Levi yang sedang merapikan rambutnya, muka garangnya itu merah padam. Wajahnya yang ketus tambah terlihat menyeramkan. Astaga...

"Sorry..." cicitku.

Levi menatapku, lalu terkekeh. Ia membawa tas ku dan mengajakku pulang. Dan yeah... aku bersyukur. Jika dia marah bisa bisa... aish...

Saat kami mau keluar kelas, aku dan kakakku yang menyebalkan ini terhenti ketika melihat beberapa orang berlari ke arah yang sama.

"Ada apa?" Tanya Levi ke seorang siswa yang terhenti larinya karena di cekal Levi.

"Katanya Erwin~san mau lompat dari atas gym basket."

"Apa?!"

Levi langsung berlari dan meninggalkanku. Aku tau Erwin sahabat karibnya tapi jangan tinggalkan aku juga weh. Akhirnya mau tak mau ku paksa kakiku berlari ke arah Levi berlari.

Aku tau Levi berlari ke atap, lalu ku lihat beberapa orang menata matras agar Erwin saat jatuh tak meninggal.

"TURUN... ERWIN SAYA PERINTAH KAN KAMU TURUN!"

Aku melihat Erwin...

Deg!

Dia... apa ini? Kenapa? Dia seperti orang tak sadar. Eh? Erwin seperti irang linglung. Bukan depresi tapi memang seperti raga tanpa jiwa.

Apa dia sudah mati?

Tapi saat ada yang menyuruhnya turun dan mundur kenapa dia menggeleng? Apa dia...

Ah negatif sekali pikiranku.

Ku lihat Levi dari belakang dan menendang Erwin dari atas gym ke arah matras.

BUAGHHHHH...

Oh shit... AKU MERASA ANIKI KU ITU KEREN... PLEASE...

Beberapa orang langsung menghampiri Erwin dan memberi pertolongan. Erwin sepertinya pingsan aku tak peduli dengan om om itu yang aku pedulikan adalah... BETAPA KERENNYA LEVI SAAT INI.

"LEVI KAU KERENNNNN..." aku berteriak histeris... tak peduli apa kata orang bahwa aku lebay atau apalah... tapi..  aku merasa levi sangat keren.

Setelah Levi turun dia memitingku, "kau memalukan bodoh." Dan kalian tau? Wajahnya sangat merah.

Oh my... betapa imutnya kakakku ini.

"Sakit Lev..."

"Nanti ku traktir sosis bakar ya."

"Eh?" Tumben Levi baik, dia sehat?

"Mau ngga?"

"Mauuuuuu... bener ya..."

Levi mengangguk, lalu menggandengku untuk pulang.

Astaga hari ini... mood ku menjadi bagus lagi hahaha...

"Niko~nee?"

Aku menoleh, "salma?! Ao?!"

Pendek dari yang kemaren emang:v ngehehehe

Thanks yang udah baca;))

Sudah aku katakan ini bukan yaoi😭😭😭😭😭😭

Happy day

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro