Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

tujuh puluh satu : Unboxing Daster

Mengandung 18+ yang belum cukup umur bisa skip, ya, sayang. 💜

🍩

Raka benar-benar sibuk. Setelah mengantar Tara dan Abin dan membawakan barang bawaan istrinya ke dalam rumah, pria itu kembali ke kantor dengan tergesa-gesa. Bahkan ia hampir meninggalkan ponselnya lagi kalau saja Tara tidak memanggilnya di ambang pintu.

Melihat seisi rumah yang rapih, Tara  merasa bangga. Selama ia tidak ada Raka benar-benar menjaga rumah dan merawat Abin dengan baik. Padahal, sebelum mereka menikah pria itu tidak memedulikan kebersihan, banyak pakaian kotor berserakan. Apa ia harus memberikan hadiah pada suaminya?

Melupakan pertengkaran kecil dengan suaminya tadi, Tara mengusap bingkai foto di atas nakas, di sana terdapat foto Tara dan Raka semasa SMA saat mereka masih berpacaran dulu. Tara mendapatkannya dari Arlan saat mereka menginap di rumah mertuanya di Bogor.

"Ini cuma rahasia kita berdua ya, Kak. Kalau Bang Raka nanyain bilang aja nemu di gudang belakang," ucap Arlan.

Tara hanya mengangguk tanpa bertanya lebih.

Raka pun hanya meringis malu karena ketahuan masih menyimpan foto mereka dulu .Ya udah, kita taro di nakas aja, biar selalu merasa muda tiap bangun tidur," ujarnya.

Tara mengusap foto itu, tersenyum tipis mengingat banyak hal yang telah mereka lalui hingga pada akhirnya ia tetap melabuhkan hatinya pada seorang pria yang dulu sering membuat Tara marah-marah hanya dengan candaannya.

"Mim..." Abin memanggilnya dengan bibir yang dipenuh cokelat. "Abin auk Mimi!"

Wanita itu beranjak dari sana dan menghampiri Abin yang duduk di atas karpet bersama sebatang cokelat yang sudah sisa setengah di tangannya. Ia memberikan botol minum pada Abin. "Mau main apa kita hari iniii?"

"Oyi?"

"Ah, iya," sejak tadi Tara memang belum melihat Moli. "Kakak Moli ke mana ya? Mamim belum ketemu, nih." Tara menggendong Abin keluar kamar dan mencuci tangan balita itu di sink. "Moli?"

"Oyi?"

"Selama mamim gak ada Moli ada di rumah, Bin?"

Abin menggeleng.

"Nggak ada?"

"Hm!" Abin mengangguk.

"Terus ke mana?"

"Nda auk!"

Tara mendudukkan Abin di high chair sementara dirinya mulai mencari Moli ke seluruh penjuru rumah, mencari tanda-tanda keberadaan kucing gembul kesayangan suaminya. Ia masih berdiri di halaman belakang rumah sembari memerhatikan kandang Moli yang terlihat kosong dan bersih seperti sudah tidak ditempati sejak lama, tempat makannya pun bersih tidak ada bekas makanan tersisa.

Apa Tara harus bertanya pada Raka?

Tara menggeleng. Pria itu pasti sibuk dan tidak sempat membalas pesannya. Belum sempat Tara mengambil ponselnya di atas meja makan, suara dari ponselnya membuat Tara akhirnya masuk ke dalam.

"Halo, Bu?"

"Halo, Dek. Kamu udah sampai rumah?"

"Udah, Bu. Baru aja. Tara ke Bogor besok pagi, ya? Raka masih ada kerjaan hari ini dan kayaknya gak bisa dimundurin," jelas Tara.

"Iya Dek, gak pa-pa. Ibu cuma mau mastiin aja kamu udah pulang. Kamu istirahat aja ya hari ini, biar besok udah segar lagi. Kasihan adik kamu itu misuh-misuh mulu nanyain kakaknya belum pulang. Dia bahkan udah mau jemput kamu loh tadi pagi kalau ibu nggak larang."

"Oh, ya?" Tara tertawa. Adiknya memang punya banyak cara agar tidak terlihat peduli padanya. "Thank to Ladio Harsa si paling gengsi se-Bogor Raya udah sempat khawatir. Aku baik-baik aja kok."

Eva ikut tertawa. "Ya udah, ibu tutup dulu ya, ada tamu nih yang baru datang. Kamu nggak usah kerja yang berat-berat dulu, siapin tenaga buat besok."

Tara tidak menyangka hari yang dinanti Dio dan Anya akan datang besok. Setelah melalui perdebatan yang cukup alot, akhirnya adiknya akan segera menikah bersama wanita yang paling ia cintai. Tara tidak sabar menunggu besok yang menyaksikan betapa bahagianya Dio di samping Anya.

🍩

Pukul delapan malam Raka baru pulang ke rumah. Kemeja lengan panjangnya sudah dia gulung hingga siku sehingga terlihat kusut di beberapa bagian, wajahnya yang letih tergambar jelas saat Tara membukakan pintu untuknya di ruang tamu.

"Aku siapin air hangat ya," ucap Tara sembari menyalami suaminya.

"Nggak usah. Aku mau mandi air dingin," tolak Raka.

"Oke." Tara mengangguk. "Kamu udah makan malam? Aku masak soto ayam."

Raka menghentikan langkahnya di anak tangga kedua, lalu menjawab tanpa menoleh. "Udah." Kemudian melanjutkan langkah menuju kamar.

Tara mengerjap beberapa kali di tempatnya. Melihat punggung suaminya menghilang di balik pintu kamar membuat wanita itu menghela napas kasar. "Masa Raka masih marah?"

Ia berjalan menuju dapur dan memanaskan soto ayam yang dibuatnya sore tadi. Tidak apa-apa kalau Raka sudah makan, toh perutnya masih bisa menghabiskannya.

Sembari menghabiskan sotonya, Tara memikirkan bagaimana cara membujuk Raka dan membuat hubungan mereka membaik. Karena sungguh ia tidak bermaksud menyalahkan Raka atas apa yang dialami Ganesh saat ini. Tara hanya tidak mau Raka bertindak terlalu jauh.

Kecupan di puncak kepalanya membuat Tara menoleh. Raka dengan keadaan yang lebih segar duduk di hadapannya sembari memainkan ponselnya.

"Tadi makan malam di mana?" tanya Tara.

"Kantor."

"Sendiri?"

"Sama Kalia."

Tara mengangguk. Ia bangkit dari kursinya dan mencuci piring. Tara masih bercokol degan pikirannya. Ia tidak boleh cemburu pada sektretaris Raka. 

Sebuah pelukan hangat mampir di pinggangnya yang ramping membuat Tara tersadar masih ada Raka di belakangnya. Raka menyandarkan kepalanya di bahu istrinya, sesekali mengecup bahu Tara yang polos karena memakai gaun tidur bertali spaghetti. Dan Tara membiarkannya.

"Maaf," gumam Raka di balik punggungnya. "Kamu tahu, aku melakukan itu untuk melindungi kamu. Untuk memastikan kalau dia nggak akan berani datang dan mengganggu kamu lagi. Untuk kenyaman hatiku dan nggak terus-menerus diliputi ketakutan setiap kamu keluar rumah," jelasnya sembari mengeratkan pelukannya pada Tara, mengendus leher wanita itu.

"Aku juga minta maaf. Harusnya aku nggak perlu berlebihan." Tara menggenggam tangan Raka yang masih memeluknya. "Makasih Ka, kamu udah percaya sama aku dan melakukan banyak hal buatku."

Raka membalikan tubuh Tara, membuat mereka saling berhadapan. Perlahan ia mengecup sudut bibir Tara, kemudian memagutnya dengan gerakan lembut. Satu tangannya menahan tengkuk istrinya, yang satunya lagi mengusap punggung Tara dengan pelan.

Ada lenguhan yang keluar dari bibir Tara. Wanita itu membalas ciuman suaminya, kedua tangannya tertumpu pada bahu Raka karena kakinya sudah tidak bisa berdiri tegak. "I love you," bisiknya di sela-sela ciuman mereka.

Raka menatap manik legam istrinya. "I love you more," balasnya sembari mengangkat tubuh Tara ke pelukannya, membuat Tara harus melingkarkan kakinya di pinggang pria itu.

Tara lebih dulu melepas pagutan mereka. Ia menahan bahu Raka.
"Dari siang aku cari Moli karena nggak ada di rumah. Di tetangga juga nggak ada."

"Aku titipin. Takut dia berantem sama Abin." Raka kembali memajukan wajahnya, meraih rahang Tara.

"Titip ke siapa?" Tara memalingkan wajahnya.

"Nggak perlu dipikirin," sahut Raka. Ia menahan rahang Tara agar tidak menjauh, kembali menyatukan bibir mereka. "Kita pakai kamar bawah," katanya membawa Tara keluar dari dapur.

Tara mengangguk. Ia mengecup rahang Raka, membuat pria itu melenguh dan menangkap bibir wanita itu dengan bibirnya. Mereka menuju kamar tamu tanpa melepas tautan bibir yang sudah sama-sama membengkak.

Direbahkannya Tara di atas tempat tidur, tatap mereka tidak putus sementara Raka meloloskan kausnya dari atas. Ia merangkak di atas Tara, tersenyum lembut sembari mengusap sisi wajah istrinya yang bersemu merah.

"Lampunya bisa dimatiin dulu nggak?" tanya Tara.

Raka terkekeh. "Kenapa?"

"Aku malu," aku Tara.

"Aku juga malu." Jawaban suaminya membuat Tara mengerjap bingung. "Kita hadapi sama-sama." Raka mulai mengecup seluruh wajah Tara, dimulai dari kening, kelopak mata, pipi, hidung, dagu, yang terakhir bibir. Ia melesakkan lidah ke dalam mulut Tara yang disambut baik oleh wanita itu. Tangannya tak tinggal diam, mengusap pinggang istrinya naik-turun dengan gerak lembut kemudian berpindah pada bagian-bagian tubuh yang bisa dijangkaunya.

"Ka..." Tara meremas rambut suaminya sembari melenguh.

"Hm?" Ciumannya turun ke rahang, lalu leher, memberi tanda di sana.

"Jangan—ah!" Tara menghempaskan kepalanya ke bantal. "Jangan buat di situ, besok acaranya Dio."

Raka tertawa. "I'm sorry. Nanti kita bilang ke mbak riasnya pakai cream biar ketutup."

Belum sempat mengajukan protesan lagi, ia dibuat mendesah karena tangan Raka mengusap bagian luar panties-nya dengan gerakan lambat, naik-turun, lalu jarinya menyelinap ke dalam sana, menemukan sesuatu yang membuat Tara mendesahkan namanya lebih keras.

"Arghh! Raka..."

Raka menatap wajah istrinya dengan seringai. "You're so gorgeous."

Tara akhirnya menyerah. Malam itu, setelah banyak hal yang mereka lalui menjadi suami istri, Tara akhirnya menyerahkan semuanya pada suaminya. Di balik kamar tamu yang tidak pernah ditempati, mereka melebur bersama, berbagi kehangatan dan melepas rindu karena lama tidak bertemu.

Malam ini adalah awal dari malam-malam yang akan datang.

🍩


[Kesayangannya Abin]

Jaffar :

Kucing brengsek, abis mecahin gelas setengah lusin dia malah minta perlindungan cewe cantik.

Arnando Kusuma : WKWK. ANAK LO @Raka Tasena

Septian : Hm. cw cantiknya sp th.

Arnando Kusuma : Lah, iya.

Arnando Kusuma : Siapa tuh? Udah berani bawa cewe ke rumah tengah malem 😒

Jaffar : Cewe gue.

Septian : No pict hoax.

Jaffar : Itu udah?

Arnando Kusuma : Minimal spill mukanya lah bang.

Jaffar : Jangan.

Arnando Kusuma : Takut ditikung Tian?

Septian : MONYET.

Arnando Kusuma : Wkwk.

Jaffar : Haha. Nggak.

Jaffar : Takutnya kalian mati muda.

Septian : Kalau begini kok gue jadi curiga ya.

Arnando Kusuma : Kenapa?

Jaffar : Gak usah sotoy.

Septian : Tetangga lo yang janda itu kayaknya demen sama lo, Jap.

Septian : Dia kan?

Arnando Kusuma : Hah?

Jaffar : BUKAN, ANJING.

Jaffar : Fitnah lo.

Septian : Lho, kok panik?

Raka Tasena : Berisik.

Arnando Kusuma : Tumben lo baru nyaut.

Jaffar : Dari mana lo? Tanggung jawab gelas wine gue pecah sama si Moli.

Raka Tasena : Baru beres unboxing daster.

Septian : ASUUUUU.

Arnando Kusuma : Gue bernapas lega lo udah lepas perjaka setelah sebulan nikah.

Raka Tasena : Nanti gue ganti. @Jaffar


🍩


Haloo!!!

Maaf updatenya kelamaan 😭🙏
Donat ga pandai bikin narasi 21+ cumaa spill dikit setelah sebulan menikah baru hari ini terealisasikan unboxing dasternya wkwk.

Next kita ketemu lagi secepatnya, tapi chapter kemarin dan chapter ini harus tembut 100 vote ya? Oke gak?



—Salam donat💜
26/05/23

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro