Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

tiga puluh tiga : are you insane?!

Satu Minggu berlalu, kabar tentang Errash masih menjadi perbincangan publik. Keluarga dari pihak Sesha menolak wawancara dari media, sang manager pun ikut bungkam. Membuat para netizen dan media bertanya-tanya ada apa sebenarnya yang sedang terjadi.

Raka pun sepertinya sangat sibuk. Pagi-pagi sekali pergi entah ke mana—ke kantor, Bogor atau Taraka's Bakery—Tara tidak tahu. Tahu-tahu tengah malam pulang dengan keadaan yang kacau. Begitu yang Tara dengar dari penjelasan pak Muklis yang sering melihatnya keluar dari basement. Ia tahu Raka tidak sempat untuk mengisi perutnya sendiri, maka selama seminggu ini pula Tara yang menyiapkan makan untuk Moli setelah pulang bekerja. Pesan terakhir pria itu hanya mengucapkan terima kasih atas simpati yang Tara berikan.

Tara tidak berani bertanya lebih lanjut. Ia membiarkan Raka sendirian, dan menunggu pria itu datang sendiri padanya saat sudah siap bercerita. Mungkin Raka masih butuh waktu, dan Tara siap menunggu.

Ponsel di atas nakas berdering. Tara segera mengangkatnya. "Halo, Mas?"

"Halo, Tar, saya udah sampai lobi."

Senyum wanita itu merekah. "Saya segera turun."

"Take your time, Tar. Saya juga baru sampai," ucapnya.

Tara terkekeh. "Nggak. Saya beneran bakal turun sekarang, kok."

Vian ikut tertawa. "Oke. Saya lagi ngobrol sama pak Muklis."

"Udah kenal pak Muklis?" Tara melebarkan tatapannya. Pasalnya Vian tidak pernah masuk ke tower apartemennya. Selama ini pria itu hanya mengantarnya sampai depan lobi.

"Katanya pak Muklis hafal muka saya yang sering nganter kamu."

Tara benar-benar dibuat tertawa.

Setelah menutup sambungan telepon karena Tara akan segera menghampiri Vian, wanita itu kembali mematut dirinya di cermin mengecek penampilannya sekali lag sebelum menemui Vian. Setelah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, akhirnya mereka bisa bertemu lagi hari ini dan berencana makan siang di All Is Ten. 

Suara bel yang ditekan terus-menerus membuat Tara menghela napas kasar. Ia akan memaki pada Raka yang berani-beraninya mengganggu waktu liburnya.

Dengan tergesa ia membuka pintu.

Satu tamparan mendarat di wajahnya. Tara bersesis, "Apa-apaan lo?!"

Sosok Rissa dengan wajah marahnya menyambut Tara di depan pintu. "Lo yang apa-apaan! Nggak cukup bikin hubungan gue dan Raka nggak dapat restu, sekarang lo yang bikin dia nggak mau nikahin gue!"

Tara mengerjap. Ia mengatur napasnya yang semula memburu. Meskipun wajahnya masih panas akibat tamparan tadi, ia masih waras untuk tidak membalas tindakan barbar wanita di hadapannya. Apa lagi ini?

"Kenapa lo? Nggak bisa jawab? Dasar jalang!" Tangannya tertahan saat akan menampar Tara kembali. "Lepasin, Brengsek!"

Tara mencengkram tangannya. "Gue sama sekali nggak tahu apa pun masalah lo sama Raka!"

Terdengar tawa sinis dari wanita itu, dengan mudah ia menghempas tangan Tara. "Nggak usah pura-pura bodoh!"

"Dengar, Rissa, gue sama sekali nggak tahu maksud dan tujuan lo kayak gini!"

"Nggak usah munafik Tara! Lo yang bikin gue sama Raka nggak bisa menikah!"

"Kenapa gue?! Bahkan gue nggak pernah ikut campur urusan kalian!" Tara berseru keras.

"Raka sendiri yang bilang kalau selama ini lo dan dia ternyata punya anak!"

"Anak???"

Sebelum ia berpikir, Rissa lebih dulu menarik rambutnya yang sudah ditata rapi. "Cewek ular kayak lo nggak pantes buat Raka! Muka polos lo bener-bener nipu! Di luar lo bersikap nggak peduli sama Raka, tapi di belakang lo godain dia! Dasar murahan!"

Wanita itu meringis merasakan rambutnya ditarik kencang, ia kesulitan mendorong Rissa menjauh hingga akhirnya perempuan itu terjerembab. "Gue bukan cewek murahan."

Rissa bangkit, lalu tertawa sinis. "Oh, ya? Terus sebutan apa yang cocok buat cewek munafik yang ternyata diem-diem godain cowok orang?"

Tara memejamkan matanya, merasakan aura Rissa yang penuh emosi mengelilinginya. Ia menghela napas kasar sebelum kembali membalas tatapan wanita itu.

"Selama ini lo bersikap seolah gue yang terlau mengekang Raka, gue yang terlalu curiga sama hubungan kalian, tapi ternyata dugaan gue benar, kan? Lo menjijikan, Tara," desisnya. Ia berusaha kembali menyerang Tara, namun wanita itu berhasil menghindar.

Dengan tatapan dinginnya, Tara berujar, "Pergi."

Rissa menatapnya bengis. "Melihat orang tua Raka yang selalu menyanjung lo selama ini... gue nggak heran kalau ternyata lo main juga sama bokapnya Raka. Atau mungkin itu bukan anak lo sama Raka?"

Tara mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya. Berusaha meredam amarahnya yang sudah di ambang batas. "Pergi," katanya.

"Seujung kuku pun lo nggak bisa dibandingkan sama gue, anjing," katanya sebelum pergi memasuki lift.

Tara menarik napas dalam, mencoba mengatur emosinya. Dengan amarah yang membuncah, ia melangkah ke unit di seberangnya, Tara memasukkan beberapa digit angka lalu membuka pintu di depannya dengan kasar.

"Gila! Lo apain anak orang, Ka? Mau bikin gue mati muda?!" teriak Tara saat masuk ke unit apartemen tetangganya.

Raka mengangkat kepalanya dari atas meja, kemudian meringis melihat penampilan Tara yang kacau. "Demi Tuhan, Tar, gue lagi nggak mau ribut."

"Brengsek! Lo pikir siapa yang nyari ribut pagi-pagi gini, huh?!" Tara menghampiri Raka masih duduk di stool bar.

"Tar, please." Raka menatapnya malas.

"Maksud lo apa bawa-bawa gue ke dalam masalah lo? Punya anak??? Are you insane?!" Tara berseru marah dan memukul pria itu.

"Demi Tuhan, Tar, gue masih ting-ting banget ini," katanya mengelak pukulan tak seberapa dari tetangganya itu.

"Lo lihat gue, Ka," pinta Tara memegang bahu pria di depannya. "Lihat gue! Apa nggak cukup selama ini lo nyakitin gue?"

"Tar... " Raka tertegun melihat wanita di depannya yang tampak kacau. Ia menyentuh sisi wajah Tara yang terkena tamparan Rissa. "Siapa yang ngelakuin ini?"

Tara menepis tangan itu. Ia mundur perlahan, semakin dirinya bicara, semakin sulit mengatur emosinya. Ia terduduk di lantai yang tak jauh dari pria itu. 

Raka beringsut mendekat, berjongkok di depan Tara, lalu memeluknya. 

"Kenapa lo jahat banget, sih?" tanya Tara.

"Tar, dengerin gue dulu."

"Nggak cukup lo hancurin perasaan gue, sekarang lo jadiin gue tersangka atas kebrengsekan yang lo lakuin?" Tara tidak sanggup menahan air matanya lagi. "Apa salah gue sampai lo sebegininya?"

"Tar, maaf. Gue terpaksa ngelakuin ini semua. Cuma lo yang ada dipikiran gue saat itu."

Tara menggeleng, melepas pelukan Raka. Hinaan Rissa, umpatan kasarnya, kata jalang yang perempuan itu lontarkan untuknya, membuat harga dirinya hancur. "Gimana bisa kita tiba-tiba punya anak di saat lo sama Rissa sering berciuman di sini? Di saat kalian bermesraan di depan gue." Ia tidak pernah lupa bagaimana tanpa sengaja memergoki Raka dan Rissa saling membelit lidah dengan tubuh yang menempel satu sama lain di sini. Bagaimana bisa Raka mengkambing hitamkannya di saat Tara melihat tatapan memuja Raka untuk wanita lain.

Raka meneguk ludahnya dengan susah payah. "Tar..."

"Alih-alih Shaluna, kenapa harus gue yang lo pilih sebagai orang jahatnya?"

"Gue batalin perjodohan sama Shaluna."

Tara mendongak.

"Gue udah pernah bilang kan kalau satu persatu bakal gue beresin? Gue cuma butuh waktu, Tar. Gue tahu gue brengsek. Gue emang pengecut, gue sialan, gue bangsat." Raka meraih jemari Tara, mengusapnya, menatap manik sendu itu dengan gurat bersalah. "Maaf karena udah bawa lo ke dalam masalah ini. Tapi nggak ada yang lain selain lo saat ini."

Napas Tara memburu. Ia benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya. "Nggak ada selain gue yang bisa lo jadiin alasan atas kebrengsekan yang lo buat, maksudnya?"

"Tar... lo tahu, gue nggak mau ini semua terjadi."

"Dan menurut lo, gue mau terlibat dalam masalah lo kayak gini?!" seru Tara. "Lo beneran gila, ya?!"

Raka belum sempat menjawab saat suara tangis bayi terdengar dari arah kamarnya. Pria itu berbegegas meninggalkan Tara yang memerhatikan dalam diam di tempatnya.

Raka beneran punya anak?

🍩

HALOOO!!!🙋

gimana kabarnya?
Sesuai janji Raka muncul di sini 🤗

Yang masih tim TARAKA mana suaranya?
Ini cowok emang rada menyebalkan sekaligus sinting, harus disadari sama yang waras wkwk.

Harusnya donat up semalam tapi ketiduran pas ngedit huhu maaf T_T

Vomments yaw biar cepet update dan semangat nulisnya! 😘💜


-salam donat 💜
19/10/22

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro