lima puluh enam : Keraguan
"Kurang dari satu bulan?" Tara menatap Raka dengan gelengan kuat, tatapannya menyiratkan rasa tak percaya. Mereka memutuskan untuk makan siang di hari ini karena menurut Raka, lebih baik Tara tahu hal ini lebih cepat dan setidaknya kalaupun ada hal yang tidak disetujui oleh Tara, Raka dapat memberitahu kedua orang tua mereka secepatnya juga.
"Tar, ini saran dari orang tua. Om Farhan juga setuju karena beliau maunya kita menikah sebelum Dio," jelas Raka. Ia mulai panik ditatap begitu oleh Tara.
"Tapi nggak secepat ini juga, dong?" Tara menghela napas. "Semua terlalu mendadak."
"Lo ragu, Tar?" tanya Raka pada akhirnya.
Tara terdiam.
"Lo nggak setuju karena belum siap jadi istri atau karena masih ragu? Lo takut menyesal setelah menikah sama gue?"
"Bukan gitu, Ka," bantah Tara. "Gue cuma—"
"Gak pa-pa, Tar. Kalau lo keberatan gue yang akan bilang sama papi." Raka menggenggam kedua tangan Tara yang bertumpu di atas meja. "Gimana pun juga lo harus tetap yakin sama keputusan yang lo ambil nantinya. Jangan pikirin gue atau siapapun, tapi pikirin diri lo sendiri," ucap Raka.
Tara balas menggenggam, namun ia tak menjawab.
🍩
Percakapan mereka ditutup sepihak oleh Raka. Mereka melanjutkan makan dengan hening sampai Raka mengantar Tara kembali ke butik.
Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Tara pun bingung harus bagaimana karena sepertinya Raka marah padanya namun tidak mau jujur tentang perasaannya. Mungkin ketidaksetujuannya membuat Raka berpikir kalau Tara memang takut menyesal menikah dengan pria itu.
Tara terus memikirkan ucapan Raka di sisa jam pekerjaannya. Tara mencoba lagi dengan Raka karena ia mengikuti kata hatinya. Namun, perasaan itu tiba-tiba muncul saat obrolan teman-temannya ia dengar kemarin pagi. Ucapan Vian pun membuatnya terus menimang-nimang langkahnya. Sebenarnya perasaannya ini ragu atau bukan? Tara masih mencoba menerka-nerka.
Jemari wanita itu bergerak di layar ponsel, mengetikan sesuatu namun menghapusnya lagi. Ia menghela napas panjang.
Tara Givanka : Ka, Lo marah? [Delete]
Tara Givanka : Raka... [Delete]
Tara Givanka : Nanti malam mau makan apa? [Delete]
Tara melempar ponselnya ke atas meja sembari menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Apa yang harus ia lakukan?
Ia kembali membuka ponselnya dan menghubungi Karina.
Tara Givanka : Lagi sibuk gak, Na?
"Mbak, kita pulang duluan ya," ucap Silvia yang sudah mengais tasnya.
Tara melihat jam sudah menunjukkan waktu pulang. "Ah, iya. Hati-hati." Ia mengangguk.
Tara melihat Silvia menghilang dari balik pintu, ia beralih pada Amiya yang menghampiri mejanya. "Mbak Tara kalau ada apa-apa bisa cerita sama aku, kok."
Wanita itu mengerjap beberapa kali. "Hm?"
"Maaf karena kemarin ikut nimbrung pas ngomongin mbak Tara sama pak Raka," ucapnya. "Jangan dipikirin ya, Mbak. Semua yang mbak lakuin nggak merugikan mereka."
"Makasih, Mi." Tara tersenyum tipis. "Aku emang agak kepikiran, sih, sama omongan mereka. Gimana pun aku bersikap cuek pas mereka natap aku nggak suka, aku sebenarnya marah."
"Maaf, mbak." Amiya menundukkan kepalanya. "Pas aku keguguran kemarin, aku banyak dapat tatapan cemooh dan omongan jelek dari yang lain, Mbak Tara sama sekali nggak ikutan. Tapi sekarang, ketika posisinya berbalik, aku malah ikut mereka."
Tara mengusap wajahnya. "Aku nggak pernah berniat merebut Raka. Aku sama Raka balikan setelah dia putus dari Rissa satu bulan lalu. Dan aku marah pas dengar kalian nuduh aku begitu," aku Tara. "Apa kalian sering ngomongin aku juga sebelum kemarin?"
Amiya tampak salah tingkah. "Ngomong tuh bukan yang kayak kemarin kok, Mbak. Cuma iseng-iseng ngobrolin tentang kedekatan mbak Tara sama pak Vian aja. Kami sering perhatiin kalau pak Vian dateng buat makan siang atau nganter pulang," jelasnya. "Sekali lagi maaf ya, Mbak."
Tara mengangguk. "Iya, Miya."
Setelah menggumamkan kata terima kasih Miya pamit pulang lebih dulu. Dan Tara kembali sendiri. Memikirkan bagaimana ia menghubungi Raka lebih dulu.
Karina Azalea's calling
Tara segera mengangkat sambungan telepon masuk dari sahabatnya.
"Halo, Na?"
"Kenapa, Tar? Sorry gue abis dari luar."
"Kalau gue nikah bulan ini gimana, Na?"
"Hah? Serius lo, Tar? Kok mendadak banget? Nggak mungkin kan lo bunting?!"
Tara melebarkan pupilnya mendengar pertanyaan itu. "Gila kali, lo, ya!"
Terdengar tawa Karina yang merusak telinga. "Bercanda! Gue yakin sih umur doang tua, tapi lo belum pernah cipokan sama sekali."
"Kata siapa?" tanya Tara.
"Hah?"
"Hah?"
"Maksudnya lo pernah kissing, Tar?"
Tara terdiam.
"Sama siapa, anjir?!"
"Tar?"
"Halooo?"
"Skip, deh. Gue kan lagi nanya pendapat lo kalau gue nikah bukan ini, Na," decak Tara.
"Jawab dulu, first kiss lo sama siapa?"
"Ya... siapa lagi?"
Karina memekik. "KAPAN?! GILA LO, YA?"
"Apaan, sih, Na?" Tara berdecak.
"Kapan lo kissing sama Raka? Kemarin-kemarin?"
Jauh sebelum Raka nyium gue saat mabuk malam itu. Namun, jawaban itu tidak Tara ungkapkan. "Gak usah kepo."
"Gue harus tahu!"
"Gue aja nggak nggak kepo lo ngapain aja sama Nando selama ini," dengkusnya.
"Lebih dari grepe-grepe pokoknya!"
"Gila beneran lo, ya?!"
Karina lagi-lagi tertawa. "Gue lagi suntuk banget ngerjain naskah baru. Butuh hiburan."
"Makanya liburan."
"Nanti aja liburannya sekalian honeymoon. Irit biaya."
"Lo nikahnya aja masih lama!"
"Lo dulu, deh, yang nikah," kata Karina. "Menurut gue sih gak ada salahnya mau bulan ini atau bulan depan, atau bulan depannya lagi. Intinya sama-sama bakal nikah sama Raka 'kan?" Suara Karina berubah serius.
"Yaaa, iya, sih. Tapi gue masih takut."
"Takut kenapa?"
"Gue takut kalau keputusan ini langkah yang salah."
"Lo takut nyesel udah nikah sama Raka?"
"Gue ngasih Raka kesempatan untuk kita bangun lagi hubungan yang lebih serius," katanya. "Lo ngerti nggak, sih, Na, ibarat kepercayaan gue tuh lagi dibangun kembali buat dia? Gue masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan hubungan yang sekarang setelah apa yang terjadi di antara kita selama ini. Gue takut, Na. Gue butuh waktu untuk benar-benar yakin sama dia. Gue takut kalau gue hancur lagi." Tara mulai terisak.
"Tar, are you crying?" tanya Karina. "Hei..."
"Tapi kayaknya Raka marah sama gue karena dia merasa gue terlalu meragukan usaha dia."
"Tar, gue ngerti kok. Lo masih harus menyiapkan diri untuk merubah status kalian. Bukan karena lo nggak yakin sama usaha Raka, tapi ini tentang diri lo. Apa lo bisa percaya lagi sama Raka yang akan jadi suami lo, atau lo akan terus-terusan ragu tentang pernikahan seperti yang selama ini lo pikirin." Karina sama sekali tidak menghakiminya. Wanita terlalu tahu perasaannya. "Gue yakin Raka nggak akan marah. Dia cuma lagi pengin nenangin diri aja mungkin? Nggak mau kebawa emosi dan dia juga harus ngertiin perasaan lo."
🍩
[Ada Yang Mau Kawin]
Raka Tasena : Gue seenggak worth it itu, ya?
AH Jaffar : To the poin bang.
Raka Tasena : Kalo Tara ragu sama keputusannya, itu artinya gue nggak worth it?
Septian : Iya.
Raka Tasena : Anjing.
Septian : Gue jujur?
Raka Tasena : Bacot.
Septian : Gak jelas lo, monyet.
Raka Tasena : Gue barus apa?
Arnando Kusuma : Mandi junub.
Raka Tasena : Lo kira gue abis ngapain, sat?!
Septian : WKWK.
AH Jaffar : Goblok, Nando.
Arnando Kusuma : Emang Tara kenapa? Kok bisa ragu?
Raka Tasena : Gak tau. Semalem dia nanya apa menurut gue, dia udah yakin atau belum.
Raka Tasena : Ya masa nanya gue, sih? Kan dia yang tau perasaannya sendiri.
Septian : Waduh, tiati, doanya Jaffar dijabah.
Raka Tasena : Emang anjing.
AH Jaffar : Bercanda, anj.
Raka Tasena : Gak lucu sumpah.
Raka Tasena : Gue galau berat.
Raka Tasena : Mana si Rissa ngancem gue segala lagi.
Arnando Kusuma : Ngancem gimana?
Raka Tasena : Dia bakal mastiin kalo gue sama Tara ga bakal bahagia.
Septian : Ih, amit-amit. Rissa ngapain masih ngurusin anakonda kayak lo, dah.
AH Jaffar : Anakonda 🤣
Raka Tasena : Serius monyet.
Arnando Kusuma : Ya udah lo tanya baik-baik sama Tara. Bicarain dengan kepala dingin, jangan sampe berantem yang mengandung emosi.
Septian : Kepala dingin tuh kepala yang mana, Ndo?
Raka Tasena removed Septian the group
AH Jaffar : HAHAHA ANJING.
Raka Tasena removed AH Jaffar the group
Raka Tasena : Gue harus gimana, Ndo?
Arnando Kusuma : Gue mau di kick juga?
🍩
HEHEHE.
Biasanya donat selalu stok 1/2 chapter jadi kalo udah masuk jadwal up bakal langsung up palingan revisi dikit, tapi semenjak tgl 1 kemarin donat ga ada tabungan jadi ngetiknya dadakan. maaf ya ngaret dari jadwal 🥲
Kemaren gak sampe 100 vote tapi gapapa, lagi lucky aja kali dapet 100 wkwk. Yang udah vote + komen makasih banyak💜💜
Yang ini vote + komen, ya? Kita ketemu lagi sama TARAKA secepatnya! 🤗🤗
—Salam donat💜
19/01/23
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro