Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

lima puluh delapan : Pacaran

Ada 18+ sedikit, yang belum cukup umur skip bagian itunya ya.




🍩


Tara baru saja merebahkan tubuhnya di tempat tidur saat suara bel unitnya berbunyi. Wanita itu memiliki pekerjaan yang cukup banyak bulan ini sehingga baru bisa pulang saat malam tiba. Dan ia baru saja akan terlelap kalau saja suara itu tidak mengganggunya.

Raka pun kembali terbiasa menjemput Sabrina di daycare sendirian dan membiarkan Tara pulang dengan kendaraan umum karena setelah memandikan Sabrina dan memberi balita itu makan malam, ia pun kembali berkutat dengan pekerjaannya. Mereka benar-benar sibuk seperti yang dikatakan Raka sebagai alasan penunda pernikahannya dengan Tara pada Dirga tempo hari.

Tara melangkahkan kakinya menuju pintu, membukanya dengan malas. Raka dengan kaus putih polos dan celana tidur berdiri di depannya sembari menggendong Sabrina yang tersenyum padanya. Pria itu tersenyum lebar tanpa bersalah telah menganggu waktu istirahat Tara.

"Halo, Mamim?" sapanya.

"Hai." Tara mengerjap. Ia membuka pintu lebih lebar, kemudian mempersilakan Raka masuk. "Gue baru pulang."

"I see." Raka duduk di sofa dan mendudukkan Sabrina di sebelahnya. "Klien baru?"

Tara menggeleng. Ia membuka kulkas dan mengambil sebotol air dari sana, lalu menuangkannya ke dalam gelas. "Kenalan keluarganya Tante Nilam. Mereka datang ke butik pas keluarga Tisha selesai gue kasih desain gaun bridesmaid," jelasnya yang kemudian duduk di atas stool bar.

Raka mengangguk. "Mulai musim nikahan, ya?"

Tara tersedak. "Apa sih bahasa lo!"

"Lho, emang benar kan?"

"Iya, deh." Tara memutar matanya dengan malas.

"Gue sama Abin ganggu, ya?" tanya Raka melihat Tara tidak nyaman di tempatnya.

"Nggak. Gue cuma kegerahan aja. Mandi dulu, ya?" katanya.

Raka mengangguk. "Gue tunggu di sini. Ada yang mau gue bicarain."

Tara langsung beranjak menuju kamar mandi setelah mendapat persetujuan Raka. Jujur saja hari ini ia sangat lelah. Ia sudah hampir menyelesaikan pekerjaannya untuk dua klien keluarga pejabat, namun beberapa yang lainnya belum, sementara batas waktunya sudah di depan mata. Raka juga sedang menangani dua proyek berbeda, itu mengharuskannya membagi fokus antara proyek satu dengan yang lain, dan membagi waktunya untuk Sabrina.

Sementara menunggu Tara selesai dengan urusannya di kamar mandi, Raka memainkan rambut Sabrina dengan gemas. Rambut balita itu sudah mulai tumbuh lebat karena tiap pagi dan sore dikeramasi. Lucu juga melihat dirinya yang sekarang. Raka yang dulu hobi clubbing bersama Rissa dan Baskara, kini memutuskan untuk memiliki anak dan kembali pada Tara.

Dalam kurun waktu tiga bulan, semua hidupnya berubah. Jika dulu Raka melampiaskan rasa lelahnya dari pekerjaan dengan mengajak Rissa bertemu, kali ini ia punya dua wanita yang akan hidup dengannya selamanya. Hanya dengan melihat senyum mereka saja membuat Raka merasa bebannya terasa ringan.

"Bin, kamu kangen mamim nggak?" tanya Raka pada Sabrina.

Balita itu menoleh, lalu membuang dotnya. Ia merangkak naik ke atas tubuh Raka. "Mamim!"

"Sayang mamim?"

Sabrina mengangguk.

"Kangen mamim?"

"Hm!"

Raka membawa Sabrina ke pelukannya. "Kesayangan papip sama mamim harus jadi anak yang pintar, ya?"

Sabrina menggeram, namun ia tidak keluar dari pelukan Raka, ia justru merebahkan kepalanya di dada bidang Raka, merasa nyaman.

"Lo harus lihat gimana gemesnya Sabrina, Rash. Dia tumbuh dengan baik," gumam Raka.

"Abin tidur?" tanya Tara setelah keluar dari kamarnya.

Raka menatap Tara yang kini sudah berganti pakaian. Blouse kuning cerah wanita itu telah berganti dengan setelan tidur atas bawah selutut. Make up di wajahnya sudah terhapus bersih dan kini terlihat lebih segar daripada sebelumnya. Rambutnya yang basah masih meneteskan bulir-bulir air ke bahunya. Indah. Tara tidak pernah tidak membuat Raka merasa kagum dengan wanita itu.

"Cantik."

"Hah?" Tara mengernyit.

"Lo cantik banget, sih," pujinya.

"Oh? Thanks." Tara ikut duduk di sebelah Raka. "Abin tidur?" Ia menunjuk dengan dagunya ke arah Sabrina.

Raka mengikuti pandangan Tara. Ia terkekeh. Baru saja tadi Sabrina merangkak ke tubuhnya. "Padahal dia kangen banget sama mamimnya. Udah lama nggak main bareng."

Tara tersenyum tipis. "Maaf, ya. Kerjaan lagi banyak. Harusnya kita ada di momen pentingnya Abin. Tapi justru orang lain yang banyak menghabiskan waktunya."

"Hei, gue nggak bermaksud untuk menyinggung hal itu," ucap Raka.

"Iya. Tapi gue merasa bersalah. Gue bukan mamim yang baik." Tara menghela napas.

"Tar, lo mamim terhebat buat Abin." Raka meraih jemari Tara dan menggenggamnya.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Tara mengalihkan pembicaraan mellow mereka.

"Ah, itu. Gue boleh tidurin Abin sebentar, nggak? Dia pasti nggak nyaman tidur kayak gini," ucap Raka. Sabrina tidur menelungkup di dadanya dengan posisi tidak nyaman.

"Di kamar gue aja." Tara mengambil alih Sabrina pelan-pelan, ia tidak mau pembicaraan mereka akan mengganggu waktu tidur Abin seperti saat mereka bertengkar di unit Raka dan di hotel hari itu.

Menunggu Tara kembali dari kamar, Raka membuka ponselnya yang sejak tadi terus bergetar di saku celananya.

[Ada Yang Mau Kawin]

AH Jaffar : Ada yang mau oleh-oleh? Gue beli kain tenun di Lombok.

Septian : Tumben bgt lo beli oleh-oleh.

Arnando Kusuma : Biasanya kan pelit.

AH Jaffar : Mau kagak?

Septian : Mau, sayang.

AH Jaffar : Ya udah.

Septian : Raka mau gak?

Arnando Kusuma : Gak usah diganggu.

Septian : Kenapa?

Arnando Kusuma : Lagi pacaran.

Septian : Wah.

Septian : Pastikan Sabrina udah tidur, ya ☺️

Raka menutup ruang obrolan grup itu. Ia mendengkus pelan.

"Gimana, Ka?" tanya Tara duduk di tempat semula dengan posisi menghadap ke arah Raka

Raka menatapnya dengan lekat.

"Ka?"

"Hm?"

Tara merasa deja vu dengan posisi mereka saat ini. "Mau ngomong apa?"

Raka mencondongkan tubuhnya ke depan, tersenyum tipis. Satu tangannya mengusap sisi wajah Tara yang halus, dan tangan satunya lagi menahan berat tubuhnya.

Tatapan mereka saling terkunci. Tara berusaha menormalkan detak jantungnya, takut-takut pria di depannya ini mendengarnya dan akan meledekinya habis-habisan.

Namun, sepertinya Raka tidak menyadari itu. Pria itu memiringkan wajahnya, kedua bibir mereka perlahan saling bersentuhan. Mendapat tidak adanya penolakan dari Tara, Raka mulai menekan bibirnya kuat, menggerakkan bibirnya di atas bibir Tara dengan perlahan.

Tara mulai membalas kecupan itu. Mereka saling memagut. Tangannya yang sejak tadi meremas kain di sisi tubuhnya kini terangkat meraih belakang rambut Raka dan meremasnya. Sedangkan satu tangan pria itu masih memegang rahangnya, dan satunya lagi mengusap pinggangnya. Lidah mereka saling bertemu, membelit satu sama lain dan membuat Tara terengah.

"Ka..." Tara menahan tangan Raka yang akan masuk ke dalam bajunya.

Seolah tersadar, Raka melepas ciuman mereka, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Tara yang harum lavender. "Sorry."

Tara merasakan geli di sekitar lehernya saat Raka menghembuskan napasnya di sana. Ia berdehem. "Ka..."

"Hm?" gumamnya.

"Kita jadi bicara?"

Raka menjauh ke sudut lain sofa, mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Sorry, Tar."

Tara mengangguk kaku.

"Gue mau bicarain soal konsep resepsi," katanya sembari mengusap belakang lehernya. Raka belum bisa menghilangkan rasa malunya. "Ah, sialan." Ia beranjak dari sofa, lalu meneguk air yang tadi Tara keluarkan dari dalam kulkas.

Tara menatap punggu lebar itu dengan wajah bersemu. Lo ngapain balas, sih, Tar? Udah gila lo, ya?

"Tar, gue pulang aja, ya?" Raka menatap Tara sekilas, lalu kembali meneguk minumannya hingga tandas. "Gue izin masuk kamar lo buat bawa Sabrina. Kita bicarain ini nanti."

🍩

Dia malam kabur wkwk.

Hubungan mereka diisinya sama Abin dan masalah melulu, dan setelah di liat-liat ke belakang, mereka ini ga ada romantis-romantisnya sebagai pasangan. Ya udah donat selipin yang manisnya dikit di sini, setelah chapter-chapter kemarin banyak bikin keselnya kita happy dulu di chapter ini 🙈

Yang mau TARAKA cepet update vote + komen, ya!

—Salam donat💜
24/01/23

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro