empat puluh satu : Gagal lagi
Tiga hari berutut-turut Raka berangkat pagi-pagi sekali untuk mengantar Sabrina ke daycare, ia langsung pergi ke kantor dan menyelesaikan semua pekerjaannya hingga sore menjelang dan menjemput Sabrina.
Baskara adalah partner yang baik dalam bekerja. Ia mengerti keadaan yang menghimpit Raka, berusaha mengejar semuanya dan mereka benar-benar on time dalam mengerjakan projek dari klien. Mereka pun sukses membuat Rio bungkam dan mengakui kualitas kerja yang didedikasikan untuk perusahaan.
Namun, hal itu tidak membuat Raka melalaikan tugas barunya menjadi ayah. Raka berusaha meluangkan waktunya untuk Sabrina saat mereka telah tiba di apartemen malam hari. Ucapan Seila ada benarnya. Ia harus ikut merawat Sabrina di tengah sibuknya pekerjaan dan masalah yang ia hadapi.
Balita itu sedikit-sedikit mulai nyaman tinggal bersamanya dan memanggilnya meskipun patah-patah.
Seperti malam-malam sebelumnya, satu tangannya sibuk dengan gambar-gambar di atas meja dan satunya lagi mengusap punggung Sabrina yang tengkurap di atas sofa di depan TV. Balita itu tampak kelelahan sehabis bermain dengan ayahnya.
"Pa-pa-pa..."
"Hm? Mau tidur, Bin?" Raka menoleh sebentar pada Sabrina.
"Mamam..."
Raka tertawa. "Kamu udah makan, sayang. Besok makan enak dan jalan-jalan seharian, ya?"
"Maaamam! Pap-pap!"
Raka mengabaikan ocehan Sabrina karena jujur saja, ia tidak mengerti artinya.
"Pap-pap!" Sabrina menarik lengan baju Raka meminta perhatian.
"Oke, kita tidur, ya?" Raka meninggalkan pekerjaannya di ruang tamu, ia membuat susu formula untuk Sabrina di pantri. "Diam di sini, oke? Jangan ke mana-mana."
Namun, belum genap enam langkah ia meninggalkan Sabrina, balita itu menangis kencang dengan posisi kepala di atas karpet dan kaki yang masih di atas sofa.
"Astaga!" Raka menggendong Sabrina, lalu mengusap-usap kepala sang anak yang kemerahan. "Papa bilang juga jangan ke mana-mana."
Bukannya reda, tangis itu kian menjadi. Raka yang bingung harus bagaimana berusaha membuat susu formula dengan Sabrina di gendongannya yang tidak mau diam dan terus menangis.
"Sabar, Bin, sabar." Ia berjalan ke sana-ke mari sembari memberikan dot susu. "Kita tidur, ya. Jangan nangis terus. Besok kita jalan-jalan."
Sabrina meronta, wajahnya memerah namun air matanya tidak keluar. Raka mendadak bingung harus bagaimana. "Ini nangis beneran gak, sih?" gumamnya.
Raka kewalahan menggendong Sabrina karena berat balita itu cukup membuat tangannya pegal dan tangisnya tidak kunjung reda.
Sesulit inikah menjadi orangtua?
Bayi yang menangis aja nggak bisa lo urus, Ka, apalagi nanti kalau Sabrina minta punya pacar?
Lima belas menit ia me-nina bobo-kan Sabrina dalam gendongannya, Rakak membawanya ke kamar dan menidurkannya di atas tempat tidur. "Selamat tidur cantik. Papa mau lanjut kerja dulu ya."
Lembar-lembar gambar desain di atas meja yang masih berserakan membuat Raka harus menyegarkan otaknya. Proyek penginapan di Ubud berlokasi di tengah hutan dengan jalanan berliku, membuat timnya harus mendesain konsep yang menarik bukan hanya untuk klien tapi juga pasar di sana.
Sejenak Raka memejamkan matanya, ia sudah bekerja sekeras ini namun semua orang tetap memandangnya remeh. Atas dasar kuasa keluargalah ia ada di posisi ini.
Ponselnya lagi-lagi bergetar di atas karpet. Ia sengaja mengabaikannya dan fokus bekerja, namun, satu pesan masuk membuat Raka menegakan tubuhnya.
Nita Manager Rissa : Lo apain Rissa? Dia kacau banget.
Raka Tasena : Gue udah putus.
Nita Manager Rissa : Justru karena itu. Gara-gara lo selingkuh dan punya anak sama mantan lo, Rissa jadi kacau.
Raka memilih mengabaikan pesan itu. Jarinya menggulir beberapa pesan masuk, kemudian jarinya membuka ruang obrolannya dengan Tara.
[Thursday]
Raka Tasena : Gue bikin sup kebanyakan. Dimakan, ya.
[Friday]
Raka Tasena : Tar, kemarin lo kerja?
Raka Tasena : Are u okay?
Raka Tasena : Gue ke butik, katanya lo nggak masuk. Masih sakit?
Raka Tasena : Gue boleh ke sebelah?
[Today]
Raka Tasena : Tara?
Raka Tasena : Lo masih marah?
Pesan terakhirnya ia kirim siang tadi saat makan siang, namun, semuanya tidak ada yang dibaca oleh wanita itu. Berpindah pada pesan yang lain, pesan masuk beberapa jam lalu dari Kiera, Raka memilih mengabaikannya. Maminya masih saja membujuknya untuk pulang menuruti semua perintah papinya.
Ia membuka isi pesan grup teman-temannya.
[Tim Sukses Melamar Mantan]
Arnando Kusuma : Besok sore kita serbu apartemen Raka.
Septian : Meluncur.
AH Jaffar : Gue belom balik.
Septian : Ya udah gak usah balik. Kita cuma butuh Raka.
AH Jaffar : Anjing.
AH Jaffar : Jadi lo beneran gagal lagi ngelamar Tara?
Arnando Kusuma : Lagi?
Septian : Apakah ada hal yang terlewatkan? 🤔
AH Jaffar : Shit.
AH Jaffar : Kalian nggak tahu?
AH Jaffar : Sorry Ka. Gue pikir mereka udah tahu.
Arnando Kusuma : Oh, man. Lo mau main rahasia sama gue?
Septian : Sampai sini sajakah persahabatan bagai kepompong kita? 😀
Septian : Ya oke. 😀
AH Jaffar : Emoji lo geli, njing.
Septian : Merasa terkhianati gue.
Septian : Lagi marah. 🙂
Arnando Kusuma : @Raka Tasena Keluar lo babi.
Septian : Jadi gini maksud lo, Ka?
AH Jaffar : Sorry, Ka. 🙏
Raka Tasena : Anjing.
Septian : Lo lebih anjing @Raka Tasena
Arnando Kusuma : Kapan lo ngelamar Tara? Pacaran sama Rissa aja susah bgt buat serius.
Septian : Lo bener-bener ye, Ka.
Raka Tasena : @AH Jaffar KELUAR LO SETAN!
AH Jaffar left the group
Raka Tasena : Babi.
Septian : WKWKWKWK *tertawa terbahak-bahak seperti squidward
Arnando Kusuma : Tapi beneran lo pernah ngelamar Tara, Ka?
Raka Tasena : G.
Septian : Rencana ngelamar Tara?
Raka Tasena : Y.
Septian changed name the group to Lagi-lagi Gagal Ngelamar Mantan
Raka Tasena : Gue bakar mobil baru lo ya, Sat.
Septian : vvavv taqoet bgts.
Arnando Kusuma : HAHAHAHAHA.
Septian : Gue baru tau jadi orang kaya banyak drama juga, ya.
Arnando Kusuma : Makanya jangan mau jadi orang kaya.
Septian : Tapi gak mau miskin juga.
Arnando Kusuma : Jadilah orang yang cukup.
Septian : Cukup beli rumah, cukup beli mobil, cukup buat mengalamar mantan.
Arnando Kusuma : @Raka Tasena gue berusaha mengalihkan topik lho, ya.
Septian : Asli gue penasaran bgt kapan ni bocah ngelamar Tara.
Arnando Kusuma : HAMPIR NGELAMAR TARA.
Septian : Ya itu maksudnya. Kenapa dulu gagal dan sekarang gagal lagi? 🤣🤣
Raka mendengkus kasar membaca semua bubble chat teman-temannya. Ia membuka ruang obrolannya dengan Jaffar.
Raka Tasena : Ngapain left?
AH Jaffar : Tadi katanya disuruh keluar. Gimana, sih?
Raka Tasena : Ah, bego.
AH Jaffar : Salah gue di mana???
Raka Tasena : Pantesan Sesha gak demen sama lo.
AH Jaffar : MONYET. 🐒
🍩
Bonus nih buat yang kangen dokter Vian...
Mas Vian : Di Makassar masih lama, Tar?
Tara Givanka : Masih, Mas. Kenapa?
Mas Vian : Kalau kamu nggak keberatan saya mau jemput di airport.
Tara Givanka : Saya langsung ke Bogor. Kalau ketemu nanti di stasiun aja gimana?
Mas Vian : As you wish.
Tara Givanka : Okay.
Mas Vian : See you next week :)
🍩
Happy weekend 🤗🤗
Kalau vomments-nya rame double up nanti malem, tapi kalau nggak, hari Senin/selasa donat update chapter 42, ya!
—Salam donat💜
10/12/22
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro