• 7 •
Kaila menghela napas berat, mengetahui bahwa ia tidak sekelas dengan Raka, melainkan dengan Tara dan Karina. Ia berjalan lesu ke arah Raka yang berdiri menyandarkan tubuhnya di tiang koridor, agak jauh dengan mading di mana Kaila berdiri.
"Gimana, Sayang?"
"Kita gak sekelas. Malahan aku sekelas sama Tara dan Karina. Bisa ditukar aja nggak, sih?"
"Serius? Kok bisa gitu, ya." Raka tidak pernah berpikir sebelumnya kalau Kaila berpotensi satu kelas dengan Tara dan Karina di kelas unggulan. Ya, tadi pagi Raka sempat mendengar pembicaraan kedua perempuan itu, mereka menetap di XI IPS 1.
"Gak tahu, deh." Kaila mengangkat bahu malas.
"Ya udah, ke kelas, yuk. Lagi pula kelas kita cuma terhalang tiga kelas kok." Raka merangkul bahu Kaila menaiki anak tangga untuk sampai di koridor kelas Sebelas.
Raka cukup senang karena ternyata ia dan ketiganya sahabatnya berada di satu kelas yang sama kembali.
[].
Beruntungnya di kelas XI IPS 1 ini Tara sudah mengenal sebagian besar siswanya, lebih mudah untuk bergabung. Terlebih lagi ia kembali satu kelas dengan Karina. Mereka memutuskan untuk duduk di pojok kiri kedua, dekat dengan pintu.
Karena suasana kelas yang gaduh, Tara mengajak Karina untuk keluar sebentar sebelum bel masuk. Namun, di luar kelas ternyata mereka menemukan Raka dan Kaila yang sedang berbincang.
"Aku ke kelas, ya. Nanti istirahat langsung aja ke kantin," ujar Raka lalu mencubit pipi Kaila.
"Oke, Sayang." Kaila tertawa.
Tara yang melihat itu menghentikan langkahnya, dulu, kalau Raka mencubit pipinya seperti itu ia akan memarahi lelaki itu lalu bilang, "Apa sih? Cubit aja pipi sendiri!"
Kaila tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya saat menemukan Tara dan Karina berdiri di belakangnya.
"Hai, IPS 1 juga, ya?" sapa Tara seolah tak melihat kejadian tadi.
"Um ... iya. Gue masuk duluan, ya," ucap Kaila yang diberi anggukan kecil oleh Tara.
Karina mengernyit jijik. "Coba aja kalau dia pamer kemesraan di depan lo, gue bakal jadiin dia ayam geprek."
Tara tertawa mendengarnya. "Kok serem, ya."
[].
"Gue udah mencium bau-bau gak enak, nih," ujar Tian pada Jaffar, karena Raka sibuk dengan ponselnya, sementara Nando mengantri di stand bakso.
"Apalagi? Awas aja ya, gak penting." Jaffar malas menanggapi Tian, ia sedang lapar saat ini.
Tian menjentikkan jarinya
"Raka lagi dilanda hujan."
Mendengar namanya disebut, Raka menoleh. "Apaan?"
"Tuh kan, si anjing mah gak jelas." Jaffar mengibaskan tangannya di udara.
Raka tak mengacuhkan. "Lagi laper jadi tolol ni anak."
"Ka, Tara satu kelas sama Kaila, ya?" tanya Nando yang baru saja bergabung dengan ketiganya dengan membawa nampan berisi bakso dan es teh.
Mendengar itu, Jaffar tersedak es tehnya. "Serius, Ka?"
Raka pura-pura tak mendengar, ia sibuk mengaduk mangkok baksonya.
"Ini yang gue maksud! Raka sedang dilanda hujan, hujan kegalauan. Gimana mau modusin Kaila ke kelasnya kalo ternyata ada Tara yang selalu ada," ujar Tian yang ada benarnya.
Emang bangsat mulutnya si Tian, umpat Raka.
"Cuek aja sih, gue tahu betul kalau Tara gak bakal macem-macem." Perkataan Jaffar sedikit membuat Raka lega.
"Tapi temennya! Lo tahu sendiri 'kan, macem-macem sama Tara sama aja minta ditendang pake jurus taekwondo andalan Karina."
Jaffar menggeleng cepat. "Gak usah dengerin mereka, gak ada hubungannya sama Karina. Lancarkan modus lo!"
Sebenarnya Raka juga memikirkan hal itu. Ia merasa tidak enak pada Tara jika sering bertemu Kaila di depan kelas perempuan itu, ia masih menghargai hubungan mereka yang baru beberapa bulan lalu berakhir.
[].
Haii
Gak kerasa besok kita udah menyambut bulan Ramadan 😊
hiks, sedihnya gada bukber bareng doi kek taun lalu wkwk. Nggak lah, ya, bukber sama keluarga justru lebih menyenangkan hehe ...
–Salam donat;)
05/05/19
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro