Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• 40 •

Septi_an : Assalamualaikum, ya Ukhti.

Tara mengernyit heran kala membaca line masuk dari Tian.

Tara : Waalaikumsalam. Apa?

Septi_an : Addback, ye. Line baru nih.

Tara : Udah.

Septi_an : Demen amat ngelus-ngelus hoodie gue sebelum tidur. Besok bawa ye.

Tara memutar matanya malas. Ia memang sempat lupa dengan hoodie yang dipinjamnya, beruntung tadi sore Eva menanyakannya.

Tara : Iya.

Septi_an : Udah lo cuci bersih kan?🙄

Tara : Y.

Septi_an : :))) [Read].

[]

Seperti yang dikatakan Tian semalam, hari terakhir pekan ulangan Tara membawa hoodie milik lelaki itu. Ia duduk di bangku yang ada di Koridor Sepuluh IPS, melihat Tian yang baru saja turun dari tangga bersama ketiga temannya.

Lelaki itu mencari-cari sosoknya di tengah kerumunan kelas sepuluh. Tian berjalan ke arahnya dengan senyum mengembang. “Sori, nunggu lama, ya?”

Lelaki di depannya itu, kini menggosokkan telapak tangannya, berusaha mencari kehangatan saat hujan lagi-lagi hadir di siang hari.

“Nih, makasih.” Tara tak menjawab pertanyaannya, tangannya menyerahkan hoodie navy itu ke pemiliknya.

“Oke.” Tian langsung memakai hoodie-nya. “Mau langsung balik?”

“Iya.”

Bodyguard lo mana?” Tara mengernyit bingung. “Si bar-bar Karina,” jelasnya.

Sebuah dengusan keluar dari hidung Tara. Kalau Karina mendengarnya, sudah pasti lelaki si lambe turah ini mendapat tendangan cantik. “Kenapa? Mau nebeng lo?”

“Elo?”

“Lo lah.”

“Gue sih, bawa motor.”

“Gue juga dijemput.”

Tian mengangguk, ia lupa kalau sekarang Tara dimanja oleh keluarga Arsen.

“Gue duluan,” katanya sambil berlalu meninggalkan Tian.

Berjalan menuju gerbang, artinya harus melewati Raka dan kedua temannya yang sedang menunggu hujan reda—atau lebih tepatnya menunggu Tian yang ada perlu dengannya—di meja piket.

“Tara, nengok dong. Raka kangen, nih.” Jaffar bersiul saat Tara melewati mereka tanpa menoleh.

“Apaan sih, bokis banget!” Terdengar bantahan dari si empunya.

“Ye, kalau udah jadi mantan gitu sih, Ka. Sombongnya udah macem OKB aja,” ujar Jaffar.

“Pengalaman sih, mantan lo ‘kan kalau ketemu udah kayak lihat tai babi, jijik banget,” sahut Nando yang mendapat kekehan dari Raka.

“Bangsat.” Jaffar yang dinistakan hanya mengumpat.

“Kenapa nih, bahagia amat lo pada,” tanya Tian yang baru datang.

“Mau tahu aja lo,” ucap Jaffar. “Beda yang abis ketemuan mah, mukanya berbinar kayak kedapetan THR.”

“Lumayan coy, wanginya sedap,” ujar Tian mencium hoodie-nya.

“Gak usah gede kepala, itu yang nyuci pembantu!” seru Raka lalu melempar tas ke wajah Tian.

Jaffar tertawa paling keras. “Cium tu wanginya, gak akan ngubah Tara jadi suka sama lo.”

Tak mendengarkan ledekan Jaffar, Tian misuh-misuh, mengusap dahinya yang memerah. “Anjing, Ka. Ini tas isinya balok apa gimana, sakit kepala gue.”

Nando menatap temannya satu ini dengan malas. “Itu kan tas punya lo, Jabrig!

“Bodo amat, gak lihat, kuping gue kesumpel cotton buds.





[].


HAIIIII GAES!!
Tian udah mulai berani hmm, Raka harus bantuin apa jangan ya? :)
Oiyaa, VOMMENTS JANGAN LUPA!😙😙💙💙





—Salam donat;)
19/07/19

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro