• 30 •
Tara memutuskan sambungan sepihak saat mendapat jawaban Dio tidak bisa menjemputnya karena masih di tempat les, dan memang sejak kemarin ia diantar oleh Pak Didi—sopir keluarga Arsen—membuat Dio tidak diperbolehkan membawa motor kecuali hari libur.
Huh, apa-apaan sih, om Arsen itu, seenaknya ngatur hidup gue dan Dio.
Sepulang sekolah tadi Ina, Genta dan dirinya mengerjakan tugas sosiologi di rumah Kanaya, tentu saja Ina dan Genta pulang bersama mengingat mereka adalah sepasang kekasih. Alhasil ia sendirian menyusuri trotoar sampai ke jalan raya untuk menunggu angkutan umum.
Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit, Tara menyesal tidak menerima tawaran Kanaya untuk mengantarnya pulang. Ia pikir tadi, rumah Kanaya tidak terlalu jauh dari jalan raya.
Sebuah motor berhenti di depannya.
"Ternyata bener," ujar si pengendara tadi setelah membuka helm-nya. "Habis kerja kelompok?"
Tara menjawab dengan deheman.
"Kebetulan, rumah Jaffar juga di daerah sini, gue baru pulang dari sana."
Dan gue gak nanya.
"Ayo, naik. Gue antar pulang," katanya dengan baik hati.
"Gak usah, gue bisa sendiri."
"Gue gak terima penolakan. Cepetan!"
"Dan gue gak terima tawaran!" Tara kembali berjalan melewati motor itu.
"Gak usah ngeyel, deh, Tar, ini udah malam." Ia mencekal tangan Tara.
"Raka, bisa gak sih, lo bersikap seolah gak lihat gue aja. Gue bisa pulang sendiri." Tidak lucu sama sekali kalau Kaila melihatnya diantar pulang oleh Raka.
"Gak bisa."
Tara menatapnya kesal. "Lo kenapa, sih?"
Sebelah alis lelaki itu terangkat, tersenyum idiot. "Lo pikir setelah gue tahu kalian saudara, gue bakal jauhin lo, gitu?"
Tara memutar matanya malas.
"Segitu mengganggunya gue buat lo?"
"Lo bukan hanya menggangu, tapi bisa merusak hubungan gue dengan keluarga baru gue."
Senyum Raka memudar. "Oke, ini kali terakhir. Anggap aja sekarang ini rasa peduli gue karena lo saudara Kaila. Naik!"
[].
Huhuuu baru bisa apdet nich🤤🤤
—Salam donat;)
01/07/19
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro