• 26 •
Tara menuruni anak tangga terakhirnya. Tatapannya fokus pada ponsel yang digenggam tangan kanannya, sementara tangan kirinya mencari ikat rambut di tas yang ia pakai.
Perempuan itu melihat Eva yang sibuk di dapur, tanpa berniat mengganggu, Tara berjalan melewati dapur. "Bu, aku pergi, ya."
Langkahnya terburu-buru memasukan ponsel ke dalam tas, lalu mulai mengikat rambut dengan asal. Namun, Tara menghentikan langkah cepatnya, kakinya mendadak kaku saat ia melihat lelaki duduk di depannya dengan alis bertaut.
"Tara?" Itu suara Raka. "Lo ..., " Raka menggantungkan ucapannya ketika sadar, Tara sudah bersiap untuk pergi. "Tara?"
Sementara Tara masih bergeming seolah di depannya ini adalah hal yang harusnya sudah akan terjadi.
"Tar, bilang sesuatu. Ini bukan seperti yang gue kira 'kan?"
Tara membuang pandangan ke arah lain. "Hm. Ini memang sesuatu yang lo kira."
"Raka, maaf ya lama," ujar Eva lalu meletakkan gelas di atas meja, lalu duduk di seberangnya. "Hayo ... mau ngajak Tara ke mana?" Eva menunjukkan senyum jahilnya.
Raka tersenyum canggung.
"Gak usah malu gitu lah, Ka, biasanya juga langsung izin." Eva mengibaskan tangannya.
Kan beda cerita, Tante.
"Bu?" tegur Tara.
"Tante, sebenarnya ... "
"Ka, maaf ya, tadi nyari—" Kaila mengendurkan senyumnya, dari jarak beberap meter di depannya, ia melihat situasi awkward di sini. "Ehm, ada mama dan Tara juga ternyata. Mau keluar juga, ya?"
Tara menoleh ke belakang, lalu tersenyum tipis. "Lo juga 'kan?"
"Iya." Kaila mengangguk. "Ma, Kaila pergi dulu, ya," ujarnya pada Eva.
Eva mengangguk. "Hati-hati ya, Sayang."
Kaila mengacungkan jempolnya. "Okay! Tar, gue duluan, ya?" katanya menghampiri Raka. Lalu sepersekian detik, Raka berdiri.
"Raka pergi dulu, ya, Tante," lelaki itu tersenyum tak enak pada Eva.
Eva mendadak bingung melihat Kaila merangkul Raka, lalu mencium tangannya.
Setelah mereka keluar, Raka menyerahkan helm pada Kaila.
"Kita mau ke mana, Ka?" tanya Kaila seraya memakaikan helmnya.
"Kamu kok gak bilang kalau saudara tiri kamu itu Tara dan Dio."
Kaila menghela napas. "Aku mau kamu tahu sendiri."
"Dengan aku ketemu sama tante Eva di sini? Dia berpikir aku mau jalan sama Tara, Kai." Raka tidak habis pikir dengan jalan pemikiran pacarnya.
"Emangnya kamu sering jalan sama Tara?"
Raka gelapan. Tiba-tiba saja ia menggaruk helmnya. "Y-ya, nggak gitu. Maksudnya 'kan—"
"Yang penting sekarang mama tahu kalau kamu jalan sama aku."
"Tapi aku ngerasa gak enak sama beliau."
Kaila menatap Raka malas. Ia merasa tidak ada yang perlu di-tidak-enakan di sini. "Lebih baik kita berangkat sekarang sebelum gelap."
[].
HAIIIIII
JANGAN LUPA VOMMENTS YHAWWW!!💙💙
—Salam donat;)
26/06/19
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro