Part 13
Happy reading...
"Sshhiiitttt."
"What?" tanyaku pura-pura polos. Setengah mati aku menahan tawa melihat mukanya yang merah padam karena melihat aku yang memakai bikini sexi.
Yah, setelah Nicholas setuju untuk ikut mandi, aku mengambil paper bag dari tangannya dan pergi ke kamar mandi hendak mengganti pakaian. Tapi saat sampai di toilet, pikiran nakal tiba-tiba terlintas di kepalaku. Aku ingin membalas perbuatan Nicholas yang tidak memberitahuku kalau dia sudah bertunangan, hingga membuatku tidak bisa tidur semalaman hanya karena perbuatannya.
Aku tahu semua masalah itu sudah selesai di antara kami, tapi entah kenapa aku selalu suka menggodanya. Nicholas adalah pria yang sangat mudah digoda, padahal usianya sudah terbilang sangat mapan. Tapi yeah, tidak perlu upaya yang keras untuk melakukannya.
Aku berpikir, sifatnya yang seperti itu dikarenakan dia yang sangat jarang berdekatan dengan wanita, Nicholas sangat sulit tertarik pada seorang wanita. Dan sekali dia tertarik, terjadilah seperti yang kualami. Dia menjadi pria yang sangat posesif, sifat cemburunya hampir diluar batas. Sepertinya Nicholas sudah sangat terpikat padaku dan aku juga tidak menyangkal kalau aku pun juga sama dengannya.
"Tidak, tidak. Apakah kau ingin membunuhku?" erangnya frustasi, matanya melotot menuntut padaku.
"I won't kill you, baby!"
"Payudaramu terlihat sangat jelas, Tania. Hampir keluar dari bra-mu."
Wajahku masih menampilkan muka tak bersalah. Memang ini lah yang kuinginkan, melihat Nicholas seperti sekarang ini sangat menghibur. Di tambah semua mata pria hidung belang melirik ke arahku dengan tatapan yang sangat kutahu artinya, hasrat dan nafsu.
"Payudaraku putih mulus," aku mengangkat bahu pura-pura bingung, "apa masalahnya?"
Dasar jalang.
Yeah, i know.
"Justru itu masalahnya, sialan," Nicholas menggeram sambil berjalan semakin dekat denganku, "mereka semua menghayalkan menghisap putingmu yang merah muda itu."
Dengan sekejap putingku menegang, reaksi perkataan Nicholas barusan sangat dasyat pada putingku.
Tiba-tiba Nicholas memeluk tubuhku dengan erat. Dadanya yang keras dan berotot menekan payudaraku. Nicholas berjalan membawaku bersamanya. Aku meronta berusaha melepaskan diri, tapi pelukan Nicholas semakin kuat.
"Apaan sih yang kau lakukan ini? Aku mau berenang Nicholas. Kemana kau akan membawaku?"
Nicholas terus saja berjalan ke sudut tempat itu. Dia berusaha menutupi tubuhku dengan tubuhnya yang besar. Berpasang-pasang mata menatap kami dengan pandangan yang sangat tertarik. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan melihatku---wanita setengah telanjang---sedang di seret-seret pria tampan yang masih berpakaian lengkap. Karena semakin banyak mata yang melirik ke arah kami, aku jadi malu. Kesurukkan kepalaku semakin dalam ke dadanya, tanganku melingkari lehernya.
Nicholas terkekeh kemudian mengelus-elus kepalaku, sambil terus melangkahkan kakinya. "Sekarang kau jadi malu, kan? Huh?"
"Diam kau!" Aku mendesis.
Nicholas malah menertawaiku. Dasar pria aneh.
"Oke. Masuklah! Kau dan aku akan berenang di sini." Nicholas membuka pintu yang berada tepat di sudut sebelah kiri tempat ini. Saat masuk tadi, aku tidak melihat ada pintu di sini. Tapi mungkim karena warna pintunya sama dengan tumbuhan yang ada di sekitar pintu, jadi letak pintu itu tersamarkan.
Aku masuk, dan langsung tercengang dengan keindahan di dalam sini. Kolam renangnya tidak terlalu besar, tapi airnya sangat jernih, seakan menghipnotis untuk segera masuk ke dalamnya dan menikmati kesegerannya. Banyak tumbuh-tumbuhan hijau, bunga-bungaan dalam berbagai warna yang sangat indah. Ternyata Nicholas sangat menggemari tumbuh-tumbuhan hijau, pekarangan rumahnya yang besar dan luas juga di tumbuhi berbagai macam tumbuhan hijau.
Di sudut, tidak jauh dari kolam renang, juga ada kolam kecil. Di dalamnya banyak ikan hias berwarna-warni sedang berenang dengan senangnya. Air mancur yang ada di tengah-tengah kolam ikan menambah sejuk suasananya.
Kira-kira sepuluh meter dari kolam ikan, terdapat satu kursi tidur berwarna putih, yang biasa di pakai saat sedang berjemur.
Aku menghirup udara dengan dalam kemudian menghembuskannya dengan keras. Oh, udara di sini benar-benar segar.
"Ini kolam renang yang biasa kugunakan saat aku bosan berenang di kolam yang ada di rumahku," Nicholas berkata dari belakangku.
Nicholas benar-benar pria yang memikirkan segalanya.
"Kita akan berenang di sini?"
"Ya." Nada suaranya sangat tegas. Nicholas memeluk tubuhku dari belakang.
"Kenapa?" tanyaku lembut, mulai terangsang oleh kecupan-kecupan bibir basanya di leherku.
Apakah ini rencananya? Membawaku ke sini dan dapat bermesraan seperti yang diinginkannya.
"Apakah aku harus memberikan jawabannya?" tanyanya dengan nada yang berat dan serak. Sekarang tangan besarnya yang kasar mulai meremas-remas payudaraku dari luar bra.
"Yeahhh...beritahu aku," gumamku, dengan nada yang tidak kalah serak dari suaranya. Aku menggigit bibir bawahku untuk mencegah erangan keluar dari bibirku, saat Nicholas menurunkan cup braku dan meremas putingku yang sudah menegang.
"Salah satunya adalah karena aku tidak rela para pria di luar sana membayangkan bentuk dada telanjangmu ini."
"Salah satunya? Apakah masih ada yang lain?" suaraku sangat lirih, hampir tak terdengar karena hasrat yang membuncah, apalagi kejantanan Nicholas yang menegang di dalam jinsnya sangat terasa di pantatku.
"Aahhhhh....."
Tiba-tiba tangan Nicholas sudah berada di dalam celana dalamku dan menangkup vaginaku dengan tangannya yang berjari-jari panjang.
"Vagina manismu ini adalah alasan terbesarku membawamu ke sini. Bahan segitiga tipis yang kau pakai ini lebih banyak menyingkap daripada menutupi kewanitaanmu."
Aku tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya desahan dan erangan kenikmatan yang keluar dari bibirku saat jari-jarinya mulai bergerak menggosok-gosok kewanitaanku.
"Sial. Aku tidak akan membiarkan mereka menikmati tubuh setengah telanjangmu. Tidak akan."
Aku membalikkan badan dan menatap ke arahnya, kedua tanganku berpegangan pada lengannya yang kuat. "apakah ada wanita lain yang pernah kau bawa ke sini?" Aku bertanya padanya.
"Tidak ada." Nicholas menggeleng. "Tidak pernah ada satu wanita pun yang ku bawa ke sini."
"Bahkan ibumu?" tanyaku padanya. Aku mengangkat alis tidak percaya.
"Bahkan ibuku," tidak ada kebohongan dalam nada suara dan mimik wajahnya saat menjawab. "Tempat ini kujadikan tempatku menyendiri dan menenangkan pikiranku yang sedang kacau."
Perasaan hangat menjalari setiap aliran darahku saat mengetahui bahwa akulah wanita pertama yang dibawanya ke sini. Begitu banyak hal pertama yang dia lakukan bersamaku.
"Jadi, kenapa aku?" tanyaku lembut, sambil menaik-turunkan tanganku di dadanya.
Nicholas mengambil tanganku yang ada di dada berototnya, membawa tanganku ke bibirnya kemudian mencium dengan sangat manis punggung tanganku. "Karena kau berbeda. Karena aku mencintaimu. Karena kau adalah cinta pertamaku."
Sungguh. Bagaimana mungkin aku tidak meleleh mendengar kalimatnya yang sangat romantis. Wanita mana pun pasti akan klepek-klepek setengah mampus bila di perlakukan semanis ini. Dan aku seakan mati melayang di surga saat Nicholas menambahkan, "dan aku berharap kau menjadi cinta terakhirku."
Hatiku yang terdalam menjerit kalau aku juga mengharapkan hal yang sama dengannya.
Saat ayah menyuruhku menemui Nicholas dan mengurus soal tanah itu, aku berpikir kalau Nicholas adalah laki-laki yang angkuh, pongah dan sialan mengesalkan. Saat kami pertama kali bertemu pun aku tetap berpikir hal yang sama tentangnya. Tapi kenyataan di depanku saat ini sangat mengejutkanku. Dia adalah pria tampan yang sangat manis. Dan pria ini mencintaiku.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada ayah, jika mendengar hubunganku dengan si pemilik tanah yang diinginkannya. Tapi buru-buru aku menyingkirkan kecemasanku itu dari pikiranku. Yang terpenting adalah saat ini, kebersamaanku dengan pria yang mencintaiku dan juga kucintai. Masih ada waktu untuk menyelesaikan masalahku dengan ayah.
Ya Tuhan, kuharap aku masih bisa melewati itu semua tanpa aku berpisah dari Nicholas.
"Aku ingin berenang sekarang," kataku tiba-tiba padanya. Semakin lama aku dekat dengannya tidak baik untuk kesehatan jantungku. Nicholas pria yang berbahaya.
Nicholas mendelik ke arahku, kedua alisnya yang tebal terangkat, "kau menghindariku?" tanyanya curiga. Dia meletakkan kedua tangannya di bokongku dan meremasnya pelan.
Aku mendorongnya dan berjalan mundur menjauhinya, aku melontarkan senyuman nakal ke arahnya. Melihatku yang semakin jauh, Nicholas pun ikut melangkahkan kakinya mendekat padaku. Tapi kemudian langkahnya terhenti saat aku menjerit padanya dan pura-pura marah. "Berhenti di situ, dasar kau binatang yang tidak bisa di puaskan. Aku tidak sudi di sentuh oleh tangan-tanganmu yang kotor."
Nicholas mematung dan memandangku tidak percaya. Wajahnya sangat pucat mendengar kata-kataku.
"Tania....aku....kau..."
Detik berikutnya aku tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya yang seakan kehilangan semua miliknya yang paling berharga di dunia ini. Perutku sampai sakit sangkin kencangnya aku tertawa. Dia benar-benar serius menanggapi perkataanku.
"Nicholas....kau...kau..." aku tertawa lagi, tidak sanggup melanjutkan kalimatku.
Dari pucat sekarang wajahnya berubah merah, karena malu dan juga kesal padaku.
"Dasar kau wanita penggoda yang nakal," Nicholas menggeram sambil berlari hendak mengejarku.
Aku menjerit dan juga ikut berlari menghindarinya. Saat tangannya sudah akan menangkap tanganku, aku terselamatkan karena aku sudah masuk ke dalam kolam. Kemudian aku berenang ke tengah kolam agar Nicholas tidak bisa menggapaiku. Di dalam kolam, aku kembali tertawa saat melihat Nicholas yang masih di atas dan wajahnya cemberut karena kesal tidak berhasil menangkapku.
"Jangan senang dulu, Nona! Tunggu saja, aku akan mendapatkanmu."
Dari tengah kolam, aku bisa melihat Nicholas buru-buru melepaskan semua pakaiannya.
Oh. My. God. Sepertinya aku salah saat mengira aku sudah aman. Ini bahkan lebih buruk.
Dengan hanya memakai celana dalam Nicholas melompat ke dalam kolam, kemudian berenang ke arahku. Tidak tinggal diam, aku juga berenang lebih cepat. Tapi dasar, Nicholas benar-benar sangat pandai berenang. Dengan cepat dia bisa mengejarku, dan menangkap pergelangan kakiku.
Aku menjerit tapi tidak bisa melakukan apa pun untuk melakukan perlawanan. Nicholas memeluk tubuhku kemudian menyudutkanku ke dinding kolam.
"I got you," gumamnya lembut. Meski sudah berenang mengejarku, napasnya tidak sedikitpun tersengal. Tidak sepertiku yang sudah terengah-engah sekarang.
"Jadi apa....Hhhmmpphhh." Belum selesai kalimatku Nicholas sudah mencium bibirku dengan ganas. Mulutnya memenuhi bibirku, menghisap, melumat, menjilat, bahkan menggigit bibirku dengan sangat buas.
Tangannya di tenggkukku, memiringkan kepalaku agar dia bisa menciumku dengan lebih mendalam.
''Hhmmm...." desahan keluar dari bibirku. Tanganku berpegang pada lengannya supaya aku tidak tenggelam, karena saat ini kakiku seakan mati rasa karena ciumannya.
Kurasakan tangannya di dalam air mulai membuka tali-tali bikiniku dan membuangnya ke sembarang arah. Kemudian Nicholas mengesek-gesekkan kejantanannya yang masih terbungkus celana dalamnya ke pusat gairahku. Tidak bisa kutahan, Erangan lolos dari mulutku
"Lingkarkan kedua kakimu di pinggangku," katanya tepat di depan bibirku, Dapat kurasakan hembusan napasnya yang kasar di wajahku.
Aku melakukan seperti yang dia katakan. Kakiku melingkari pinggangnya dan tanganku memeluk lehernya.
"Tatap mataku," perintahnya serak.
Aku menatap matanya yang berwarna hitam. Saat ini bola matanya memancarkan nafsu dan gairah yang sangat dalam padaku. Detik berikutnya, dengan hanya menurunkan celana dalamnya, Nicholas masuk ke dalamku hanya dengan satu kali hentakan.
"Aaaahhhhh...." aku menjerit, tidak siap dengan dorongannya yang tiba-tiba, apalagi kejantanannya sudah sangat besar. Aku mendongakkan kepalaku ke belakang dan mengerang nikmat. Nicholas langsung menciumi leher putihku yang terekspos di depan matanya.
"Yesss," Nicholas menggeram. Kedua tangannya memegang pantatku, mengangkat tubuhku agar berada tepat pada kejantanannya. Nicholas terus menghunjam, matanya tertutup sambil mendesah-desah kenikmatan. "Aahh...aahh...aahh"
Mulut Nicholas menghisap leherku dengan sangat kuat sambil mrnggigit-gigit. Aku yakin akan ada bekasnya nanti di leherku karena ulahnya itu.
"Apa yang telah kau lakukan padaku, Tania? Aku selalu ingin bercinta denganmu, aku tidak pernah puas berada di dalammu." Nicholas menggeram, sambil terus memompa kejantanannya semakin kuat dan cepat di dalam kewanitaanku.
Air di sekeliling kami ikut bergerak akibat percintaan yang kami lakukan.
"Aahh...aahh...aahhh...ughh," aku mengerang kuat saat mendapatkan kepuasanku. Tanganku meremas rambutnya yang basah dengan kuat.
Hunjaman Nicholas semakin cepat di kewanitaanku, dia mendesah-desah dan mengerang karena sangkin nikmatnya. Tiga hunjaman terakhir, kemudian Nicholas juga mendapat kepuasannya sendiri. Tubuhnya menegang, dia memeluk tubuhku semakin erat kemudian dapat kurasakan cairannya di dalamku.
Saa ini kami hanya saling memeluk, tidak mengucapkan satu patah kata pun, masih menikmati sisa-sisa orgasme yang kami dapatkan.
Setelah beberapa saat, tubuh Nicholas tidak tegang lagi. Dia mencium bahu telanjangku, kemudian naik ke dahiku, terakhir dia mencium bibirku dengan sangat lembut. Mataku terpejam menikmati ciuman bibirnya yang lembut di bibirku.
"Itu hukuman yang kau dapat kalau kau berani menggodaku," katanya pelan, penuh perasaan. Tangannya dengan lembut menyingkap rambut basahku ke belakang telinga, tatapannya sendu penuh cinta.
Tanganku semakin erat memeluk lehernya, bibirku tersenyum manis. "Aku suka hukumannya," kataku berbisik. "Kelihatannya aku akan sering menggodamu agar bisa mendapatkan hukuman senikmat ini lagi."
"Lakukanlah lebih sering, dan aku dengan senang hati akan memberimu hukuman lagi, lagi dan lagi."
"Aaahhhhh....."
Tiba-tiba Nicholas sudah menghunjamkan kejantanannya di dalamku lagi.
"Apa-apaan kau?" Aku menjerit.
"Memberimu hukuman karena menggodaku." gumamnya ringan sambil memaju-mundurkan penisnya di dalamku.
"Tapi...Aahh....Aahh...mhhhmm...aku tidak adhha mengodamu...aahh...Nicholas."
"Aku yang memutuskan kau bersalah atau tidak."
"Aahh....aahhh...kau...hhhmm...curang."
"Semua cara halal dalam bercinta sayang," gumamnya serak, hunjamannya semakin cepat dan kasar. Dan aku kembali melayang dan terhempas ke langit menerima kenikmatan dan kepuasan yang Nicholas berikan.
***
"Kalian tidak adil," Melisa merengek dengan sangat lucu. "Kalian membiarkanku kebingungan mencari kalian, sedangkan kalian dengan tanpa merasa bersalah malah asyik-asyik berduaan di kolam renang pribadi. Huufftt, kalian benar-benar."
Saat ini kami sedang berjalan menuju parkiran. Setelah puas bercinta----yang aku tidak tahu lagi sampai berapa ronde---kami berenang bersama-sama sampai beberapa putaran kemudian menyudahi acara renang romantis itu karena kelelahan.
Nicholas yang hanya bertelanjang dada, menjadi bahan tontonan gratis bagi wanita-wanita yang ada di sini. Sebenarnya aku sangat tidak rela dada Nicholas yang sexi itu di lihat oleh wanita lain. Tapi mau bagaimana lagi? Nicholas berkeras menyuruhku memakai kemejanya karena tidak suka melihatku keluar hanya dengan memakai bikiniku tadi. Nicholas sendiri yang memasangkan kemeja ini di tubuhku. Yah, kuakui kemejanya memang sedikit membantu, walaupun panjangnya masih tinggi di atas lutut, tapi bagian atas tubuhku tertutup seluruhnya.
Genggaman Tangan Nicholas tidak pernah sekalipum lepas sejak kami keluar dari tempat pribadi Nicholas. Dia benar-benar pacar yang sangat posesif.
Sambil berjalan, Melisa masih terus mengomel tentang perlakuan kami padanya. Dia berjalan di sebelah kiri Nicholas sambil menghentak-hentakkan kakinya karena kesal. Dengan tangannya yang bebas, Nicholas mengacak-acak rambut Melisa, geli melihat tingkah gadis muda itu. "Maafkan kami karena telah meninggalkanmu sendiri tadi," gumam Nicholas, mencoba menghibur Melisa. "Sebagai permintaan maaf abang, kamu bisa sebut apa pun yang kamu mau, nanti abang belikan."
Dalam sekejap, matahari bersinar di wajah Melisa. "Beneran bang?" tanyanya antusias.
Ck, dasar anak ini. Giliran di iming-imingi hadiah, baru berhenti ngomelnya.
"Hhmm." Nicholas mengangguk. "Buat apa abang bohong?"
"Asyik. Beneran yah? Jangan bohong ya? Awas kalau bohong, Ngak akan kurestui hubungan kalian."
"Ck, iya. Sekarang kau masuk." Nicholas membuka pintu penumpang dan menyuruhnya masuk.
Setelah Melisa masuk, Nicholas membukaan pintu untukku. Dia membantuku naik---yang seharusnya tidak perlu, karena aku lebih dari mampu melakukannya---tapi sepertinya saat ini Nicholas sedang dalam mode memanjakanku. Nicholas juga memakaikan safety beltku.
"Terima kasih," gumamku pelan, merasa terharu dengan perhatiannya.
Melihat perhatian Nicholas padaku, Melisa mencibir dari belakang. "Tania di bantu duduk dan dipasangkan safety beltnya, kok aku nggak?"
Nicholas tertawa, kemudian masuk ke dalam mobil. "Tania kan pacarku. Kau juga kalau mau suruh saja pacarmu melakukan hal yang sama," kata Nicholas membalas cibiran Melisa.
Nicholas menghidupkan mesin dan mulai menjalankan mobilnya.
"Huufftt. Abang Rony tidak punya mobil, dia hanya punya motor." Melisa tampaknya belum mau menyerah.
"Kalau begitu, nikmatilah keadaanmu."
Aku hanya tersenyum melihat pertengkaran mereka. Gadis muda dan pria dewasa, mereka sudah seperti Tom & Jerry saja.
Setelah beberapa menit mobil berjalan, Nicholas menggenggam sebelah tanganku dengan tangannya yang bebas. Aku menoleh ke arahnya dan melihatnya sedang tersenyum ke arahku.
"I love you," Nicholas berkata tanpa suara, hanya gerakan di mulutnya saja. Aku tersenyum dan semakin mengeratkan genggaman tanganku.
Apakah semua pria yang sedang jatuh cinta setengah mati akan seperti Nicholas saat ini?
***
Beberapa saat kemudian kami sudah sampai di rumah Melisa. Nicholas turun dan membukakan pintuku. Saat aku berada di luar, Nicholas langsung mencium bibirku.
"Uugghhh. Kalian sudah merusak mataku yang masih polos." Tiba-tiba terdengar suara Melisa dari sebrang mobil.
Tapi Nicholas tampaknya tidak mempedulikan teguran Melisa, Nicholas kembali mencium bibirku dengan lembut.
"Nanti malam aku datang. Kau mau aku bawakan apa, untuk makan malam?" tanyanya pelan, sambil merapikan kemeja yang kupakai.
Apakah seperti ini rasanya punya pacar? Di perhatikan dan selalu di manja?
"Ayam penyet." Melisa yang menjawab Nicholas.
"Tania?" Nicholas masih menatap ke arahku.
Aku mengangkat bahu. "Ayam penyet bukan ide yang buruk. Aku suka." Gumamku padanya.
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu."
"Hhmmm. Hati-hati di jalan."
"Oke. Sayang." Nicholas mencium keningku cepat, kemudian masuk ke dalam mobilnya lalu pergi. Aku terus menatap ke arah mobilnya yang melaju semakin jauh, sampai mobil itu tidak terlihat lagi.
Oh, Tuhan. Jangan biarkan kebahagian ini hanya berlangsung sementara. Aku takut suatu saat Nicholas tidak lagi mencintaiku. Dia akan membenciku saat tahu siapa aku sebenarnya.
Aku menghela napas kemudian mengikuti Melisa yang berjalan masuk ke dalam rumah.
Bersambung...
Sampai di sini dulu ya. Autor harap kalian tetap suka dan tidak pernah bosan menantikan up date-an part selanjutnya.
Suasana Nicholas & Tania saat ini, author namakan suasana tenang sebelum perang. Tunggu tgl mainnya, tapi setelah nanti perangnya pecah dan terlihat hasilnya, author harap kalian tidak memaki-maki Author.
semakin banyak vote dan coment, semakin cepat up date-an nya datang.
Di tunggu vote dan coment-comentnya. Kasih saran juga boleh.
Thank you.
Love you.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro