Orchidia's Wavy Day
Hello, hello~ I'm coming back~
Sebelum geser ke bawah, may I ask you to press the star button up before you start reading this part, Manteman?
Sebab satu bintang dari kalian setara dengan satu liter semangat buatku.
Udah? Cuss, selamat membacaaa. 💜
🍭🍭🍭
Sesuatu yang dijalani dengan hati
Selalu memberi dampak yang positif.
Setidaknya, di titik itulah aku bisa menikmati waktu bersama diri sendiri.
- Orchidia Valerie -
🍭🍭🍭
Athletic's Tournament merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Megantara High School dalam rangka menyambut pertambahan usianya-yang diisi dengan pertandingan-pertandingan seluruh cabang olahraga antar kelas. Meski begitu, kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti Pramuka, PMR, KIR, dan lain-lain juga turut berpartisipasi memeriahkan acara.
Namun, khusus untuk cabor basket, pertandingan tidak digelar dengan cara adu ketangkasan tim antar kelas. Melainkan dengan bangga MHS mengundang partisipasi dari sekolah-sekolah lain di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Megantara High School selaku sekolah bertaraf internasional terbaik ke dua di Indonesia resmi merayakan hari jadi yang ke-41 tahun ini. Seperti yang sudah-sudah, turnamen digelar selama lima hari penuh kemudian rangkaian acara akbar tersebut ditutup dengan pentas seni yang menunjukkan bakat-bakat cemerlang dari para siswa.
Jika hampir semua cabang ekstrakurikuler di sana unjuk gigi dalam sebuah pertandingan, lain halnya dengan klub tata boga yang tidak pernah memeriahkan pagelaran dengan aksi adu keahlian memasak.
Secara turun-temurun kepala program dari ekskul tersebut memegang teguh prinsip bahwa seluruh warga Megantara berhak menikmati kudapan lezat yang disiapkan langsung oleh siswa dan siswi yang tergabung ke dalam klub. Bisa dibilang, dengan sukarela anggota klub tata boga bertransformasi menjadi seksi konsumsi selama turnamen berjalan.
Strategi yang diambil pun terbilang cukup unik. Karena selain diadakannya food festival, para anggota klub berkesempatan untuk menunjukkan skill memasak mereka dalam program free meals for the athletes dan free meals for the audiences. Tiga kategori tersebut tidak dijalankan oleh seluruh anggota dalam waktu yang bersamaan. Melainkan dibagi sesuai dengan tingkatan kelas masing-masing.
Untuk kategori free meals for the athletes, diemban langsung oleh anggota klub boga yang sudah menginjak kelas dua belas. Sedangkan kategori free meals for the audiences dipegang oleh anggota yang duduk di kelas sebelas. Dan food festival, siswa-siswi kelas sepuluhlah yang diberi kepercayaan untuk melaksanakannya.
Orchidia sendiri sudah melalui dua program saat masih duduk di bangku kelas sepuluh dan sebelas dulu. Kini tiba saatnya bagi gadis itu untuk turut serta menyajikan hidangan sehat nan lezat bagi para kontestan yang sedang bertanding. Tentunya sesuai dengan instruksi yang sudah diberikan.
Yang membuat Orchid kian bahagia adalah Chef Diorca secara resmi menunjuk dirinya sebagai sous-chef alias tangan kanan dari chef de cuisine dalam program serving tahun ini. Sebuah kehormatan baginya bisa menyandang posisi tersebut lantaran turnamen kali ini akan menjadi event terakhirnya sebagai siswi Megantara.
Juga, hal ini merupakan salah satu impian yang Orchid ingin capai sebelum menanggalkan masa-masa sekolah menengahnya. Dan siapa yang menyangka jika mimpi kecil itu terwujud bertepatan dengan kondisi sebelah bahunya yang sudah membaik. Dokter bilang tidak masalah jika tangan kirinya mulai aktif bergerak lagi, asal tidak digunakan untuk melakukan hal-hal yang berat sampai beberapa waktu ke depan.
Hari pertama turnamen, dapat Orchid dengar gemuruh suara para penonton mengisi seluruh stage pertandingan untuk mendukung teman-teman mereka yang sedang berlaga. Jujur saja, ada secuil keinginan dalam hati gadis itu untuk ikut duduk di barisan kursi penonton. Namun, akal sehatnya terus melarang. Orchidia harus bekerja keras dan menunjukkan performa terbaik dalam setiap suapan hidangannya nanti.
Orchidia sepenuhnya telah siap untuk beradu dengan perlatan memasak sebab jauh sebelum perhelatan akbar dimulai, Chef Diorca selaku chef de cuisine atau kepala dapur telah membagikan jadwal menu yang akan Orchid dan kawan-kawannya sajikan. Pria itu meminta seluruh anak didiknya untuk mempelajari terlebih dahulu karakteristik dari setiap bahan.
Untuk hari ini ada tiga menu yang harus dieksekusi, yaitu chicken salad sandwich sebagai sajian utama, chile garlic edamame sebagai side dish, dan cherry couscous pudding untuk dessert-nya. Chef Orca kemudian membagi tiga tim dan memercayakan tugas main dish kepada Orchidia, Gading, serta Caesaria karena kemampuan mereka yang memang tidak perlu dipertanyakan lagi.
Sesuai tugas, setelah memastikan seluruh bahan dan peralatan sudah lengkap, Orchid pun segera bergabung dengan Gading dan Caesaria untuk mulai membuat chicken salad sandwich. Ketiganya lantas menyepakati jatah pekerjaan masing-masing.
Caesaria bergegas membersihkan sayur-mayur dan juga chicken breast yang selanjutnya mulai dia olah bersama Gading. Orchid sendiri bertugas untuk membuat isian sandwich yang sebagian besar bahannya sedang digarap oleh kedua temannya. Untuk platting, mereka sepakat akan mengerjakan bersama-sama.
Sambil menunggu, Orchid memilih untuk menyiapkan roti beserta peralatan makan. Sesekali ekor matanya menangkap pergerakan Chef Diorca yang wara-wiri dari satu bench ke bench lainnya untuk memastikan bahwa tim side dish dan tim dessert tidak menemui kendala berarti.
Suatu hari nanti, bisa nggak ya, gue jadi chef keren kayak beliau?
Setelah merasa cukup dengan pemanasan kecil, tiba waktunya bagi gadis berdarah campuran chinese itu untuk membuat filling. Ia lantas mencampurkan bawang, mayonnaise, yoghurt, basil, tarragon, dan juga cuka ke dalam satu wadah yang besar. Orchid juga menambahkan garam dan black pepper lalu mencicipinya.
Setelah dirasa cukup, Orchidia hendak memasukkan potongan ayam ke dalam wadah. Namun, pergerakannya terhenti saat melihat potongan daging ayam yang berbentuk tidak sesuai dengan harapan.
Tanpa perlu repot-repot mengangkat wajah, Orchid pun menegur Gading yang berdiri di seberang meja. "I told you to cut the chicken breast off and make it dice. Kok malah disuwir kayak gini sih, Ding?"
Sedetik ... dua detik ... tak terdengar jawaban yang Orchid inginkan. Dia masih berada dalam zona positif, sehingga Orchid memutuskan untuk bertanya satu kali lagi. Masih dengan kepala yang tertunduk.
"Ding? Do you hear me?" Jari-jari kurusnya masih sibuk menggoyang-goyangkan mangkuk berisi ayam suwir. Cowok dengan andeng-andeng mungil di bagian hidung itu tak jua bersuara, membuat Orchid menengadahkan kepala dengan gemas. Nyaris pakai urat. Tapi emosinya seketika menguap begitu saja. Sebab sosok yang berdiri di seberangnya kini bukanlah Gading.
"Loh, Kak Ervin? Sejak kapan Kak Ervin berdiri di situ?" tanyanya dengan dua alis saling bertaut. Orchid terkejut karena sepanjang kiprahnya bersama klub tata boga, belum pernah ada riwayat siswa non-anggota klub menyambangi gedung boga seperti yang seniornya itu lakukan. Lebih-lebih Ervin merupakan seorang alumni.
Sedangkan si tersangka sendiri secara refleks menyengir bagai Nobita yang ketahuan ibu tidak mengerjakan PR. "Sejak tadi. Pas Lo campur-campur itu yoghurt sama temennya," jawab Ervin tanpa dosa.
Orchidia mencebik singkat. "Ish! Di sini ada Chef Orca, loh, Kak. Kalau nggak mau dilempar pakai panci, mending get out aja sana! Lagian, Kak Ervin nggak mau nonton match anak-anak klub panahan apa?"
"Match panahan masih tiga jam lagi, Orchidia. Gue iseng ke sini. Ternyata ada lo. Ya udah, sekalian aja bantuin. Lumayan lo punya asisten tanpa dibayar."
"Dih, emangnya situ bisa masak?" tantang Orchid saat mendengar kakak kelasnya itu secara sukarela hendak membantu pekerjaannya. Sementara mahasiswa Megantara University tersebut justru bereaksi seolah-olah dia bisa melakukan apa saja.
"Oh, jangan salah. Emang nggak bisa, sih," Ervin menjeda kalimatnya dengan tawa yang aneh, "tapi kalau cuma ngiris bawang doang mah, masa iya nggak bisa? Sini gue bantuin," katanya dengan lugas.
"Are you sure?" Ervin mengangguk pasti. Hal ini membuat Orchid menimbang sesaat. Dipikir-pikir, lumayan juga jika timnya mendapat tenaga tambahan walau hidangan yang dibuat sejatinya tidak serumit masakan Padang. Sehingga Orchid pun segera melayangkan jawabannya.
"Oke, kalau gitu. Kak Ervin tolong potongin ayamnya jadi bentuk kubus, ya. Ukurannya segini. Awas, jangan sampai disuwir lagi kayak tadi," jelas Orchid sembari memotong salah satu daging ayam yang sudah direbus sesuai bentuk yang diinginkan. Ervin mengamati dengan saksama. Meski sesungguhnya, diam-diam ia sibuk meragu di dalam hati.
Selanjutnya, Orchid membiarkan Ervin beraksi. Sepercaya itu ia terhadap cowok yang menyukai KaPiyur-nya, hingga melupakan fakta bahwa teknik dan hasil potongan Ervin perlu diamati terlebih dahulu sebelum mengalihkan atensi pada hal yang lain.
Benar saja. Belum sampai lima menit gadis itu pun mengerang frustasi.
"Stop, stop! Motongnya kok kayak gitu sih, Kak?!" keluhnya.
"Eh, salah ya? Perasaan udah bener kayak contohnya?" Ervin membela diri. Masih dengan gesturnya yang seperti bayi tidak berdosa.
"Astaghfirullah, Kak. Nggak sejelek ini tau gue kasih contohnya tadi."
Orchidia menggigit bibir bawah. Ditatapnya nanar irisan daging ayam yang berbentuk abstrak tersebut. Ada yang besar, kecil, bahkan ada pula yang berbentuk panjang dan tipis.
Memang benar. Bagi orang awam, bentuk dari komponen sebuah masakan tidaklah penting. Cita rasa pada masakan itu sendirilah yang paling utama. Tetapi, hal ini berbeda kasus bagi seorang tenaga masak profesional. Keindahan dan estetika dalam satu porsi sajian masakan memiliki nilai serta tingkat kepuasan tersendiri dalam hati mereka. Maka wajar, jika sekarang Orchid merasa pusing karena sedikit kesalahan yang disebabkan oleh seseorang yang bukan merupakan anggota klub.
Akan tetapi Orchidia masih bisa bernapas lega lantaran belum banyak daging yang Ervin pakai. Tapi tetap saja, jika Chef Orca tahu perkara ini, pasti beliau akan murka. Membuang percuma bahan makanan adalah hal yang haram untuk dilakukan.
Tidak lama berselang, muncullah Gading Mahareksa dari balik pintu penyimpanan bahan makanan dengan sekotak penuh kacang almond di tangan. Orchid lantas memanggil cowok tersebut untuk mendekat.
"Ding, tolong handle ayamnya dulu, ya? Jangan sampai Chef Orca tau kalau ada yang udah ngerusakin bahan," bisiknya pelan yang segera diangguki oleh Gading.
"Oke. Sorry juga ya, Orchid, karena tadi gue udah ninggalin ayamnya gitu aja. Kakak itu bilang udah dapet izin dari Chef Orca soalnya," sesal cowok yang lebih tinggi sekitar delapan senti dari Orchid tersebut.
Orchidia hanya mengangguk sebagai jawaban, diiringi sorot serta senyuman yang jika diterjemahkan berarti, 'it's okay, nggak apa-apa.' Kemudian Orchid berbalik menghadap Ervin yang masih berdiam diri. "Dan lo, Kak. Sini ikut gue," tegasnya.
Gadis berkulit seputih salju tersebut mulai menggiring kakak kelasnya menuju sebuah kursi yang terletak di ujung ruangan. Ervin menurut saja meski dirinya dirundung sedikit rasa tidak enak. "Yang tadi mau diganti nggak, ayamnya? Bisa gue beliin ke-"
Orchidia menggeleng cepat. "No need to, Kak," sahutnya seraya berbalik menghadap Ervin, "gue juga mau tegasin bahwa gue nggak marah sama Kak Ervin soal yang tadi. Tapi, ada baiknya kalau lo mendingan diem di sini dulu, Kak. Tunggu sampai gue selesai. Ntar bantuin gue serving aja, oke?"
Ervin mengangguk patuh. Ucapan Orchidia ada benarnya. Mungkin seharusnya dia menunggu sampai kegiatan memasak di sana selesai. Dan begitulah. Ervin pun akhirnya membiarkan Orchidia kembali pada tugas yang sempat tertunda akibat perbuatan cerobohnya.
🍭🍭🍭
"Prepare makanan segini banyaknya, nggak capek??" Adalah kalimat pertama yang Ervin lancarkan sesaat setelah Orchidia meminta dirinya untuk mendorong salah satu guéridon trolley¹ menuju ruang latihan basket milik MHS.
Saat ini tim basket sekolah mereka baru saja selesai bertanding melawan salah satu sekolah swasta di Jakarta. Di babak penyisihan hari ini kemenangan jelas diraih oleh MHS yang memang terkenal sebagai tim basket terkuat se-Jakarta. Hidangan lezat patut disajikan kepada para pemain sebagai bentuk dukungan serta apresiasi.
"Enggak, dong. Kan, kita semua kerja sama," jawab Orchid sekenanya.
"Gue bantu mindahin dish gini aja udah capek. Nih, lihat. Sampai keringatan. Untung gue tetep ganteng."
Orchid mati-matian menahan tawanya. Satu lagi sifat nyeleneh Ervin yang dia yakini akan membuat Anindya pusing tujuh keliling. Kakak kelas yang sedang meminta bantuan darinya untuk didekatkan dengan Anin tersebut memiliki kebiasaan suka memuji diri sendiri, pun hobi mengeluh di waktu yang bersamaan. Sama seperti yang ia dengar barusan.
"Yeuuu, cemen! I told you ya, Kak. KaPiyur tuh, nggak suka loh, sama cowok yang lemah. Dia sukanya sama yang pekerja keras, pantang menyerah apalagi ngeluh. Kalau kayak gini aja lo udah ngeluh mulu, ya jangan harap bisa menangin hatinya KaPiyur."
Mendengar hal itu, sontak membuat Ervin menghentikan langkah dan berbalik menatap Orchid yang masih berusaha menahan tawanya agar tidak pecah. "Siapa yang ngeluh? Bilangnya capek kok, bukan ngeluh. Beda kali," sambarnya. Ervin heran. Bagaimana bisa Orchidia menuduhnya sedang mengeluh padahal aslinya ... ya, tidak salah. Cowok berusia awal dua puluhan itu hanya gengsi karena terciduk mengeluh, yang jelas-jelas bertentangan dengan kriteria yang Anindya pasang.
"Oh, iya. Gue mau tanya. Lo tau Aldyo, nggak?" sambung Ervin untuk mengalihkan pembicaraan.
"Aldyo?" Orchid mengerutkan alis. Bola matanya turut bergerak ke samping, tanda bahwa dia sedang mengingat sebuah nama yang Ervin sebutkan barusan. Sangat familiar di telinganya. "Yang sering nyamperin KaPiyur ke BobMoz itu bukan?" imbuhnya.
"Huh? Sering nyamperin lo bilang? Kurang asem, tuh! Lo tau nggak, ada hubungan apa dia sama KaCan gue?"
"Gue nggak banyak tau soal dia sih, Kak. Tapi KaPiyur pernah bilang kalau cowok itu tuh, man-"
Belum tuntas Orchidia menelurkan kalimatnya, sebuah benda dingin dan juga lembut menghantam lengan serta pinggulnya. Rasa dingin itu bahkan menembus celah apron.
Saat Orchid melihat bagian apron-nya yang bernoda, dia menghela napas. Seporsi cherry couscous pudding terbuang begitu saja.
"Oops, sorry. Sengaja." Siapa lagi pelakunya jika bukan Caramella.
Orchid dapat mendengar tawa itu. Tawa mengejek sekaligus pertanyaan bernada khawatir dari Ervin. Dia memilih untuk mengabaikan Ella dan membalas kepanikan Ervin dengan berkata bahwa dia tidak apa-apa. Dia juga sempat memberi kode pada Aiora supaya gadis yang tampak sedih itu mengganti puding yang jatuh dengan stok lebihan yang ada di atas troli.
Beberapa minggu terakhir Orchidia mendapatkan kembali kedamaian yang telah lama menjauh dari hidupnya, lantaran Ella telah berhenti mengusik. Tapi dia tak pernah menyangka bahwa gadis penyorak tim basket itu akan kembali membuat onar tepat di hari pertama turnamen.
Tidak sampai di situ saja. Saat Orchid tengah membersihkan noda puding yang menempel pada celemek menggunakan sapu tangan pemberian Ervin, tiba-tiba terdengar suara denting mangkuk kaca dan sendok bertumbukan dengan lantai. Ella menjatuhkan mangkuk itu lalu mendramatisir keadaan.
"Oh my God! Kalian ini becus nggak sih, kerjanya? Masa piring aja bisa sampai basah dan licin kayak gitu, sih? Pudingnya aja loncat ke tubuhnya si hama. Oh, atau mungkin puding itu tau kali ya, kalau yang dia tempelin barusan tuh, emang ... tempat sampah." Gadis itu tertawa kemudian ber-high five dengan antek-anteknya.
Sabar, Cit. Mimpi buruk kayak gini udah biasa lo hadepin. Semangat!
Berbeda dengan Orchidia yang berusaha meredam gejolak dalam dirinya, Ervin justru terlihat tidak terima dengan menghardik Ella menggunakan tatapam tajam yang sama sekali tidak terlihat garang. Justru cowok itu terlihat semakin imut saja.
"Hei, Bocah. Watch your words!" Setelah berkata demikian, dia menghadap Orchid yang masih berdiri dengan kepala tertunduk di sebelahnya. Sekali lagi Ervin bertanya, "Lo nggak apa-apa, Orchidia?"
Gadis itu menggeleng. Sekuat mungkin ia berusaha tegar di depan semua orang. Karena bagaimanapun juga hal seperti ini sudah biasa dia terima bahkan yang jauh lebih parah sekalipun. "I'm fine, Kak. Don't mind it," ujarnya pelan.
Ella yang masih setia berdiri pada tempatnya pun kembali nyinyir, "Ewh, drama banget!" Yang segera mendapat balasan tidak bersahabat dari netra sipit milik Ervin.
"Lo lanjutin serving aja. Urusan di sini biar gue yang beresin." Cowok itu segera memunguti pecahan mangkuk yang berserakan di atas lantai lalu mengusir gerombolan para cheerleaders dari lokasi kejadian.
Sudut mata Orchid dapat menangkap raut penuh kepuasan di wajah Ella. Di waktu yang bersamaan, ia tidak tahu harus berterimakasih seperti apa karena pemuda yang juga ikut menyimpan satu rahasianya itu kini berada di dekatnya, di saat yang tepat pula. Bahkan membantu mengendalikan suasana. Orchid juga tidak tahu akan bagaimana jadinya apabila Ervin tidak datang berkunjung. Bisa saja saat ini dia sudah habis di tangan Ella dan kawan-kawan. Mengingat, rekan satu klubnya juga tidak ada yang berani melawan sosok Herchica Caramella Thentani Wijaya.
"Thank you, Kak Ervin. Sebagai gantinya, nanti gue traktir BobaMoza, ya?" bisiknya.
"Nggak perlu, Chid. Lo cukup bantuin gue biar bisa makin deket sama KaCan aja sebagai ganti dari traktiran. Deal?" Gadis itu pun mengangguk seraya menyunggingkan senyum singkat kemudian berlalu. Langkahnya ia teruskan menuju kumpulan anggota tim basket inti-yang rupanya turut mengamati insiden tidak menyenangkan barusan.
Saat Orchidia mengangsurkan makanan di meja yang mereka tempati, netranya sempat berserobok dengan iris legam milik pemain bernomor punggung sembilan di sisi seberang. Raut pemuda itu tidak terbaca. Secara impulsif Orchidia menyimpulkan bahwa Lyan sedang mengasihani dirinya namun tidak mampu berbuat banyak. Ditambah lagi, Orchid juga menangkap pergerakan Chevalardo yang spontan memegang bahu Avlyan, seolah sedang menahan apa pun tindakan yang hendak cowok blasteran Prancis itu lakukan.
Bukankah seharusnya diam memang pilihan yang tepat untuk Orchidia ambil? Mengingat tidak ada yang tahu bahwa dirinya dan Lyan sudah berteman baik. Bahkan pura-pura melakoni sebuah hubungan istimewa.
Calm down, Cit. Nggak masalah kalau detik ini dia nggak buru-buru nanyain keadaan lo.
Dalam hati Orchidia terus berupaya menenangkan diri agar tidak berpikiran macam-macam. Suasana hatinya yang semula bahagia tidak boleh dinodai dengan hal-hal negatif walau Ella baru saja menorehkan tinta hitam pada lembar kegembiraannya.
Tak lama berselang Ervin menghampirinya dan mengajak untuk segera meninggalkan markas tim basket. Orchidia menurut. Ia melenggang pergi bersama Ervin setelah mengucap beberapa harapan kepada para pemain seperti; semoga mereka semua menikmati sajian terbaik yang sudah anggota klub tata boga sajikan.
Dan tanpa pernah Orchidia sadari, ada sebuah pandangan menusuk berikut kepalan tangan yang terbentuk saat ia berlalu bersama Ervin.
- To be Continued -
🍭🍭🍭
Note.
1) Guéridon trolley: Troli atau meja samping yang digunakan untuk pelayanan atau mempersiapkan makanan di ruang makan. Ia dapat berupa meja di atas roda-roda kecil yang dapat didorong, terbuat dari kayu mahal dan dilengkapi oleh peralatan masak yang mewah dengan perlengkapan makan yang terbuat dari perak, atau bisa berupa meja makan biasa.
Bonus.
Chicken Salad Sandwich.
Chile Garlic Edamame.
Cherry Couscous Pudding.
Lyan lagi ngelu melihat pacar(pura-pura)-nya lagi barengan sama si Kakak kelas :)
Nggak banyak kata dariku selain maaf (lagi-lagi) atas keterlambatan update, juga terima kasih karena masih bertahan di samping Orchidia sampai detik ini. Setiap vote dan komen yang kalian tinggalin selalu jadi alarm buatku nyempetin nulis tiap barinya walau cuma dapet satu paragraf :')
Dahlah. I love you full buat kalian yang selalu support Cicit dan para Angels. Buat yang hobi baca tapi nggak pernah ninggalin bintang dan jejaknya di kolom komentar, love you too 💜💜
See you next thursday~
Malang, 6 Desember 2020
20.01 WIB
Pialoey ♡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro