Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

One Day with Heroes 1

Spread the love and let it shine
I wanna show you
How to have a good time
You gotta love and free your mind
Celebrate your happiness!

🎶 Jessica Jung - Celebrate 🎶


🍭🍭🍭



Lima Agustus merupakan hari kelahiraan Orchidia Valerie ke dunia. Rona bahagia terpancar jelas dari keluarga besarnya belasan tahun lalu—meski ada pula yang tidak menghendaki atas kehadirannya. Yeah, you know who.

Kini, bayi menggemaskan tersebut telah menjelma menjadi remaja yang cantik. Usianya genap delapan belas tahun.

Pasca perceraian kedua orang tua Orchid delapan tahun silam, tidak ada sesuatu yang spesial—seperti sebuah perayaan, misalnya—di hari pergantian umurnya selain ucapan ulang tahun dari orang-orang terdekat, termasuk Angels.

Bagaimana dengan keluarga yang tinggal bersama Orchid di rumah? Jangan ditanya. Mereka selalu menjadi yang terakhir.

Namun tahun ini ada yang berbeda. Selain karena Angels yang hanya mengucap selamat melalui pesan di group chat dan absen memberikan kejutan ulang tahun tepat di jam dua belas malam—sesuai dengan permintaan yang bersangkutan sendiri beberapa bulan lalu, terdapat pula satu pesan berisikan topik yang sama dari seseorang.

Ialah Lyan.

Cowok tersebut mengirim pesan suara berupa nyanyian happy birthday beserta doa dan harapannya untuk Orchidia. Gadis itu terharu. Bertambah satu lagi seseorang yang bersedia mengingat hari istimewanya tanpa pernah dia minta.

Sementara itu, papa kandung Orchid sendiri masih merayakan dengan cara yang sama. Yakni melalui sebuah panggilan video. Hal ini dikarenakan posisi papanya yang berada jauh di Riau untuk melanjutkan roda bisnis keluarga, yang telah beralih sepenuhnya di pundak beliau.

Ganta memanjatkan doa terbaik untuk putrinya. Lengkap dengan kue tart yang cantik berlilin angka 18.

Tetapi ada sesuatu yang menarik perhatian Orchidia. Papanya itu tidak sendiri. Ada orang lain juga di sana.

"Kok Papa bisa barengan sama Genta oppa, sih? Oppa lagi ke Riau, ya? Jahat banget gue nggak diajak!" racau Orchid setelah sesi doa dan tiup lilin secara virtual usai. Kedua laki-laki kesayangannya tersebut kompak tertawa di seberang sana.

"Idih, males banget! Daripada jauh-jauh nyusulin Mas Ganta ke Riau mah, mending gue hibernasi di apartemen aja kali, Chy," jawab Genta dengan santai. Punggungnya merosot pada sandaran sofa sementara tangannya bersedekap kokoh.

"Ya terus? Masa Papa yang ke Jakarta, sih? Nggak mungkin, lah. Tahun-tahun kemarin aja Papa nggak pernah bisa pulang kan, pas ultah gue?" Gadis itu ikut menyandarkan diri pada bantal yang sudah disusun tegak di belakangnya. Tampak sedikit uring-uringan. Padahal beberapa menit yang lalu ia baru saja menangis dan tertawa haru atas kejutan daring yang diterimanya.

Hening untuk beberapa saat. Tidak ada jawaban, baik dari bibir Ganta sendiri maupun Genta. Keduanya sama-sama bungkam. Senyum misterius pun terpahat sempurna menghiasi wajah masing-masing.

Orchidia mencebik. Menyayangkan aksi kompak papa serta pamannya yang terwujud di waktu yang tidak tepat.

Namun, semakin lama Orchid memandangi raut tak terbaca dari kedua pahlawannya itu, kerutan pun kian terbentuk di dahi lebarnya. Bak disiram air es di malam hari, gadis itu pun spontan menegakkan kembali tubuhnya dengan mata membulat hebat.

"Jangan bilang kalau Papa beneran lagi di Jakarta?!" tebaknya.

"Yeuuu, dasar lemot! Masa dari tadi lo nggak nyadar kalau ini di apartemen gue, Chy? Ya kali, ada rak Pikachu di rumahnya Mas Ganta!"

Benar. Terdapat susunan rak kaca kecil memanjang berisikan figur lucu Pikachu yang menempel pada bagian dinding, tepat di belakang Valerio bersaudara singgah. Genta sendiri adalah penggemar berat karakter kuning lucu tersebut. Mengapa Orchidia baru menyadari hal itu?

"Jinjjaro? Appa wasseo? Omo, sesange! Appaga ... Jakarta-eseo jinjja watni¹?" tanya Orchid bertubi-tubi menggunakan bahasa asli calon mertuanya—orang tua Park Chanyeol.

Veganta Madda Valerio alias papa Orchid tertawa mendengar kemampuan bahasa Korea putrinya yang berkembang pesat. "Kamu serius pengin jadi istrinya orang Korea itu, Chy? Siapa namanya? Chan ... yeol?"

"Aamiin. Mohon doa restunya aja ya, Pa, biar aku sama bebeb Chan berjodoh," jawab Orchidia spontan. "Eh, Papa jawab dulu, dong! Papa beneran lagi di Jakarta sekarang? Genta oppa nggak lagi nge-prank aku, kan?"

Lelaki berusia 43 tahun tersebut akhirnya menyerah. Dia mengangguk. Membenarkan semua pertanyaan dari putri semata wayangnya barusan. "Iya, Papa pulang. Cichy seneng, nggak?"

Mendengar hal itu membuat netra semi sipit milik Orchidia berkaca-kaca. Ada ribuan kupu-kupu yang menjalar di sekujur tubuhnya. Gadis itu merasa bahagia saat mengetahui bahwa dirinya dan sang papa kini tengah menghirup satu udara yang sama.

"Don't ask me a question, Pa. You've come back in a right time! Sure, I'm happy!"

Air mata pun resmi mengalir tanpa aba-aba. Ini merupakan sebuah kejutan yang tidak pernah Orchidia duga sekali pun. Ia terlalu lelah untuk kembali berharap. Sebab harapan-harapan yang dia tanam sebelumnya tak pernah bersambut dengan baik.

"Don't cry, Baby girl. Go erase your tears now and let your body rest well. I'll pick you up at 7 a.m. See you very soon, Orchidia-nya Papa."

🍭🍭🍭

Semenjak panggilan video dari papanya berakhir, Orchidia benar-benar terjaga. Dia masih tidak menyangka jika tahun ini papanya bisa meluangkan waktu untuk merayakan ulang tahunnya. Tidak ada yang bisa membuat Orchid lebih bahagia dari ucapan ayahnya yang mengatakan bahwa beliau akan menjemputnya pukul tujuh nanti.

Saking semangatnya, Orchid pun telah mempersiapkan diri sejak dua jam yang lalu. Bayangkan, seusai waktu shubuh berlalu, gadis itu segera melesat menuju kamar Imo-nya. Meminta bantuan wanita itu untuk bersiap-siap mengingat tangan kirinya belum bisa digerakkan dengan bebas lantaran cedera di bahunya yang masih belum sembuh.

Orchid baru saja selesai memoleskan lip tint berwarna coral di bibirnya ketika bel rumah berdenting. Papanya telah tiba. Ia pun meraih telepon pintarnya kemudian mengetik sebuah pesan untuk sebuah nama.

To: My Hero No.1 ❤
I'll be ready in 5 minutes, Pa. Wait, ya. Cichy nggak akan lama kok. Hehe.

Di sisi lain, Lucyka bergegas membuka pintu saat bel berbunyi. Wanita itu seketika terdiam di tempat saat melihat siapa sosok yang bertamu ke rumahnya sepagi ini.

"Siapa yang datang, Ma?" Suara teduh milik Vandhi menginterupsi dari belakang. Lelaki itu juga sama terkejutnya seperti Lucyka. "Lho, Mas Veganta? Apa kabar, Mas? Kok tumben ke sininya pagi? Ma, Mas Vegantanya kok nggak langsung di suruh masuk, sih?"

Pria yang merupakan ayah tiri Orchid tersebut menjabat tangan Ganta. Menyambut kehadiran laki-laki itu dengan ramah, meski ada gurat sungkan yang tergambar di matanya. Jelas bertolak belakang dengan istrinya yang justru terlihat tidak suka.

Ganta baru saja membuka sedikit bibirnya bermaksud untuk menjawab pertanyaan dari Vandhi, ketika suara dingin milik Lucy lebih dulu menyambar. "Mau apa kamu ke sini?"

Sekali lagi pria berkemeja navy di hadapan Lucy itu menampilkan senyumnya. Memaklumi sikap judes dari mantan istrinya.

"Aku mau jemput Orchidia. Boleh?"

"Nggak bisa. Ochy pergi ke sekolah diantar sama papinya. Dia nggak mau kalau sama orang lain. Selalu begitu," dusta Lucyka. Wanita itu memasang wajahnya sedatar mungkin untuk menunjukkan pada Ganta bahwa kehadiran laki-laki itu sangat mengganggu.

Ganta masih tersenyum menanggapi pernyataan sarkas dari Lucy. Dia sangat tahu bahwa wanita itu berbohong. Bukan tanpa sebab ia menyimpulkan demikian. Karena sepadat apa pun jadwal kerja yang ia miliki, nyatanya Ganta tak pernah absen untuk bertukar kabar dengan putrinya. Bahkan gadis itu telah menceritakan banyak hal, termasuk soal kebiasaannya berangkat sekolah yang menggunakan jasa taksi atau menumpang pada temannya yang bernama Peachia.

Jangan lupa bahwa Ganta juga memiliki seorang adik yang sigap melapor padanya setiap ada info terbaru dari sang buah hati.

"Sorry for saying this, Lucy, but ... am I looks like a stranger for her?" tanya Ganta dengan sopan. Senyum manisnya masih terkembang seolah ia tidak tersinggung dengan pilihan kata yang Lucy lempar tadi.

Lucyka sendiri merasa tertohok. Geram melihat mantan suaminya itu yang tidak merasa gentar sedikit pun atas sindirannya. "Yeah. Maybe you're not. But she has a great father here, who will always stay by her side for 24 hours. And Ochy feels so—"

"PAPAAA!!"

Teriakan keras dari Orchid memutus segala sandiwara yang telah Lucy mainkan. Semua mata tertuju padanya. Gadis itu sendiri berlari dari tangga dengan tergesa kemudian menghambur dalam pelukan Ganta. "I miss you, Pa! Bogosipta²! Cichy very-very kangen sama Papa, aju manhi³!" katanya manja.

Ganta tertawa kecil seraya membalas pelukan putrinya tersebut dengan sayang dan mencubit pelan pangkal hidungnya. "Anak Papa nggak berubah, ya. Masih suka ngomong pakai bahasa campuran kayak gitu."

"Iya, dong! Kan, dulu Papa yang ajarin!"

Orchidia terkikik geli. Di satu sisi ia bangga dengan ajaran nyeleneh dari papanya, sementara di lain sisi ia merasa puas saat ekor matanya menangkap pergerakan sang mama yang terlihat marah. Sekaligus malu.

"Oh, iya. Hari ini Orchidia ulang tahun. Tujuanku datang kemari karena mau bawa dia jalan-jalan. Nggak apa-apa kan, Lucy, Vandhi?" Ganta menjelaskan maksud kedatangannya hari ini. Masih dengan memeluk putrinya tercinta.

Wanita yang berumur dua tahun lebih muda dari Ganta tersebut menolak. Ia juga memindai penampilan putrinya yang tidak memakai seragam sekolah.

"Nggak bisa! Hari ini Ochy masih sekolah! Ah, iya. Mana seragam kamu, Kak? Kok malah pakai baju bebas gitu?"

Lucyka memang benar-benar totalitas dalam berakting. Terbukti dari cara wanita itu memanggil Orchid.

"Soal itu, aku udah izinin ke wali kelas Orchidia kemarin sore. Jadi, kamu nggak perlu khawatir. Orchidia nggak bolos sekolah, kok," ujar Ganta kemudian. Lucy hendak memprotes tetapi bibirnya kalah cepat dari Orchid yang telah meminta izin kepada Vandhi.

"Pi, boleh ya, aku jalan sama Papa? Kan, jarang-jarang Papa bisa pulang ke Jakarta?"

"Sebenarnya, Papi udah planning mau ajak kamu, Mama, sama Rion buat ngerayain bareng, Kak. Tapi berhubung Mas Veganta udah di sini, ya udah. Nggak apa-apa. Bisa kita tunda dulu."

Orchidia bersorak senang. Ia mengucap banyak terima kasih kepada papinya. Merangkul pria itu singkat lalu menyaliminya. Sesungguhnya Orchid tidak membenci ayah tirinya itu. Hanya saja, ia selalu merasa sungkan untuk bisa menjalani hubungan ayah dan anak dengan Vandhi. Selalu ada tali tak kasat mata yang menghambatnya.

"Kamu nggak minta izin sama Mama, Kak?" Kini giliran Lucyka yang bersuara. Orchidia menggeleng. Mengatakan bahwa ia sudah tahu apa jawaban yang akan mamanya berikan. Jadi, izin dari Vandhi saja sudah cukup baginya.

Setelah itu, Ganta dan Orchid pun berpamitan. Mereka berlalu menuju mobil SUV yang telah terparkir di depan rumah Lucy dan Vandhi.

Ketika Ganta membukakan pintu, Orchidia berteriak girang. Bagaimana tidak? Bagian dalam mobil mewah tipe keluarga tersebut telah dihiasi berbagai macam balon dan pita aneka warna serta tulisan 'Happy 18th, Cichy!' yang digantung di bagian atas.

"Ini Papa sendiri yang ngehias mobilnya? Iiihh, keren! Makasih, Paaaa!"

"Ehem! Mana mungkin Bos besar turun tangan sendiri? Jelas gue yang bantuin lah." Itu suara Genta.

Orchidia memalingkan kepalanya pada sumber suara. Gesturnya dibuat seperti orang yang kecewa saat mendapati eksistensi pamannya. "Oh, oppa bujang ikut juga rupanya."

"Heh, sembarangan banget mulutnya!"

Orchidia tidak tersinggung dengan gertakan Genta. Ia justru tertawa puas. Dan tawa itu juga menular pada sang ayah. Tidak lama. Karena setelahnya, Ganta mengeluarkan sebuah hiasan berbentuk mahkota dan menyematkannya di puncak kepala Orchid.

"Khusus hari ini, Valerio bersaudara siap jadi pelayannya Tuan Putri Orchidia. Jadi, sudah siapkah untuk bersenang-senang?" tanya Ganta dengan nada yang dibuat persis seperti pelayan istana pada umumnya.

"Ayeeeyy, Captain!" jawab Orchidia penuh semangat. Bahkan tangan kanannya kini sudah bergerak membentuk hormat.

Ganta mengangguk. Menuntun putrinya masuk. Kemudian ia menduduki kursi penumpang di samping Orchid, sementara Genta yang memegang kemudi.

Genta menoleh ke belakang sekilas. "Duduk yang manis ya, Tuan Putri. Biar nggak jatuh kalau ada polisi tidur yang nggak sengaja keinjek," ucapnya.

"Baiklah, Kusir Kuda. Safe drive."

-To be continued-

🍭🍭🍭

Hayooo, penasaran ya, Cicit ngapain aja sama bokap dan om rasa oppa-nya? Wkwkwk
Sabar, sabar. Minggu depan bakal ketauan kok, mereka ngapain aja. Hehe.

Tadinya, mau kubuat jadi satu bab aja sekalian. Biar minggu depan bisa move on ke cerita selanjutnya. Tapi setelah aku nulis, jatuhnya jadi 4k words lebih dong, asem ㅠㅠㅠ

Jadi, dengan terpaksa kubagi dua.
Sebab aku mau nunjukin pelan-pelan soal sosok ayah kandungnya Cicit alias Om Ganta. Di sisi lain, aku juga ngerasa perlu buat sedikit nunjukin gimana hubungan Ganta-Lucy-Vandhi setelah delapan tahun berlalu.
Jadi yaaa, gitu, deh 😂

Yaudah. Happy birthday ya, Cit. Doanya yang baik-baik.
Gitu aja. Selamat membaca, pencet bintangnya en beristirahat.
Jumpa lage minggu depan. Bhubaaahhyy! 😘

Footnote.
1) Yang bener? Papa udah dateng? Ya ampun! Ini Papa ... beneran udah tiba di Jakarta?
2) Aku kangen!
3) Banget banget!

Bonus

#CiciToday

Mama dan Papi Vandhi. Ehe.

Copyright ©2020, TANGHULU by Pialoey || All Rights Reserved

Malang, 21 Agustus 2020
00.18 WIB
Pialoey 💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro