Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|6|

"Es krimnya, enak?"

"Yep."

Sasara memandang Kuuko yang menjilati es krimnya. Menggemaskan. Menggemaskan. Menggemaskan. Sementara yang ditatap, hanya sibuk melahap es krim serta menerawang ke langit malam, yang sebentar lagi bakal dibumbui kembang api yang berdesakkan.

Keduanya tengah menunggu kembang api dimulai. Sasara merengek, meminta Kuuko membawanya ke tempat sepi, membuat yang lain akhirnya mau tidak mau menuruti, meski keinginan menampar makhluk ini semakin tinggi.

"Oh, sebentar lagi dimulai."

Dan begitu Sasara mengucapkannya, terdengar ledakkan kembang api yang menampar keras gendang telinga. Langit kelam segera terisi dengan kembang api yang berdesakkan, berebut atensi dari penonton.

Sasara dapat melihat Kuuko memandangi kembang api, dengan ekspresi yang kelewat santai. Namun binar-binar di sepasang matanya dapat menunjukkan bahwa remaja ini tentu masih terkagum-kagum dengan kembang api. Sasara melengkungkan bibirnya, tersenyum kembali, hanya ada satu kata yang menggambarkan penampilan lelakinya saat ini.

Indah.

Terlalu indah.

Masih tetap sama, lelakinya masih tetap indah.

Sasara menginginkannya. Sangat menginginginkannya. Ia mau.

Berkedip, Sasara menyadari bahwa ia terlalu mencodongkan wajahnya. Ia baru saja akan menarik diri, ketika kebetulan Kuuko menoleh ke arahnya.

Dua pasang mata bercumbu sejenak.

Tak ada yang berbicara. Hanya kembang api yang semakin berteriak keras di langit-langit. Ada banyak sekon terbuang, namun masih tak ada yang mau berkutik.

Entah sudah berapa lama, hingga akhirnya Sasara yang lebih dulu mencodongkan tubuh lebih dekat. Membisikkan kata 'permisi' di telinga, dan kemudian dengan lembut menyeka dahi, dengan bibirnya.

Sasara merasakan keakraban yang terlalu dalam. Aromanya masih sama, masih seperti dulu. Membuatnya kepayang, bahkan dulu membuatnya rela terjun bebas ke angkasa. Rasa hangat menjalari tubuhnya, membuatnya semakin menginginkan lelaki di hadapannya. Ada kerinduan yang semakin melonjak.

Sementara itu, Kuuko merasakan rasa keakraban yang aneh. Ia tak dapat merasakan sentuhan yang jelas, hanya dingin di dahinya. Namun entah mengapa hatinya terasa hangat, ia bisa merasakan sentuhan lembut, keramaian stasiun, angin sepoi-sepoi, suara klub sepak bola di bawah kaki mereka, aroma musim panas yang melekat. Seolah-olah hal itu semua tak ingin meninggalkannya, berusaha mengingatkannya, meskipun ia baru saja akan membuat kisah yang baru. Kenangan itu tak pernah lenyap, rasa itu tak pernah lenyap, itu semua terkubur di dasar hatinya.

"Woah! Kenapa kau menangis?" Sasara menjauhkan dirinya, memandang Kuuko yang mendadak menangis begitu deras. Sasara panik, hampir kalang kabut, tak tahu harus melakukan apa dan hanya bisa mencoba menangkup wajah lelakinya.

"Brengsek... kau menipuku, itu kue rasa sayur... stasiunnya sangat ramai, tidak nyaman... lebamnya tidak terlalu sakit, kau terlalu khawatir... tak ingin pergi lagi, aku tak ingin. Ingin tetap bersama, hiks.... "

Detak jantung benar-benar meningkat, Sasara membeku untuk beberapa sekon. Ketika ia kembali menjajaki dunia, ia dapat merasakan lelehan air mata yang tak ingin berhenti turun dari pelupuk matanya. Sakit, sakit, sakit. Ia dapat merasakan nyeri dan rasa sakit yang tak dapat didefinisikan, semuanya rumit, dan pada akhirnya ia hanya bisa ikut menangis, mencoba memeluk lelakinya yang terisak-isak sambil mengulangi kalimat yang membuat jantungnya semakin bertalu-talu keras.

"Sayang—sayangku.... " Sasara menyalurkan rasa dingin mematikan itu, namun pihak lain sama sekali tak menarik diri, malah mempererat pelukan mereka yang tak dapat disebut sentuhan.

"Tak ingin meninggalkan lagi. Jangan pergi, atau aku akan menendangmu berkali-kali lipat.... "

"Iya sayang, aku akan di sini. Tak ada lagi yang akan pergi." Sasara mempererat pelukannya, dingin sepenuhnya bakal merasuk di tubuh kekasihnya, namun itulah yang hanya bisa ia lakukan. Tangisan yang tak dapat dibendung terus menerus keluar.

"Kau harus tetap di sini... berjanji.... "

"Ya, janji. Tak ada yang akan pergi.... " Sasara menerawang ke langit yang dipenuhi kembang api. Sepasang netranya yang memerah menatap tajam ke semesta, tanpa rasa takut yang ada. Wajahnya menggelap seketika. "Aku tak akan meninggalkanmu lagi, kau tak akan meninggalkanku lagi. Tak ada lagi yang akan pergi. Aku mencintaimu, sayang. Sangat mencintaimu."

Melirik kedua tangannya yang agak semakin tembus pandang, berkedip-kedip seolah akan menghilang, Sasara mengabaikan. "Tak akan ada yang pernah bisa memisahkan kita lagi, bahkan semesta."

Keduanya menangis dan berpelukan dalam selimut malam. Sepasang jiwa yang dipisah pada akhirnya bertemu kembali dengan ingatan yang telah terputar. Kembang api menjadi saksi, kedua makhluk yang berbeda itu melontarkan janji yang penuh tekad, sudah cukup pegal dan muak untuk berpisah. Musim panas memisahkan mereka, musim panas mempertemukan mereka.

Yap, mari kita banyak berterima kasih kepada Orihime-sama dan Hikoboshi-sama kali ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro