Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|1|

"Akhir-akhir ini, kau aneh."

Itu hal pertama yang diucapkan sahabat semasa kecilnya, di pagi yang cerah, lazuardi masih terlalu biru, dan embun masi menari-nari. Suhu masih terlalu dingin, hanya untuk sapaan pengganti selamat pagi. Satu alis terangkat, Kuuko membalas tatapan heran sahabatnya, seolah ingin melubanginya saat itu juga, atau barangkali bisa disebut mencoba mencari celah yang tak terlihat dalam jiwanya.

"Aneh bagaimana?" Nada suaranya penuh kebingungan. Reflek dalam benak, ia mempertanyakan dirinya sendiri tanpa sadar. Segelas susu dan roti dalam cengkramannya tampak tak lagi menggugah selera. Ada ketidaknyamanan yang tak dapat dijelaskan menggaruk sudut hatinya.

Ichiro—sahabat semasa kecilnya, masih menatapnya lamat-lamat, sebelum kemudian membuang kembali pandangannya. Seakan menyerah, tampak tak berhasil mencari kecurigaannya. "Entahlah. Kau selalu menatap ke arah kosong. Kadang-kadang ekspresimu terlihat marah, padahal yang kau tatap hanyalah angin," sahutnya seraya menurunkan nada suaranya, ketika  gerbang sekolah telah nampak di hadapan mata.

Kuuko mengerjap sejenak, agak linglung, ia terdiam satu sekon. Ichiro membuatnya tampak ambigu, tak ada rincian, seolah kode yang hanya dimengerti mereka berdua. Namun, Kuuko sangat mengerti pertanyaan tersembunyi sahabatnya. Sangat mengerti.

Kemudian seolah saraf-saraf di kepalanya telah tersambung, ia menggangguk acuh tak acuh, seakan tak peduli dan kembali bersikap biasa, lalu membuka mulutnya dengan santai. "Hanya ilusimu. Aku tidak pernah bertingkah seperti itu." Sudut bibirnya sedikit tertendang ke atas, ketika kata-kata terakhir terucapkan, berusaha mencairkan suasana.

"Mhm. Mungkin. Mungkin saja aku terlalu letih, " tukas Ichiro nampak pasrah. Ada jejak keraguan sejenak yang sempat tertangkap. Kuuko bisa melihat sahabatnya itu menghembuskan napas, ketika langkah mereka sampai pada loker sepatu masing-masing. "Habiskan sarapanmu, aku pergi ke klub dulu." Memakai sepatunya dengan cepat, Ichiro menoleh kembali ke arahnya.

Kuuko melambai malas. Ichiro mengucapkan sampai jumpa sejenak, sebelum kemudian benar-benar berbalik menghilang dari pandangannya. Menuruti perkataan sahabatnya, ia memaksakan menghabiskan sarapannya sekaligus, meskipun nafsu makannya menguap semenjak perjalanan tadi. Ada rasa lega yang tak dapat dijelaskan, ketika sahabatnya itu benar-benar telah pergi. Kuuko menggelengkan kepala, mencoba fokus untuk memakai sepatunya. Ia hanya bertanya, Kuuko. Hanya bertanya.

Dengan bunyi 'brak', Kuuko membanting pintu lokernya. Ia bisa merasakan lirikan heran orang-orang di sekitar, tapi posturnya sangat acuh tak acuh, berusaha kembali terlihat santai. Sebelum ia benar-benar kembali melangkahkan kaki, sejenak ia dalam diam melempar lirikan ke sudut dinding selama dua sekon.

Rasa dingin yang familiar merambat perlahan ke punggungnya, kemudian dengan rakus menyebar langsung ke seluruh tubuhnya, meresap dalam-dalam ke jiwanya. Seolah-olah jiwanya baru menabrak bongkahan es, dengan tanpa permisi mencair sendiri, terlalu dingin, dingin, sialan, dingin. Kuuko pura-pura tak melihat, ketika sudut matanya menangkap sosok pemuda dengan surai hijau yang amat menarik atensi, tampak transparan, seolah dia memang tak harusnya ada.

Abaikan saja, Kuuko. Abaikan.

Menghembuskan napas, Kuuko berusaha mempercepat langkah kakinya menuju ruang kelas. Namun ketika ia mencoba menaiki tangga, sosok yang hampir setiap detik menatapnya itu memblokir jalannya. Kedua alisnya menekuk, ketika netra emasnya menatap terang-terangan ke depan.

Kekehan khas mendadak menggaruk gendang telinganya. Kuuko mendadak linglung, ada dengungan besar ditampung di tempurung kepalanya. Pening mendadak menyerang. Dan sebuah kalimat dengan nada geli yang menyebalkan, meruntuhkan kesabarannya.

"Seperti biasa~ kau imut dan kecil sekali~"

Dingin mendadak melingkari pergelangan tangannya.

Sialan.

Ia tak bisa mengabaikannya.
Ia benar-benar ingin menonjok makhluk ini sekali saja.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro