Part 2
Bagi Malleus, melihat seseorang yang selalu menatap dirinya dengan penuh kilauan dan tanpa rasa takut adalah sebuah hal menarik. Katakanlah, pemuda berambut hitam legam itu merasa senang. Ia cukup menikmati pertemuannya dengan March, terlebih lagi bersama Emily. Bagai rasa es krim yang candu, gadis itu sangat manis. Penuh kejutan dan kekanakan, membuat ia tak bisa menahan senyum tiap kali melihatnya.
Kali ini, ia berniat untuk menemui March. Meskipun di tengah hari, sosok leader dorm Diasomnia tersebut berencana menanyakan sesuatu mengenai permohonan Emily secara rahasia. Semalam, ia tahu dari Lilia bahwa Deuce yang bertugas untuk mengumpulkan permohonan Emily. Namun, March adalah satu-satunya yang tahu mengenai apa isi permintaan sang gadis.
Di hadapannya, Emily tengah memasang cengiran penuh semangat, "Kata MC, perayaan kita disebut tanabata jika di dunianya!"
"Hm? Tanabata, ya?" sahut Malleus, mengulas seringai. Ia pernah mendengar hal serupa dari Lilia, di sebuah negeri timur yang jauh, "mungkin aku akan senang jika bisa melihatnya langsung seperti apa tanabata itu."
Gumaman Malleus terakhir tak terdengar oleh sang gadis.
Hanya saja untuk saat ini, sang gadis akan mengurungkan niatnya menanyai permohonan apa yang Malleus panjatkan. Banyak yang menganggap bahwa perayaan ini adalah hal omong kosong, semoga saja Malleus bukanlah salah satu di antaranya.
"Oh, ya! Tsunotaro-senpai, kenapa datang ke sini? Apa sedang mencari March?" tanya Emily, cukup memperlihatkan rasa penasaran yang ia tahan. Pemuda bertanduk itu mengangguk, ia mengelus dagunya, mengerutkan dahi, lantas iris hijau tersebut beralih ke arah lain. Ekspresi Malleus terlihat sedang merajuk.
"Aku ingin bertanya sesuatu yang penting pada ia. Tapi, nampaknya, ia sedang tak di sini, huh?"
Cemburu mulai menggerogoti Emily, meskipun ia tak sadar. Seharusnya, gadis itu tak boleh merasa marah karena March adalah sosok teman pertama bagi Malleus. Tapi, tetap saja, ia merasa kesal. Senyum manis ia ulas, meskipun amarah yang membingungkan menghinggapi dirinya, ia tak boleh memperlihatkan emosi tersebut pada Malleus.
Emily menyimpan kembali bintang-bintang itu, lalu membuka mulut, "Benar! Tsunotaro-senpai bisa mencari MC di koridor ataupun masing-masing dorm. Sepertinya, mereka tengah mengumpulkan permohonan para murid."
"Begitu, ya ..."
Malleus membalas dengan nada kecil.
"Oh, danー"
Gadis itu melirik tangan kanannya yang tak memakai arloji sama sekali. Segera, ia membalikkan diri seraya melambaikan tangan dengan penuh senyuman, "Riddle-Ryouchou sepertinya memanggilku! Aku tidak ingin terlambat, jadi harus segera pergi! Titip salamku pada MC, ya!"
Ia meninggalkan Malleus sendirian di halaman Ramshackle. Pemuda itu nampaknya sedikit kecewa karena tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Emily, namun ia hanya bisa menyimpannya di dalam hati. Mungkin ini adalah balasan karena ia selalu meninggalkan sang gadis sesuka hatinya tiap kali bertemu. Walau tak dapat dipingkiri, sang gadis bertingkah sedikit aneh.
Benar, ini adalah balasan yang setimpal.
Malleus menghela napas, menunduk, lalu melemaskan bahunya yang terasa tegang. Ia berharap bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan Emily, meskipun tak harus setiap hari. Apa ia bisa berteman dengan Emily?
Apa permintaan dalam batinnya ini adalah hal yang egois? Tapi, bukankah tak salah jika ia memohon hal egois untuk dirinya sesekali?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro