Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 1

Star sending, sebuah perayaan tradisi dari cerita Pinocchio. Dikisahkan bahwa seorang tukang kayu membuat sebuah boneka, mendedikasikan diri juga jiwanya ke dalam boneka kayu tersebut. Ia berharap kalau boneka tersebut akan menjadi seorang anak yang nyata, dan permintaan itu, terkabulkan.

Night Raven College akan mengadakan star sending. Dengan tiga orang siswa yang ditunjuk sebagai star gazer, bertugas untuk mengumpulkan seluruh bintang permohonan para murid dan mendekorasinya di sebuah pohon besar. Pohon tersebut terletak di belakang sekolah.

Seorang gadis dengan helaian rambut biru muda menghela napas ketika mendapati Kantoku-sei yang tengah terbaring lemas di atas taman tandus Ramshackle. Bagaimana bisa pemuda berambut almond itu asyik bersantai di saat Deuce dan yang lain lagi sibuk-sibuknya mengurus kegiatan mendatang?

Namun, Emilyーgadis biru yang berada di dorm Heartslabyul tersebutーsegera saja menggeleng dengan kencang, berusaha untuk menepis pemikiran negatif yang mulai melanda. Daripada disebut bersantai, mungkin lebih tepatnya ia mengatakan bahwa March merasa lelah hingga terkapar di atas tanah lapang.

Ia tak mengingat kedatangan ajaib March dari dunia lain dan sosok tersebut harus terjebak dalam segala permasalahan akademi. Night Raven College yang dipimpin Crowley mendapat nominasi tempat penuh masalah selama tahun ajaran baru sang gadis melangkah masuk.

"Aku tidak menyangka kita akan melaksanakan perayaan yang mirip dengan tanabata ..."

Gumaman March membuyarkan lamunan Emily. Sontak saja gadis itu tersenyum, membuat ekspresi penuh keceriaan ketika sosok lelaki di hadapannya bangun. Gadis itu mengerjapkan mata, iris biru tua tersebut menatap lekat sang leader dorm Ramshackle, "Tanabata?"

Dunia Emily dan March cukup berbeda, di mana tempat pemuda itu berada tak memiliki sihir sama sekali, cukup berkebalikan dengan wonderland yang Emily pijaki saat ini. Tak mengherankan jika sebutan asing di telinga Emily akan ke luar dari mulut March.

Pemuda dengan helaian rambut almond tersebut mengangguk, iris hijau miliknya bergulir, menatap Emily. Ia mengacak rambutnya sendiri, lantas bangkit seraya membersihkan debu yang melekat di seragam sekolahnya.

"Entah kenapa, aku ... kepikiran saja. Walau, tak banyak yang bisa kuingat dari Jepang," ujarnya. Ia menepuk pelan pundak Emily, lalu kembali mengangkat suara, "ayo, pergi. Kita harus membantu Deuce dan yang lain untuk mengumpulkan bintang permohonan para murid sebelum digantung di pohon."

"Ah, soal ituー"

Emily tak ikut melangkahkan kaki, membuat March segera menghentikan langkahnya dan menoleh pada gadis itu dengan penuh kebingungan. Gadis yang satu angkatan bersama March tersebut segera mengulas senyum lebar, "Apa bisa aku mengumpulkannya sendiri? Ada seseorang yang ingin aku temui!"

Kedipan pelan dari March adalah respon pertama yang ia lakukan ketika mendengar lontaran kalimat dari Emily. Helaan napad kecil ia keluarkan, kemudian ia kembali berjalan.

"Jangan membuat masalah pada Tsunotaro, ya."

Semburat merah seketika memenuhi kedua pipi Emily. Namun, dengan cepat ia melambaikan tangan pada March, mencoba menutupi perasaan malu yang menghinggapi dirinya saat ini, "Baik, MC!"

Setelah punggung March sudah tak terlihat lagi, Emily menunduk sembari mendengkus kasar. Dibukanya bungkusan bintang yang ia bawa, hasil pemberian dari Deuce dan Trey. Padahal awalnya, ia hanya ingin membantu melaksanakan tugas kedua sosok tersebut agar pekerjaan mereka menjadi ringan.

Tak pernah terpikirkan olehnya, bahwa ia ingin menjadi seseorang yang pertama kali mendengar permohonan seorang Malleus Draconia.

"Aku harus segera membawa bintang-bintang ini pada Tsunotaro-senpaiー"

"Oh, apa kau memanggilku, Emily?"

Gadis itu tersentak kaget, hampir saja menjatuhkan barang bawaannya. Entah sejak kapan pemuda itu datang bersama kerlap kerlip cahaya hijaunya. Beruntunglah, Malleus dengan sigap menggunakan sihir agar bintang-bintang tersebut tidak bertemu dengan tanah. Emily menetralkan napas, lantas menampakkan kilauan cerah dari sepasang iris biru gelap miliknya.

"Tsunotaro-senpai!" seru Emily, penuh rasa senang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro