Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06

"Aku ini bukan kamu." Kekehku.

Tanzaku yang mengelilingiku, adalah bentuk dari permohonan dan harapan kecil banyak orang. Ditulis dengan untaian kata penuh arti dari mereka yang percaya sedikit dari kalimat mereka menjadi kenyataan.

"Aku tidak punya harapan."

Aku tidak mempercayainya.

Daiki menatapku lamat.

"..... tulis saja sesuatu." Ia menyerahkan tanzaku berwarna [Favorite color] padaku. Aku tidak ingin berdebat dan menerima tanpa banyak bicara.

"Kau membawa dua ternyata."

Kemudian malam berlalu. Aku dan Daiki ternyata harus berpisah lebih cepat dari yang seharusnya, karena sebuah urusan ia tidak bisa mengantarku pulang.

"Bagus lah."

Aku juga tidak berniat untuk pulang.

Kakiku melangkah ke arah berlawanan dari rumah, menajuh dari banyak orang, ketempat sepi dimana hanya ada aku.

.

"Aku ingin harapan Daiki terkabul." -  [Surname] [First Name]

Aomine tau ada yang salah, dia selalu memperhatikannya tapi kenapa dia tak menyadarinya jauh lebih cepat? Gadis itu, [Name]. Dia selalu menanggungnya sendirian, semua beban dari ekspetasi semua orang, bertingkah seolah semuanya normal.

Bagaimana Aomine berpikir hanya dengan menghiburnya akan membantunya. Kenapa... kenapa semuanya terasa sangat tiba-tiba.

"Dasar bodoh!" Ia berlari, mencari sosok berambut [H/C] dengan tergesa-gesa.

.

[Name] bergetar, kenapa sekarang terasa menakutkan? Pemadangan di bawahnya, riak air sungai yang dulu seolah selalu memanggil namanya.

Padahal sudah selelah ini.

Dia sudah tidak berguna lagi kan? Dia tidak sepenting itu kan? Dalam beberapa bulan saja pasti semua orang akan melupakannya.

.... kenapa... dia masih ragu?

Bukan kah [Name] sudah siap meninggalkan keluarganya?

Meninggalkan semua tugas sekolahnya.

Meninggalkan semua tanggung jawabnya.

Meninggalkan Momoi.

Meninggalkan barang-barang favoritnya.

Meninggalkan... Daiki.

"[NAME]!"

Aomine mendekapnya.

[Name] tersentak. Ia membeku, lidahnya kelu. Apa yang baru saja terjadi?

Bagaimana bisa dia ada di sini?

"Aku..." [Name] ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Terlalu banyak yang terjadi di kepalanya.

"Daiki...."

Perlahan [Name] membalas rengkuhannya, tubuhnya kembali bergetar hebat. Air mata yang tertahan, kini mengumpul di pelupuk matanya.

"Aku takut."

Aomine diam, membiarkan [Name] menangis. Ini menyakitinya.

"Hiks... aku takut...

Aku takut karena kau tak akan ada di sana untuk menangkapku!

Aku takut tidak bisa menemuimu lagi!

....

Aku...

.... aku tidak ingin mati."

Aomine mengeratkan dekapannya,

"Tidak akan ada yang menyalahkanmu untuk hidup." Bisiknya.

"Kau lebih berharga dari yang kau pikirkan.

Aku ingin kau hidup.

Apapun yang terjadi aku akan terus bersamamu.

Tak perlu takut,

Aku di sini."




"Aku ingin terus bertemu [Name] setiap hari." - Aomine Daiki.







End.












Sebenernya aku takut ending ini terlalu buru-buru, takut ga nyambung. Tapi kuharap pesannya tetap bisa tersampaikan.

Omong-omong kalian sadar sesuatu ga? Jembatan? Hikoboshi dan Orihime? Ahahha?

... engga?

...

.

Oke...

Dan omong-omong,

Buat kalian yang berjuang di luar sana, jangan berhenti buat terus mencari hari esok.

Kamu ga sendiri.

Ayo berjuang sama-sama!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro