Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01

"Tanabata nanti mau ikut ke festival bersamaku, tidak?"


Aku mengernyit, mendengarkan dalam diam perbincangan gadis-gadis yang bergerumbung di sudut kelas. Membicarakan banyak hal yang tidak kumengerti.

Terkadang aku berharap bisa mnejadi bagian dari mereka. Sedikit sedih rasanya tidak punya begitu banyak teman untuk diajak berbicang.

Tapi Tanabata? Bagaimana aku bisa lupa. Sedikit konyol tapi aku tidak menyadari banyak hiasan yang bergelantungan di banyak rumah, salah satu tanda jelas akan datangnya festival Tanabata. Sepertinya aku harus lebih memperhatikan sekitar.

Jemariku yang tadinya bergerak menorehkan tinta kembali diam. Memikirkan kembali tanabata tahun-tahunku yang sebelumnya.

"......"

Drap drap drap.

Samar-samar aku mendengar suara langkah, sedikit tertimbun oleh kebisingan yang lain. Tidak perlu menunggu pintu kelas terbuka, aku tau siapa yang ada di baliknya.

"[Name]."

Aku tidak menoleh, hanya bergumam menyahuti sambil merapikan alat tulisku.

"Ayo." aku beranjak dari tempat dudukku. Kini menatap langsung manik biru tua yang menungguku dengan wajah tertekuk.

"Apa? Kali ini aku yang traktir."

Daiki mendengus, "kau pura-pura lupa atau bagaimana?" Ia memutar bola matanya malas.

"Lupa soal apa?" Aku balas bertanya, mengikuti Daiki yang berjalan keluar kelas.

"Ck, rencana kencan kita yang kemarin. Kenapa kau tiba-tiba membatalkannya?"

Aku diam sejenak, sedikit terkejut dia akan membahasnya.

"Kan kita sudah membicarakan ini." Jawabku, mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Memperhatikan dedaunan pohon tanpa arti.

"Momoi butuh bantuan di rumahnya, sebagai temannya kau harus membantunya." Tambahku.

"Ya, aku tahu." Celetuknya, "tapi bukan berati kau harus membatalkan kencan kita."

Aku mencoba kembali membalasanya tapi Daiki lebih dulu memotongku,

"Lagipula yang kemarin itu juga cuma masang gas, kan?"

....

Benar juga, sih. Kurasa aku terlalu berlebihan.

Daiki menghela nafas, ikut memandang keluar jendela.

"Kadang kupikir kau hanya mencoba menjauhiku." Bisiknya yang membuatku diam tidak berkutik.

Kami berjalan beriringan dalam sunyi.

Sedikit tersentak, kurasakan rasa hangat di tanganku. Daiki mengenggamnya.

"Sebagai tebusannya,"

Aku menatapnya.

"Tanabata nanti kau harus pergi bersamaku."

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro