014. Ex-boyfriend Is Back
"Tetaplah seperti ini. Tolong, jangan memintaku untuk melepaskannya," kata Hyunjin ketika ia memelukku dengan begitu erat. "Aku sungguh merasa buruk karena tidak bisa melakukan apapun, ketika kau bertemu Jackson. Sekarang aku mengerti, mengapa kau bersikap aneh hari ini. Tapi bolehkah bersikap posesif? Aku ... tidak ingin kehilanganmu lagi."
Aku menggeleng di dalam pelukannya. Sudah pasti Hyunjin tidak akan kehilanganku karena aku sadar bahwa aku telah menyukainya. Bagaimana bisa dia mengkhawatirkan hal tersebut? Aku bahkan melawan peringatan Jackson, seorang penyeimbang semesta yang katanya melindungiku dari pengaruh jahat.
Yaitu, pengaruh jahat yang dimiliki pria berselimut asap tebal.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Hyunjin, sembari melonggarkan pelukannya demi menatapku dari pucuk kepala dan ujung kaki. "Apa kau ingin menceritakan apa yang dia lakukan padamu?"
Aku menggeleng lagi kemudian melirik ke arah kanan dan kiri. Seketika perasaan tak nyaman hadir, terutama ketika seorang kuli panggul ingin menghampiri kami. Namun, tertahan akibat aktivitas romantis di depan matanya. "Kurasa ... ini bukan waktu yang tepat. Seseorang sepertinya ingin bicara denganmu."
Hyunjin menoleh ke belakang seiring kedua tangannya yang menjauh dari tubuhku. Ia berbalik, menghadap sang kuli panggul kemudian menyerahkan beberapa lembar uang. Begitu pula sebaliknya, para pedagang yang mengambil barang hasil peternakan Mr. Smith memberikan uang muka, serta tip untuknya.
Setelah itu, kami kembali ke mobil pick up. Di mana Hyunjin berkendara jauh lebih santai, daripada sebelumnya sehingga membuat otak pintarku bertanya-tanya, kenapa dia mengendarainya seperti siput? Apakah ia baru saja tersambar petir?
Aku memutar kedua mata kemudian memutuskan menyalakan radio yang kata Mr. Smith, sengaja tidak pernah diperbarui karena benda tersebut merupakan salah satu kenang-kenangan mendiang sang istri. Beruntungnya, salah satu saluran radio memutar lagu-lagu terbaru, sehingga perjalanan yang terkesan akan sangat lambat ini akan kuhabiskan dengan bernyanyi.
Persetan dengan kemampuanku yang teramat minus. Aku hanya ingin membunuh rasa bosan karena Hyunjin, lebih banyak diam daripada mengobrol denganku.
Oh, ralat. Dia masih berbicara, tetapi hanya seperlunya setiap kali aku memulai obrolan.
***
"Kita akan kedatangan tamu dari San Diego." Mr. Smith merapikan kerah baju Polo-nya kemudian meraih sepasang sarung tangan usang yang sebelumnya, ia letakkan di pagar teras. "Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik untuk membuka peternakanku sebagai tempat wisata, tetapi Will memaksaku."
Aku diam-diam menghentikan aktivitas membersihkan kotoran ternak untuk mendengarkan obrolan Mr. Smith dan Hyunjin. Satu nama yang disebutkan pria paruh baya itu barusan, membuatku ingin mengetahui lebih lanjut mengenai obrolan mereka daripada mendengarnya sekilas.
Terus terang saja, sejak aksi percobaan pembunuhan yang dilakukan Mr. Will terhadapku, aku jadi selalu berusaha menghindarinya. Bahkan seakan memiliki alarm alami, aku mampu menyadari kehadirannya hanya dengan jarak sekitar dua ratus meter. Aku harap dia menganggapku telah mati karena pengalaman itu, benar-benar membekas hingga menjadi mimpi buruk.
"Apa Mr. Will akan datang untuk membantu?" Hyunjin menoleh ke arahku dan tentu saja ia mendapatiku yang sedang menguping dari sudut kandang kuda. "Kita tidak tahu pasti berapa orang yang akan datang."
"Kurasa sekitar sepuluh orang," kata Mr. Smith sambil membenarkan letak topi koboi-nya kemudian meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Sepertinya."
"Ya, sebenarnya tidak sampai satu bus besar. Will akan membantu kita sebagai pemandu, Hyunjin. Kita hanya menyediakan tempat dan beberapa fasilitas lainnya."
"Well, apa yang harus kita siapkan selain membersihkan kuda-kuda dan kandang? Apa kita harus memasak? Atau membeli beberapa botol wiski?"
Mr. Smith tertawa lalu sebelum ia menyadari keberadaanku, aku bergegas melangkah ke dalam kandang kuda dan melanjutkan pekerjaan. Membersihkan tumpukan kotoran, memindahkannya ke gerobak, lalu memasukkannya ke dalam karung gandum untuk dijual sebagai bahan dasar pupuk organik adalah hal yang cukup melelahkan, jika dilakukan seorang diri.
Oleh sebab karenanya ketika dua pria berbeda usia itu terlihat di sudut mata, aku mengembuskan napas panjang kemudian menegakkan tulang punggung sembari kedua tangan di pinggang. "Oh, sungguh melelahkan," kataku lalu melirik ke arah mereka.
"Hello, Crystal. Kerja bagus hari ini." Mr. Smith mengangkat tangannya, sambil tersenyum saat menyapaku kemudian meraih ember dan sikat lantai. "Kalian boleh pulang sekarang karena besok dan beberapa hari setelahnya, akan ada jam lembur."
"Jam lembur?" kataku mengulang dua kata terakhir--berpura-pura bodoh. "Apa akan ada festival yang mungkin kulupakan?" Kedua alisku menyatu, demi mempertegas bahwa aku sedang kebingungan. Padahal sedari tadi, aku bekerja sambil mencuri dengar.
Dan tentu saja, Mr. Smith menggeleng sambil tersenyum ramah sesuai dengan sebagai mana ia dikenal di Sonoma Country. Yaitu pria kaya yang rendah hati, suka berbagi, serta selalu ramah kepada siapa saja. Ia melangkah menghampiriku, diikuti dengan Hyunjin di belakangnya kemudian menepuk pundakku.
"Aku tahu kau hanya berpura-pura tidak tahu," katanya sembari mengedipkan sebelah mata dan mendecak.
Oh, aku ketahuan menguping. Memangnya apa lagi?!
"Maafkan aku, Mr. Smith." Aku mengatakannya dengan tulus karena merasa tidak nyaman, selepas bertindak melewati batas. "Aku bukan bermaksud tidak sopan, tapi suara kalian terlalu keras untuk di dengar sampai sini."
Lalu Hyunjin pun tertawa, hingga membuatku mendelik ke arahnya dan Mr. Smith yang langsung menoleh.
"Tidak masalah karena memang bukan hal yang bersifat rahasia," kata Mr. Smith, "jadi beberapa wisatawan dari San Dieogo akan menggunakan tempat ini untuk berlibur dan hal itu, tentu saja membuat kita harus bekerja beberapa jam lebih lama dari sebelumnya."
"Jadi apa kau tidak keberatan, Crystal? Mr. Smith akan memberikan kita bayaran ekstra," ujar Hyunjin sambil menepuk pundakku, serta menaikturunkan kedua alisnya dengan jenaka.
Aku mengangguk mengiyakan. Kesempatan untuk menghasilkan lebih banyak uang, tidak boleh ditolak. "Tentu saja. Sampai bertemu besok, Sir," ujarku kepada Mr. Smith kemudian pamit undur diri.
Di lain sisi, Hyunjin pun turut berkata, "Aku akan mengantar Crystal, Sir." Lalu ia bergegas melangkah--menyusulku--dengan kaki jenjangnya yang membuat pria itu dengan mudah menyusulku.
Kami melangkah bersama meninggalkan peternakan menuju halaman rumah Mr. Smith yang mana memiliki posisi bersebelahan, serta hanya memiliki space seluas empat langkah kaki orang dewasa. Jalan berumput dan beberapa pohon pinus di sisi kanan atau kiri ini pun biasanya digunakan Mr. Smith untuk membakar barbeque, berolahraga kecil, bahkan bermeditasi. Tempat yang terasa tenang karena kebetulan rumah Mr. Smith berada di ujung desa.
"Apa menurutmu mereka sudah kembali?" Hyunjin bertanya, sambil membukakan pintu mobil pick up untukku kemudian mempersilakan, agar aku segera duduk di kursi sebelah kemudi.
Aku menuruti perintahnya kemudian sebelum pria itu menutup pintu, aku menjawab, "Entahlah, tapi aku akan mengecek gudang terlebih dahulu sebelum menyimpulkan mereka menginap atau pulang."
"Oh, ya, apa yang sebenarnya sedang kau pikirkan?"
Aku mengangkat kedua bahuku kemudian memiringkan leher. "Sederhana. Jika perlengkapan berkemah tidak terlihat di sana, maka mereka tentu menginap di dalam kemah sambil mencari beruang atau setidaknya serigala. Aiden dan Mac terobsesi dengan manusia serigala."
"Sungguh?"
"Yeah, tentu saja. Mereka bahkan sering mengobrol tentang para manusia serigala kemudian menonton series teen wolf."
"Aku jadi penasaran dengan reaksi mereka, jika mereka tahu siapa aku sebenarnya," kata Hyunjin kemudian menutup pintu mobil, serta sambil tersenyum lebar ia bergegas mengambil tempat di bangku kemudi.
Namun, belum sempat Hyunjin memasuki mobil pick up, suara klakson serta keriuhan musik tape di van berwarna putih berhasil mengejutkan kami. Hingga pria itu menoleh ke arah asal suara dan aku mengintip dari kaca spion dalam.
"Hi, long time no see you brother. Is Crystal with you?" sapa seorang pria berambut hitam itu, sambil memeluk Hyunjin kemudian menunduk dan menoleh ke dalam mobil. Ia melambaikan tangan, sambil tersenyum dengan senyuman yang sebenarnya kurindukan.
Oh, Justin, aku merindukanmu.
"Halo, Miss, aku melihatmu. Kau tampak jauh lebih buruk dari dugaanku," katanya lagi lalu menggeser tubuh Hyunjin, demi berhambur masuk ke dalam mobil, dan memelukku seperti pelukan Teletubies.
Yang mana ketika aku ingin membalas pelukan Justin, tangan kiriku tiba-tiba saja bergerak ke arah kiri. Seperti telah digerakan sesuatu dan ....
... dan aku melihatnya.
Sebuah benang merah yang melingkar di jari manisku.
Terhubung dengan jari manis milik Edward.
Di mana pria brengsek itu, ternyata juga berada di sini.
Bersama wanita lain yang tentu saja tidak mungkin tidak kukenali.
Rebecca Holder, seorang artis di media sosial.
Oh, shit! Aku tidak tahu apa arti dari benang merah yang saling terhubung ini.
Akan tetapi, ketika aku menoleh ke arah Hyunjin ....
... ekspresinya, terlihat sangat berubah.
Terkejut.
Membeku.
Hanya bisa menatap benang merah yang melingkar di jari manisku.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro