Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Nadia membolak-balikkan brosur di tangannya. Ini sudah brosur universitas yang kesekian ia baca. Tak ada satu pun yang menarik hatinya.

Aku tidak ingin kuliah. Bukankah sudah jelas sejak naik kelas tiga kemarin. Aku ingin jadi artis. Untuk apa kuliah?

"Gimana, Nad? Cocok?"

"Gak, Mam. Gimana kalau giliran Nadia yang memilih?"

"Tidak untuk pergi ke Jakarta lagi. Mama gak mau seperti bulan lalu. Ke sana kemari hanya nungguin kamu dapat giliran casting. Ujung-ujungnya cuma jadi orang yang lalu lalang di sinetron gak jelas itu. Capek tau, Nad ..."

Nadia melengos kesal. Itu impiannya. Bukankah menjadi artis mulai dari yang susah-susah dulu. Eh gak susah sih sebenarnya. Kan cuma lewat aja. Wira-wiri ketika pemeran utama sedang berantem, atau sedang asyik pacaran. Begitulah pemeran figuran berakting, kan. Untung aja gak disuruh gulung kabel kamera.

"Mam, kalau capek, kali ini biar Nadia saja yang berangkat sendiri. Nadia bisa kok. Sudah berani naik bus transjakarta sendiri. Mama di rumah aja nemenin papa. Ya, ya, ya ..."

Nadia cemberut saat mamanya menggeleng tegas. Sampai kapan aku harus diikuti terus ke mana pun aku pergi. Aku kan sudah besar. Baru saja bikin KTP. HUH!

"Please, Mam. Kali ini pasti berhasil. Bukankah Nadia sudah punya pengalaman dengan agency?"

Nadia menyusul mamanya yang segera berlalu ke kamar.

"Gak, Nadia. Seharian nunggu, cuma dapat giliran gak sampai lima menit muncul di kamera itu pun hanya tampak punggung? Dengan bayaran lebih banyak uang jajanmu daripada itu? No ... no... no! Pilih satu dari brosur itu atau ..."

"Atau apa, Mam?"

"Atau kamu nikah saja!"

What? Sama pangeran kodok?

"Kenapa bengong? Kuliah atau diem di rumah. Lagian mo nikah sama siapa? Calonnya gak ada. Kamu masih kecil imut-imut," ujar wanita berkulit putih itu seraya mencubit pipi Nadia.

Huff. Kirain mau dijodohin sama oom-oom. Ogah banget!

***

Dua bulan berlalu...

Nadia berlari-lari kecil di lorong kampus School of Bussiness. Rambut panjang hitamnya tergerai halus melambai-lambai. Lagi-lagi ia terlambat. Nyaris setengah jam.

"Aw!!!"

Nadia memegang jidatnya yang tak sengaja dicium daun pintu. Saat yang bersamaan pintu terbuka.

"Upss, maaf gak sengaja. Sakit?" tanya seorang cowok berwajah oriental itu penuh perhatian.

"Pake nanya lagi. Iyalah sakit." Nadia mengaduh sambil mencuri pandang ke kaca pintu, mencari bayangan wajahnya barangkali jidat mulusnya itu benjol atau malah luka.

"Coba saya lihat," ujar cowok yang tingginya sekitar seratus delapan puluh satu atau dua itu.

"Gak perlu. Aku udah telat. Minggir!" Nadia menerobos masuk.

"Ow ... tapi ..."

Nadia tampak tergopoh-gopoh kembali keluar.

"Ini bukan kelasnya Bu Endang?"

"Bukaaan. Kelas Bu Endang sebelah sana," kata cowok itu seraya menunjuk.

"Aduuuh, kenapa gak bilang sih tadi. Kan malu asal masuk segala."

"Lah tadi saya sudah mau bilang cuma situnya aja yang gak sabaran asal masuk."

"Iihh, banyak omong. Aku udah telat." Nadia meninggalkan cowok itu seorang diri. Langkahnya dipercepat. Berharap saat masuk kelas bu dosennya sedang mules dan nongkrong di toilet.

"Heii, tungguuu!"

Langkah Nadia terhenti. Ia membalikkan badan dan memasang tampang kesal. "Apa lagi?"

"Gak, cuma mau bilang ... Bu Endang gak ada kelas hari ini. Anaknya sakit. Jadi kelasmu kosong. Tuh teman-temanmu lagi di kantin."

What?




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro