Bab 10 Senja bersama Adnan
"Jika Senja memang seindah ini, tapi lebih indah senyuman bidadari yang saat ini ada dihadapanku" ~Adnan
Adnan merasa gerogi untuk menceritakan kisah tauladan, bukan karena dirinya tidak tahu atau lupa. Melainkan ini pertama kalinya menyampaikan sebuah kisah di depan wanita yang dicintai dalam diam, Adnan menyuruh anak-anak duduk dan mendengarkan kisah yang akan dia ceritakan. Adzkiya meninggalkan Adnan bersama anak-anak yang sedang mendengar ceritanya, ia berinisiatif untuk membelikan balon udara ataupun sebuah cemilan yang diminimarket tidak jauh dari lapangan.
Seorang anak laki-laki mengacungkan jarinya tinggi, Adnan yang melihatnya langsung berinisiatif untuk mendengarkan ucapannya. "Kak, boleh ceritakan tentang kisah Nabi Luth?"
"Boleh sekali, sudah siap untuk mendengarkan kisah ini?" tanya Adnan dengan antusias.
Semua anak-anak berteriak antusias, sebelum menceritakan kisah tauladan Adnan mengucapkan basmalah terlebih dahulu. Adnan mulai menceritakan kisah Nabi Luth yang merupakan anak dari saudara laki-laki Nabi Ibrahim as.
Ayah Nabi Luth as bernama hasan bin tareh merupakan saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali di dalam Alquran, nabi Luth masih memiliki ikatan saudara dengan nabi Ibrahim. Lebih tepatnya ia adalah keponakan dari nabi Ibrahim AS. Saat berdakwah kepada kaumnya di kota Sodom, nabi Luth mendapatkan banyak tentangan. Masyarakat di kota Sodom adalah masyarakat yang rendah moralnya dan rusak akhlaknya.
Masyarakat Sodom tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Dengan alasan itulah nabi Luth di utus oleh Allah SWT untuk meluruskan kelakuan serta akhlak umantnya itu. Pada waktu itu, kaum Sodom setiap harinya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Allah SWT.
Masyarakat Sodom adalah masyarakat yang rendah paras moralnya dan rusak akhlak. Masyarakat Sodom tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Maksiat dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan suka sesama jenis di kalangan lelakinya dan di kalangan wanitanya.
Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sodom. Seorang pendatang yang masuk ke Sodom tidak akan selamat dari diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kelakuan para masyarakat Sodom ini diabadikan di dalam Al-Qur'an:
"Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas". (QS. Ash-Shu'arā: 165-166).
Berkali-kali nabi Luth menyerukan kepada mereka untuk meninggalkan kebudayaan menyimpang mereka. Namun karena sudah terlanjur hancur moral masyarakat disana merekapun tidak mau mendengar perkataan nabi Luth. Hanya sebagian kecil saja yang mau mengikuti ajaran nabi Luth.
Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya. Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau perorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah dan menyembah-Nya. Diajaknya kaumnya untuk melakukan amal saleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar.
Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak telah mendarah daging di dalam pergaulan sosial mereka dan pengaruh hawa nafsu serta bujukan setan sudah begitu kuat dan menguasai tindak-tanduk mereka. Dakwah dan ajakan Nabi Luth yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tempat di dalam hati dan pikiran mereka dan berlalu begitu saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Telinga-telinga mereka sudah menjadi tuli terhadap ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan pikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran-ajaran setan dan iblis. Hingga pada suatu saat, kaumnya merasa kesal dengan nabi Luth yang selalu berdakwah dan mengingatkan mereka. Mereka pun kemudian meminta nabi Luth untuk menghentikan dakwahnya dan mengusir ia beserta keluarganya dan pengikutnya untuk pergi dari kota Sodom.
"Baiklah, sudah paham semua kisah tentang nabi Luth?" tanya Adnan pada anak-anak yang masih memperhatikannya.
"Masyaallah apa yang Kakak sampaikan dapat dimengerti, berarti kita jangan menjadi orang yang rendah akan moral. Perkuat iman islam kita dengan cara memperbaiki solat, dzikir, puasa dan bersedekah," ucap seorang anak kecil dengan tubuh gempal.
Seorang wanita menghampiri Adnan dengan dua bingkisan besar dikedua tangannya, tidak lupa seorang laki-laki paruh baya dengan membawa balon warna-warni yang sudah dipesannya. Lalu ia berkata, "Itu sangat betul, nah sekarang kalian boleh memilih balon tapi jangan rebutan. Silahkan berbaris terlebih dahulu biar Kakak Kiya yang membagikan satu persatu!"
Adnan tersenyum melihat Adzkiya datang tepat pada waktunya, pantas saja sejak dirinya bercerita wanita itu tidak ada disebelahnya. Setelah selesai membagikan balon dan juga beberapa cemilan untuk anak-anak, Adzkiya dihampiri oleh seorang anak laki-laki memakai kaos biru dipadukan dengan celana jeans hitam tidak lupa topi kupluk berusia sekitar lima tahun berlari kearahnya, anak laki-laki bermata sipit itu berloncat-loncat menginginkan balon yang dipegang oleh Adzkiya.
"Kakak cantik, Adam ingin balon yang warna biru," tunjuk anak laki-laki itu dengan mata berkaca-kaca.
"Tentu boleh sekali anak manis, apakah ada warna lain juga yang kau ingin kan?" tanya Adzkiya dengan mensejajarkan tingginya dengan anak laki-laki lalu mengusap pipinya dengan sayang.
"Tidak Kakak, Adam hanya menginginkan balon biru saja untuk diberikan besok pada Bunda," jawabnya dengan lirih.
"Memangnya Bunda Adam kemana?" tanya Adzkiya sambil memberikan dua balon berwarna biru.
"Bunda sudah bersama Allah, sekarang Adam hanya tinggal bersama Ayah saja," balasnya dengan senyuman.
"Oh gitu, maafkan Kakak yah sayang. Adam suka coklat tidak?" tanya Adzkiya tidak lupa ditangan kanannya ada dua buah coklat batang.
"Adam suka sekali," ujarnya dengan nada bahagia.
"Oh iya ini ada coklat untuk Adam, habiskan coklatnya dan jangan lupa setelah memakannya untuk segera gosok gigi agar nanti tidak sakit gigi," ucapnya mengingatkan untuk menjaga kesehatan gigi.
"Baik Kakak cantik, terima kasih sudah memberikan Adam balon dan coklatnya. Sampai bertemu kembali Kak," ucap pamit anak laki-laki itu setelah mendapatkan balon dan juga coklat dikedua tangannya.
Adzkiya menghampiri Adnan lalu memberikan sebotol minuman dingin, setelah mengucapkan terimakasih Adnan menggeser tubuhnya agar dirinya bisa duduk dibangku sebelah, pandangan keduanya menatap kearah senja yang menyinari kota hujan. Adnan tersenyum ketika bisa menghabiskan waktu senjanya dengan adik tingkatnya, jarinya mengetuk pinggiran kursi yang diduduki oleh keduanya. Memikirkan apa yang ingin dibicarakan setelah ini, rasanya sangat canggung berbicara dengan lawan jenis sedekat ini.
Memang ini bukanlah kali pertamanya Adnan menghabiskan waktu dengan perempuan, mungkin sudah banyak mantan-mantannya yang diajak berkencan atau sekedar makan malam bersama. Namun, itu hanya masa lalu sekarang dihadapannya adalah adik tingkat yang pernah dia ledek karena kepergok mencari tau dirinya layaknya seorang detektif. Pasti banyak yang bertanya bagaimana dia bisa tahu jika Adzkiya menyelidikinya, tentu saja sudah tidak asing di telinganya saat kumpul dengan anak-anak Osis.
"Sejak kapan kamu menyukai anak-anak? Tadi pas Kakak melihat kamu membagikan coklat dan balon kebahagiaan terpancar dimata mereka dan kamu?" tanya Adnan.
"Kiya memang menyukai anak-anak, bahkan sejak umur dua puluh tahun sudah mengasuh keponakan. Membahagiakan mereka adalah tanggung jawab kita, apalagi seperti tadi anak laki-laki yang memakai topi kupluk. Dia kehilanagan Bundanya, masih kecil sudah tidak bisa mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya," balas Adzkiya dengan mata berkaca-kaca.
"Allah sudah memiliki rencana indah untuknya, mungkin dengan kehilangan seorang Ibu. Anak laki-laki itu bisa bertumbuh menjadi lelaki yang kuat dan hebat nantinya setelah dewasa," ucapnya dengan memberikan sebuah sapu tangan pada Adzkiya.
Adzkiya menerimanya dan mengusap matanya sambil tersenyum, "maaf kalau Kiya jadi cengeng, karena kalau sudah menyangkut dengan seorang ibu pasti nangis."
"Menangislah jika itu membuat hatimu lebih tenang, karena dengan menangis rasa kelegaan akan kamu dapatkan. Jangan beranggapan kamu menangis itu tandanya sebuah kelemahan," ucap Adnan.
"Ih, tapi wajah Kiya jelek kalau nangis," balas Adzkiya menutup wajahnya dengan sapu tangan pemberian Adnan.
"Tapi kamu cantik Nai!"
"Hah, tadi Kak Adnan ngomong apa?" tanya Adzkiya membuka wajahnya lalu menatap kedua mata Adnan.
"Eh udah mau magrib, ayo kita cari masjid terdekat baru nonton film," ajaknya lalu meraih tangan Adzkiya untuk digenggamnya.
Tatapannya langsung tertuju pada genggaman tangan Adnan, pipinya tiba-tiba merona merah ketika melihat tingkah laku kakak tingkatnya itu. Boleh tidak sih saat ini Adzkiya berteriak kesenangan, tapi nanti Adnan malah ilfeel. Adnan yang sadar dengan tindakannya langsung melepaskan tautan pada jemari Adzkiya, ia langsung mengambil helm dan memberikan helm satunya pada Adzkiya.
Keduanya meninggalkan lapangan dan mencari sebuah masjid untuk sekedar mendirikan kewajiban seorang muslimah, sepanjang perjalanan Adzkiya mengambil beberapa poto senja yang indah dan juga jalanan yang padat oleh pengguna jalan untuk sekedar postingan diinstagramnya nanti.
Catatan kaki :
Sumber artikel :
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro