
🍂 4 🍂
Cek tipo ya teman-teman 🤗
Selamat membaca....
🍂
"Bisa jemput Ibu nggak, Bhi?" Satu pesan masuk dari Salma.
"Ibu di mana?" balas Abhi.
"Di toko roti langganan Ibu."
"Abhi baru aja ada tamu, nih, Bu. Gimana kalau pak Rudi aja yang jemput?"
"Emang, tamunya masih lama?"
"Emm, mungkin sekitar satu jam, sih."
"Ya udah, nggak pa-pa. Ibu tunggu kamu."
"Enggak kelamaan emang?"
"Enggak kok. Ibu bisa makan-makan dulu di sini."
"Baik."
Kening Abhi mengernyit heran. Kenapa ibunya mau nunggu dia jemput? Bukan ... Bukan Abhi nggak mau jemput ibunya. Tapi satu jam bukanlah waktu sebentar buat nunggu. Lagi pula letak toko roti langganan ibunya itu cukup jauh dari kantor Abhi, mungkin sekitar dua puluh menit jika perjalanan lancar, tidak macet. Satu jam lebih nunggu, apa ibunya itu nggak bosan, ya?
Tok ... Tok
Terdengar pintu diketuk dari luar.
"Masuk."
Muncul Andi bersama dua orang pria dan satu orang wanita.
"Siang, Pak."
Abhi mempersilahkan tamunya duduk untuk membicarakan kesepakatan kerjasama di antara mereka.
🍂
Mobil Abhi memasuki halaman toko roti langganan ibunya, yang nampak ramai sore ini. Ia keluar dari mobil dan mengirim pesan, menanyakan di mana ibunya duduk.
"Ibu duduk di teras samping gedung."
Setelah membaca pesan dari ibunya, Abhi mencari tempat yang dimaksud ibunya itu.
"Maaf lama, Bu. Tadi tamu Abhi minta diantar lihat-lihat tempat produksi." Abhi merasa tidak enak karena ia baru bisa menjemput ibunya sesore ini.
"Enggak pa-pa, lagian Ibu seneng di sini, kok. Selain bisa makan-makan, tempatnya juga enak, ada tamannya juga. Tuh lihat bagus banget, kan?"
Abhi mengedarkan pandangan. Benar kata ibunya, tempat ini memang ... Indah. Pantas saja ramai pengunjung.
Dahi Abhi mengernyit heran ketika netranya menangkap satu piring kecil yang sudah kosong dan juga cangkir berisi teh yang tinggal separuh, di atas meja. Apa ibunya sedang kencan?
"Ibu sama sia---?" Abhi tak melanjutkan pertanyaannya ketika suara seorang wanita yang ia kenal, memasuki indera pendengarnya.
"Maaf lama, Bu." Wanita yang memakai dres lengan panjang berwarna biru tua itu, kembali duduk di tempatnya tadi.
"Nggak pa-pa."
Wanita itu tersenyum dan beralih menatap Abhi. "Apa kabar, Bhi?"
"Seperti yang kamu lihat," jawab Abhi datar.
"Syukurlah, kamu terlihat baik-baik saja."
"Tidak ada alasan bagiku, untuk tidak baik-baik saja," ujar Abhi cuek.
"Abhi!" Salma menegur Abhi.
"Mau pulang sekarang, Bu?" tanya Abhi. Ia malas berlama-lama di sini karena ada Disha. Ya, wanita tadi adalah Disha, mantan kekasihnya dulu.
"Kamu nggak mau pesen minum dulu? Atau sekedar ngobrol sama Disha. Udah lama juga kan, kalian enggak ketemu." Salma berusaha membujuk Abhi.
"Enggak usah, Bu. Abhi nggak haus, kok. Lagian udah sore juga ini." Abhi memandang jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, menunjukkan angka empat.
"Kita pulang sekarang aja, Bu."
Salma mengangguk, ia menyuruh Abhi membawa beberapa kantung plastik berwarna putih berisi beraneka ragam kue yang dibelinya di toko ini tadi.
🍂
Salma menghampiri Abhi yang kini tengah duduk di gazebo dekat kolam yang ada di belakang rumahnya. Wanita paruh baya itu, duduk di samping putra satu-satunya itu.
"Ehh, Ibu! Ngagetin aja, deh." Abhi nampak terkejut ketika Salma mengelus pundaknya. Ia tidak tahu kapan ibunya itu datang. Tau-tau udah duduk di sampingnya.
"Kamu tuh, yang kenapa? Dari tadi Ibu perhatikan, kamu melamun saja. Mikirin apa sih, Bhi?"
"Abhi lagi mikir, ikan-ikan itu pada nggak capek apa ya, berebut makan gitu?"
Salma menggeplak lengan Abhi. "Kamu ada-ada aja, bercanda mulu. Namanya juga ikan, ya emang gitu."
"Abhi lagi mikir kerjaan aja kok, Bu. Kemarin ada rekan kerja ngajakin kerjasama. Mereka minta dikirimin susu dua ratus liter tiap harinya."
"Bagus dong. Hasil produksi susu sapi milikmu jadi makin dikenal. Ibu do'akan, semoga usaha kamu makin lancar dan berkembang."
"Amiin. Makasih ya, Bu."
Abhi kembali menabur pakan ikan ke dalam kolam. Seketika ikan-ikan penghuni kolam tersebut berebut makanan. Entah kenapa, Abhi selalu senang melihat kejadian itu.
"Emm, Bhi."
"Iya, Bu," jawab Abhi tanpa menghentikan aktivitasnya.
"Disha makin cantik ya, Bhi."
Abhi sempat tertegun sejenak, ketika mendengar penuturan ibunya itu. Sebenarnya ia malas membicarakan mantan kekasihnya itu. Tapi, kelihatannya ibunya benar-benar serius ingin menjadikan Disha menantu di rumah ini. Pikirannya benar-benar kacau sekarang.
"Ibu kasian sama Disha. Dia keguguran dan diceraikan oleh suaminya."
"Ibu nggak tau aja kalau Disha udah selingkuhin Abhi dulu," ucap Abhi dalam hati. Ia tentu tak tega mengatakan itu pada ibunya. Bisa-bisa ibunya shock jika tau kalau gadis yang selama ini disayanginya adalah seorang pengkhianat.
Salma terus bercerita tentang Disha. Senyum senantiasa terlukis di bibirnya. "Kamu dengerin Ibu nggak, sih."
"Denger kok, Bu."
"Terus, kenapa diam saja dari tadi?"
"Emang Abhi harus ngomong apa, Bu?"
"Kamu ini ya. Ibu serius ini loh." Salma nampak kesal dengan sikap cuek Abhi. Sebenarnya Salma bertanya-tanya dalam hati. Apa sebenarnya yang membuat Abhi bersikap seperti itu terhadap Disha. Apa karena dulu ditinggal nikah? Atau ada hal lain yang tidak ia ketahui. Tapi, ia akan terus berusaha untuk mendekatkan mereka.
Seperti kemarin contohnya. Salma sengaja mengajak Disha menemaninya supaya bisa bertemu dengan Abhi. Tapi mereka tampak canggung. Apalagi saat pulang dari toko kue langganannya dan mengantar Disha pulang, bukannya mencair justru suasana makin dingin. Padahal ia sengaja menyuruh Disha duduk di depan bersama Abhi. Bukannya mengajak ngobrol, putranya itu justru mendiamkan Disha.
"Bhi, lain kali jangan terlalu cuek sama Disha, kasian dia jadi kayak takut gitu sama kamu."
Abhi mengangguk demi membuat ibunya lega. "Abhi usahain deh, Bu."
"Ya udah, Ibu masuk dulu."
"Iya, Bu."
Sepeninggal ibunya, Abhi merebahkan tubuhnya di dalam gazebo. Pandangannya menerawang. Kenapa Disha harus muncul lagi di hidupnya? Setelah dulu menorehkan luka di hatinya.
Bagi Abhi, Disha adalah masa lalu yang tak mungkin menjadi masa depan. Tapi, mengingat permintaan ibunya yang memintanya untuk dekat kembali dengan Disha, membuat kepalanya jadi pusing.
Abhi berpikir, apa sebaiknya ia mencari wanita untuk diperkenalkan pada ibunya sebagai kekasih. Tapi siapa? Abhi benar-benar pusing sekarang.
Hembusan angin menerpa wajah lelah Abhi, membuat kelopak matanya kian berat. Suara gemericik air mancur yang ada di kolam ikan bagai melody indah pengantar tidur, membuat kesadaran Abhi kian menipis. Tak lama kemudian, terdengar embusan napas teratur yang menandakan Abhi telah sampai ke alam mimpi.
🍂
Salam sayang dariku 💖
29 Oktober 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro