Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

°1°

    Allahu Akbar ... Allahu Akbar ....

Suara adzan subuh menggelegar seantero komplek perumahan elite itu bersamaan dengan bunyi adzan dari aplikasi toppa di ponsel membuat seorang wanita menggeliat dalam tidurnya. Tangannya mencoba menggapai ponsel yang ada di nakas samping tempat tidur.
"engh ...." Kelopak matanya perlahan terbuka, mengerjap beberapa kali lalu menilik ke arah layar ponsel yang telah berada di tangan.

Setelah membaca do'a bangun tidur, wanita itu bangkit dari baringnya, kemudian duduk bersila dengan nyawa yang masih belum sepenuhnya terkumpul. Selanjutnya, ia menengadahkan tangan dan membaca do'a setelah adzan.

Setelah usai, wanita beranjak menuju kamar mandi. Sekitar tujuh menit lamanya wanita itu keluar dengan keadaan yang jauh lebih fresh lalu berjalan menuju walk in closet.

°

   Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu bertepatan dengan usainya ia berganti pakaian. Saat ini, wanita itu sudah rapi dengan kaos rumahan warna dusty serta celana kain yang senada, tidak lupa jilbab instant warna mocca.

"Dek!! Udah bangun belum? Buruan!! Opa, Oma, Abah, Ummah, Kakak, Adek, sama yang lainnya udah nungguin di bawah!!" teriak seseorang di balik pintu kamar wanita itu.

ceklek

"Udah Abangku tersayang," sahutnya dengan senyuman geli.

Lelaki yang dipanggil -abang- itu hanya tersenyum kecil "Ya udah, ayo!" ajaknya yang dijawab dengan anggukan kecil oleh si wanita.

Tidak lama, mereka telah sampai di sebuah musholla yang sengaja dibangun di dalam rumah mewah nan megah bak istana itu. Nampak sudah berkumpul kakek, nenek, dua orang paruh baya lelaki dan wanita, seorang wanita yang terlihat lebih tua dibanding si wanita dan si abang serta seorang anak perempuan yang baru beranjak remaja, tidak terlupa para pelayan di mansion milik keluarga Nareswara yang juga telah siap dengan perlengkapan sholatnya masing-masing. Memang, jika hari kerja atau sekolah, keluarga besar Nareswara akan melaksanakan sholat berjema'ah di musholla rumah yang juga lumayan cukup luas tersebut.

"Wah ... wah ... Nona Nareswara, lama amat Non nyampenya?" goda seorang wanita yang lebih tua dibanding si wanita tadi.

Si wanita hanya memutar bola matanya jengah. "Kesiangan," jawabnya singkat.

Nampak kerutan di dahi beberapa orang disana. "Sudah-sudah, nanti lagi lanjutnya," ujar seorang pria paruh baya menengahi, apalagi saat melihat si wanita tadi ingin melanjutkan aksinya untuk menggoda si adik. Sang adik tersenyum menang ke arah sang kakak.

Yang tadi menggodanya adalah kakak sulungnya, dan yang menggedor pintu kamarnya adalah kakak keduanya.

Semua orang sudah bersiap di posisinya masing-masing. Sholat subuh pun dilaksanakan dengan sang kakek yang menjadi imam. Sholat subuh berjalan dengan khusyu, disertai bacaan ayat-ayat suci al-qur'an yang mengalun dengan tartil lagi indah.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi,"
"assalamu'alaikum warohmatullahi."
Dua kali ucapan salam menandakan sholat telah usai.

°°°

   "Aiza buruan!!!" teriak sang kakak sembari menuruni satu per satu anak tangga, menuju ke ruang makan untuk breakfast bersama.

Aiza hanya mendengus kesal mendengar teriakan kakaknya, lalu ikut turun setelah sebelumnya berganti pakaian.

"Morning all," sapanya dengan senyuman lebar.

"Morning," sahut mereka yang ada di meja makan panjang.

Aiza kemudian menarik kursi di sebelah sang kakak dan duduk di sana. Acara breakfast berjalan khidmat. Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring di ruang makan itu. Tetua keluarga Nareswara memang tidak memperbolehkan ada yang berbicara selama acara makan berlangsung.

°

   "Aiza berangkat kuliah dulu ya, assalamu'alaikum," pamitnya sembari mencium punggung tangan opa, oma, abah, ummah, serta kakaknya. Tidak lupa pula ia memberikan kecupan di kedua pipi mereka dan terakhir di perut yang mulai membuncit milik sang kakak.

Kakak pertama Aiza memang sudah menikah dan saat ini abang iparnya sedang berada di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarganya di sana. Saat ini, kakak Aiza sedang mengandung, usianya jalan tujuh bulan. Dan jangan lupakan adik dari Aiza yang juga menyalaminya dengan hormat.

Aiza mulai melangkahkan kakinya sebelum akhirnya terhenti karena sebuah suara. "Lo mau berangkat ama siapa dek?" tanya si abang yang belum beranjak sedikitpun dari duduknya disertai kekehan kecil yang diikuti orang-orang di sana.

Aiza hanya mencebikkan bibirnya kesal. "Abang ih! Makanya ayok cepetann! Aiza udah telat nihh!!!" rengek Aiza dengan nada manjanya. Hal itu membuat semua orang yang melihatnya tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepala mereka karena tingkah Aiza yang seperti anak kecil merengek minta dibelikan permen pada ibunya.

"Slow dek. Ya udah, Aldo juga berangkat ya, Assalamu'alaikum," pamit Aldo yang melakukan hal serupa dengan Aiza. Abang Aiza ataupun anak lelaki satu-satunya di keluarga Nareswara itu bernama Aldo.

Setelah itu, mereka mulai melenggang keluar menuju halaman di mana sudah terparkir beberapa mobil yang salah satunya milik abang Aiza alias Aldo, hasil dari kerja kerasnya selama memulai karier sebagai direktur di perusahaan milik keluarganya.

Mobil putih mengkilat itu melesat perlahan meninggalkan kediaman Nareswara dengan kecepatan rata-rata.

°°°

   Di lain tempat, di dalam sebuah mobil berwarna putih, seseorang terlihat sedang bertelponan

'...'

"Baik, Prof, Insya Allah saya akan melaksanakan tugas ini dengan baik"

'...'

"Afwan, wa'alaikumussalam," jawab seorang pria dengan postur tubuh tegap ditambah wajah yang tampan itu, kemudian menutup sambungan telepon dan mulai menancap gas mobil dengan santai.

Saat di perjalanan, pria itu mendapat notif chat dari adik sepupunya.

From : Alika
'Abg Alika yg guanntengg,,, entar jmput adkmu yg imut ini yaa di kampus.'

Begitulah isi pesan dari adik sepupu si pria yang diketahui bernama Alika.

Pria itu hanya menghela napas pelan, kemudian mulai mengetikkan balasan.

To : Alika
'Salam dulu dek, kebiasaan! kebetulan mlai hari ini abg ngjar disana gantiin prof. Mahmud utk sementara.'

Setelah itu, ia mengirimkannya pada Alika.

Tidak menunggu lama, notif pesan kembali masuk di ponsel milik pria itu.

From : Faro
'Assalamu'alaikum dokter Arta, ente dmn sih? lma amt nympeny'

Ya, Pria yang sedang mengendarai mobil itu bernama Arta.

Arta hanya memutar bola matanya jengah saat membaca pesan dari sahabat dekatnya sedari kecil itu.

Ting!

From : Alika
'Hehe, khilaf bg ... oh ya??!! widiwww bkalan dpt tumpangan grtis nih tiap hari haha, kgak perlu repot bawa mbl deh hehe ....'

Satu lagi pesan masuk yang ternyata adalah balasan dari Alika. Arta hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum saat membaca balasan dari Alika.

To : Faro
'Wa'alaikumussalam, gue dikasi' tgas nih sm prof. Mahmud buat gantiin beliau ngajar di kampus, jd mngkn balik ngjar bru gue bsa ke RS'

To : Alika
'Serah'

Setelah mengirimi balasan untuk kedua orang itu, ia mengaktifkan mode silent agar tidak mengganggu proses belajar-mengajar nanti.

Arta adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta yang kebetulan milik keluarga dari ibunya. Arta selalu bersikap profesional dalam bekerja. Ia tidak ingin hasil kerjanya mengecewakan ataupun tidak maksimal. Meskipun saat ini rumah sakit itu sudah berada di bawah pimpinannya, tetap saja Arta tidak mau bersikap semena-mena.

°°°

   Setelah menempuh waktu sepuluh menit lamanya, Aiza dan Aldo akhirnya sampai di tempat tujuan. Aldo memberhentikan mobilnya tidak jauh dari gedung fakultas kedokteran yang ada di kampus yang dibangun oleh Basira Damin Adhara dan sahabat karibnya, Arsalan Nareswara.

"Thanks, Bang. Entar jangan lupa jemput, ya," ujar Aiza setelah ia menyalimi Aldo.

Aldo menganggukkan kepalanya, "Insya Allah kalo kerjaan nggak numpuk ya, hehe," jawabnya sambil nyengir menampilkan deretan gigi putihnya.

Aiza mengerucutkan bibirnya, "masa iya tuh berkas, eh kertas-kertas itu lebih penting dari Aiza? So, kalo Abang nggak jemput Aiza, Aiza pulang pakek apa?" cerca Aiza kesal, namun terkesan polos.

"yaelah, gue sibuk juga karna lo yang lagi sibuk kuliah ... sampai semuaaaa pekerjaan lo gue yang handle, sampai-sampai--"

"Sampai-sampai gue rela balik ke Jakarta cuman buat elo, cih!" cibir Aiza menyela ucapan sang abang.

"Nah! Itu tau," sahut Aldo santai.

Aiza menggertakkan giginya kesal. "Abang, ih!!!"

"Haha, udah deh! Nggak usah sok ngedrama gitu. Lo, kan bisa pesen taksi online atau ojol gitu, hahahaha ...." Aldo malah tertawa geli melihat ekspresi marah sang adik.

"Ihhh ... nyebelinn!!" geram Aiza
"Assalamu'alaikum!" salamnya lalu keluar dari mobil tanpa menunggu jawaban salam sang abang.

Brak!!

Pintu mobil dibanting cukup keras oleh Aiza.

Aldo hanya tersenyum dan menggeleng kecil melihat tingka sang adik.
"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh," jawabnya setelah adik kesayangannya itu masuk ke dalam area kampus. Tanpa menunda waktu, Aldo menjalankan kembali mobilnya menuju kantor tempatnya bekerja.

°°°

   "Aduh ... nasib telat nih keknya!!" Aiza terus menggerutu sepanjang perjalanannya menuju kelas.

Drrtt...Drrtt...

Aiza segera menggeser ikon hijau setelah tahu siapa yang meneleponnya.
"Ya, halo. Assalamu'alaikum," salamnya membuka obrolan via telepon sambil terus melangkahkan kaki.

'...'

"Ihh! Udah deh, Mbak. Bentar lagi gue sampe kelas, wassalamu'alaikum," Belum sempat orang di seberang sana yang diyakini teman sekelas Aiza itu melanjutkan ocehan yang membuat mood milik seorang Aiza semakin memburuk, Aiza sudah memotongnya dan memutuskan panggilan sepihak tanpa menunggu temannya itu menyahut salam darinya.

°°°

   Seorang pria berjalan sedikit tergesa-gesa. Pasalnya dia sudah hampir telat akibat jalanan yang macet.

Brukk!!

"Aw ...." Sekali lagi nasib buruk menghampirinya. Seorang wanita menabraknya. Ralat! Namun, entahlah siapa yang salah.
"Argh!!! Jalan tuh matanya dipakek, biar nggak nabrak orang sembarangan!!" cerca wanita itu dengan tatapan tajam membunuhnya, sedangkan yang ditatap hanya menaikkan sebelah alisnya

'imut sih, sayang ... galak,' batinnya bermonolog menilai wanita di hadapannya sambil mengulas senyuman kecil.

"Eh malah bengong! Minta maaf kek, apa kek," gerutu wanita di depannya lagi. Namun, dirinya masih terdiam dengan senyuman yang tidak luntur, membuat wanita di depannya menggeram kesal.
"Wah ... wah ... elo pasti kabur dari RSJ yaa?! Ngaku lo! Nggak bisa dibiarin nih," oceh wanita itu yang sesaat kemudian kembali bersuara. "TOLONG! ADA ORANG GILA, TOLONGGG!!" teriaknya sambil mengedarkan pandangan ke berbagai arah.

Mata lelaki itu membola sempurna saat mendengar teriakan wanita di hadapannya yang di luar dugaan. Refleks tangan kanannya membekap mulut samg wanita, dan tidak sengaja pandangan mereka beradu sepersekian detik.
Hingga ....

Tak!!!

"KYAAAA!!!!" pekik wanita itu lagi setelah kakinya menginjak kaki pria di hadapannya dan mencoba berbalik, berniat untuk melarikan diri.
"AAAA!!! LO MAU APAIN GUE?!!! LEPAS!! LEPAS!! AAAA TOLO--mmpphh" Pria itu menarik si wanita dari tempat tadi dengan tangan yang satunya membekap erat mulut si wanita. "mmphh ... mmpphh!!" Wanita itu terus mencoba memberontak.

"Jadi perempuan jangan asal ceplos! Mulut kamu dijaga kalo mau bicara!" ucap si pria dengan nada yang begitu dingin dan wajah yang tadinya masih memiliki ekspresi, namun kini terlihat datar tak berekspresi.

Wanita di depannya mematung mendengar nada bicara pria di depannya.

"Assalamu'alaikum" salam si pria dingin. Kemudian berlalu begitu saja meninggalkan si wanita yang masih mematung dengan rasa was-was di dada.

Sesaat kemudian, wanita itu malah melongo keheranan melihat apa yang barusan terjadi tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

"Fyuhh ...." Wanita itu menghembuskan napas lega saat melihat punggung si pria yang mulai menjauh. "Astaga!!" ujarnya histeris sambil menepuk jidatnya, kemudian berlalu dari tempat itu dengan berlari.

°°°

   "Assalamu'alaikum. Selamat pagi semuanya," sapa Arta saat sudah berada di dalam kelas.

"Wa'alaikumussalam. Pagi," sahut semua mahasiswa.

"Maaf sebelumnya, karena saya terlambat," ujarnya lagi.

Beberapa mahasiswa mulai ada yang berbisik, menatapnya tidak suka, sampai para mahasiswi yang menatapnya dengan tatapan kagum.

"Maaf ... Pak, bukannya ini kelas Prof. Mahmud, yaa?" tanya seorang mahasiswa.

"Iya, benar. Namun karna beliau ada urusan lain, jadi mulai hari ini hingga beberapa waktu ke depan saya yang akan menggantikan beliau memberikan materi pada kalian," jawab Arta datar namun terkesan tegas.

Mereka semua hanya ber 'Oh' ria.

"Ada pertanyaan lagi?" tanya Arta.

"Pak! Emh, nama Bapak siapa?" tanya seorang mahasiswi dengan rambut sebahu serta senyuman manis yang ia tujukan pada dosen ganteng di hadapannya itu.

"Udah punya pacar belum, Pak?" tanya seorang wanita dengan rambut bergelombang yang langsung diberikan sorakan oleh beberapa temannya, namun tidak ia indahkan. Tatapannya masih lurus tertuju pada seorang pria yang menurutnya amat tampan itu.

"Umur Bapak berapa?" tanya mahasiswi lainnya yang menggunakan hijab, namun hanya dililit di lehernya.

Arta hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia sudah menduga hal-hal seperti ini sebelumnya. Siapa yang tidak akan terpesona dengan aura ketampanannya. "Nama saya Artanabil N.A, saya tidak memiliki pacar, umur saya dua puluh lima tahun," jawabnya tegas dan jelas. Sedikit jengah juga karena pertanyaan unfaedah itu.

Acara perkenalan berlangsung dengan beberapa guyonan dari mahasiswa maupun mahasiswi. Walau tidak membuat seorang Arta yang dingin luluh, ia hanya menanggapi seperlunya saja.

°°°

   "Hai guys," sapa seorang wanita dengan senyum yang mengembang di bibir ranumnya, ia kemudian duduk di tempat yang sama dengan teman-temannya.

Dahi teman-temannya berkerut dan mata mereka menyorotkan kebingungan untuk temannya satu ini.

"Lo kenapa? Kesambet?" tanya salah satu temannya yang berambut ikal kecoklatan.

"Idih!! Bukannya ngejawab malah senyam-senyum kagak jelas nih bocah," timpal seorang pria yang juga ada di sana.

"Udah deh, Ris. Jelasin! Ada apa gerangan, sehingga lo jadi kayak orang setengah waras gitu," timpal seorang wanita berjilbab syar'i dengan nada mengejek.

"Ada dosen baru," jawabnya dengan nada girang, namun jawaban darinya justru menambah pertanyaan di dalam otak teman-temannya.

"So?" tanya Aiza.

Mereka semua adalah teman-teman Aiza, lebih tepatnya sahabat. Walaupun ada beberapa di antara mereka yang beda fakultas, namun jika jam istirahat begini ataupun free day, mereka akan berkumpul seperti sekarang ini. Namun, Aiza terpaksa jarang ikut kumpul karena ia yang memang sedang mengejar target.

Saat ini Aiza sedang melanjutkan strata duanya di jurusan spesialis dokter kandungan atau obgyn berbeda dengan para sahabatnya yang masih menjalankan pendidikan strata satu.

"Tuh dosen guanteng bingitss!" serunya dengan mata berbinar, tidak luput pula senyuman di bibir.

Mereka semua hanya memutar bola mata malas mendengar jawaban dari Risa. "Kebalik dong sama si Aiza," ujar seorang wanita berbusana muslim syar'i lengkap dengan niqab-nya

Risa mengkerutkan keningnya. "Maksud lo?" tanyanya bingung.

Aiza yang mendengar itu hanya menghela napas kasar. Jujur saja, ia masih teramat kesal dengan pria yang tadi pagi tak sengaja ia temui. Memorinya masih merekam dengan jelas pertemuannya dengan orang yang baginya setengah waras itu. Dan ... iya, tadi sebelum Risa datang, ia memang sudah menceritakan hal paling menyebalkan yang ia alami itu pada sahabat-sahabatnya.

°°°°°

Voteeeee, commenttt, and shareee!!! 😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro