Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Meda?

بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

  📗Takdir📗
-Mereka yang terlihat lebih beruntung, atau kita yang kurang bersyukur

🌹🌹🌹
Tidak perlu menjelaskan dirimu pada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak akan percaya itu.

-Ali bin Abi Thalib-
🌹🌹🌹

Hafshah mengerutkan kening saat melewati beberapa kerumunan santri. Mereka berbisik dan memperhatikannya seakan ada yang aneh pada dirinya. Hafshah memeriksa pakaian dan sepatunya. Tidak ada yang salah, lalu kenapa mereka bersikap seperti itu?

Saat Hafshah sampai di kelas, semua orang juga menatapnya aneh. Telinganya bisa mendengar suara tapi tidak terlalu jelas. Tidak lama setelah itu Aini tiba di meja Hafshah. Napasnya tidak berarturan akibat lari-larian.

"Ada apa, Ai?"

"Aduh Haf..."

"Kenapa?"

Aini berjongkok, kemudian membisikkan sesuatu di telinga Hafshah.

"Apa?!" Kedua bola mata Hafshah terbuka lebar.

Aini menganggukkan kepala.

Kedua tangan Hafshah terkepal kuat. Bagaimana mungkin rahasia itu bisa terbongkar sementara yang tahu hanya Meda. Apa itu artinya Meda yang membocorkan rahasianya itu? Kenapa? Apa salahnya?

Hafshah berdiri dan memukul meja dengan kuat. Matanya berair, akhirnya sekarang sudah banyak yang tahu. Pantas saja orang-orang sejak tadi berbisik sambil menatapnya.

"Aku mau cari Meda!"

Hafshah keluar dari kelas dengan emosi yang sudah mendidih. Aini yang tidak tahu apa-apa memilih untuk mengikuti Hafshah.

"Nggak nyangka ya. Pendiam itu belum ngejamin kalau kita orang baik. Sama kayak penampilan, ketutup belum tentu mahal. Kayak permen. Ketutup tapi harganya murah."

Langkah Hafshah terhenti di depan mereka.

"Kalian nyindir aku? Kalian nggak tau apa yang terjadi sebenarnya! Kamu, kamu bilang penampilan belum tentu ngejamin dia baik. Kamu pikir dengan mulut kamu kayak gini kamu lebih baik dari aku?!"

Telunjuk Hafshah terangkat tepat di depan gadis itu.

"Ihsss. Apaan sih."

"Sikap kamu seperti ini belum tentu kamu lebih baik dari aku. Seperti kita beli jeruk di pasar. Jeruk yang kita beli belum tentu semanis jeruk yang dibuka sebagai pencoba."

"Huu gak jelas banget, sih."

Setelah mendapatkan makian balik dari Hafshah, gadis itu malah pergi begitu saja.

Pandangan Hafshah beralih pada Aini yang berdiri di samoingnya. Kali ini, ia sudah tidak bisa lagi menahan air mata. Malu dan sangat kecewa pada Meda.

Tanpa sengaja mata Hafshah melihat Meda yang sedang berjalan keluar dari perpustakaan. Dengan cepat, Hafshah berjalan mendekatinya.

"Meda!" Hafshah menarik tangan Meda. Saat posisinya tepat, Hafshah langsung menampar keras pipi gadis itu hingga ia membuang muka kesamping.

Meda memegang pipinya yang terasa panas.

"Hafshah! Kamu apa-apaan sih?!"

"Aku nggak nyangka ya Meda. Kamu bisa setega ini sama aku. Apa maksud kamu bocorin rahasia aku sampai-sampai semua santri di sini pada tau!"

Kening Meda berkerut bingung. Ia sama sekali tidak tahu apa-apa.

"Apa maksud kamu?!"

"Kamu nggak usah pura-pura Meda! Aku nggak nggak ternyata kamu itu penghianat, kamu itu serigala berbulu domba. Aku salah udah percayain semuanya sama kamu. Kamu bukan orang yang amanah!"

"Kamu nggak berhak nuduh aku kayak gitu! Kalau kamu nggak ada bukti kamu nggak bisa nuduh aku!"

"Aku, nggak perlu bukti! Karena satu-satunya orang yang tau cuma kamu. Aku tau kamu pasti sakit hati sama aku gara-gara kemarin aku bawa-bawa Nadiya. Ternyata benar kata Nadiya. Selain sombong kamu itu munafik, sayangnya aku terlalu percaya sama kebaikan kamu. Kamu itu bermuka dua!"

"Cukup Hafshah! Kamu udah nuduh aku untuk kedua kalinya. Aku nggak peduli sama Nadiya. Dan soal urusan rahasia kamu aku benar-benar gak tau!"

Para Santri sudah berkumpul menyaksikan pertengkaran Meda dan Hafshah. Tidak lama setelah itu ustadzah Windy datang. Ia sedikit berlari-lari kecil agar cepat sampai dan menghentikan pertengkaran Meda dan Hafshah. Ia hampir tidak percaya karena selama ini ustadzah Windy selalu tahu bahwa Meda dan Hafshah itu berteman sangat baik. Mereka juga salah satu Geng Micin yang dekat dengannya.  Sulit dipercaya jika keempat anak itu terlibat konflik yang cukup besar.

Sebelumnya ustadzah Windy sempat mendengar dari salah satu santri mengenai Hafshah. Santri yang katanya sudah tidak gadis lagi. Akibat pacaran dulu, ia dengan gampangnya memberikan mahkota paling berharga miliknya.

"Meda, Hafshah, Hentikan! Apa yang kalian lakukan."

Ustadzah Windy melihat keduanya secara bergantian. Hafshah dengan wajah yang bersimbah air mata, kemudian Meda dengan wajah merah padam.

"Ikut saya!"

🌹🌹🌹

Di ruangan ustadzah Windy. Keduanya diinterogasi.

"Kenapa?"

"Dia fitnah aku, kalau aku udah sebarin rahasia dia!"

"Tapi sesepuh. Yang tahu rahasia aku itu cuma dia. Nggak ada yang lain. Saat aku cerita sama dia itu posisinya di kamar. Dan nggak ada siapa pun,"

"Yang pertama sebarin isu ini siapa?"

"Aku nggak tau. Semuanya udah kayak gini."

Ustadzah Windy mengembuskan napas. Ia tahu saat ini Hafshah pasti sangat merasakan malu luar biasa. Batinnya pasti akan terguncang.

"Hafshah. Kamu pulang dulu, ya. Nanti kita telfon orang tua kamu."

"Tapi.... aku takut mereka marah."

"Kamu nggak bisa menutupi rahasia sebesar ini dari mereka. Kamu harus jujur. Percayalah, semarah-marahnya orang tua kita, kita akan tetap jadi anaknya. Mereka nggak akan mungkin ngebuang kamu. Mungkin mereka marah dan kecewa, tapi setidaknya memberi tahu mereka itu jauh lebih baik. Kamu tidak akan dihantui rasa bersalah setiap saat."

Hafshah hanya bergeming, seakan tak punya pilihan lain. Biarlah, biarkan semuanya berjalan semestinya. Ia pasrah bagaimana nanti keputusan orang tuanya terhadap dirinya.

"Untuk yang membocorkan rahasia ini, kita akan cari nanti. Percaya sama saya. Kita pasti akan menenukannya."

Hafshah hanya tetap diam. Baginya, memang Meda yang melakukan hal itu, bukan orang lain.

🌹🌹🌹

Berita Hafshah yang sudah kehilangan mahkotanya itu berkembang pesat dari mulut ke mulut. Hingga sampai di telinga Gladys dan Syahlaa.

Kedua gadis itu terkejut.

"Masa sih, Dys. Aku masih nggak bisa percaya deh."

"Sama, La. Apa ini cuma fitnah aja?"

"Etapi kalau emang fitnah aja, kenapa Hafshah biaa nyerang Meda."

"Nggak tau deh. Tapi aku percaya, Meda nggak mungkin kayak gitu."

Syahlaa menganggukkan kepala. Mereka berdua sama-sama bingung menyikapi kedua temannya. Bagaimanapun Hafshah dan Meda itu sama-sama sahabat mereka. Tidak mungkin hanya membela salah satu diantara mereka.

"Ini pasti ada yang sengaja lakuin ini. Bisa aja Meda cuma dijadiin kambing hitam."

"Tapi sama siapa? Logikanya sih kalau emang cuma Meda yang tau, ya pasti Meda. Atau Meda pernah keceplosab kali ya? Terus ada yang dengar."

Gladys mengangkat bahunya tidak tahu. Tapi ia berjanji, kalau sampai ia mengatahui orang yang sudah membuat Hafshah dan Meda berselisih, Gladys dan Syahlaa tidak akan tinggal diam.

🌹?🌹🌹
Bersambung

Bisa nebak siapa yang nyebarin? 😂😂😂

Sampai ketemu di bab berikutnya.
Siapkah Hafshah ketemu orangtuanya? 😁😁😁

Peluk jauh Dimchellers_17

Pokoknya jangan lupa tinggalin jejak ya manteman 🤗🤗🤗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro