Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian Dua - Tamat / Part Two - End

=~=~

"Apa kau mau datang ke Tradisi Taka ?"tanya Takao sambil duduk disamping Midorima.

"Huh ?"

"Shin-chan, kau pasti mendengarku tadi😑."

"Tradisi Taka ?"ulang Midorima. Takao mengangguk.

"Aku pernah mendengar tentang tradisi itu, tapi aku tak pernah mau datang kesana."

Takao tersenyum."Kalau begitu, maukah kau datang ? Ajak juga yang lain,"

"Kalau aku tidak mau datang bagaimana ?"

"Shin-chan, kumohon, datanglah,"Takao memasang puppy eyesnya."Ne ? Datang, ya ?"

Wajah Midorima memerah samar saat Takao menatapnya seperti itu. Kalau sudah begini sih,

"Akan kuusahakan, nanodayo. Ini bukan berarti aku mau datang, tapi kau yang memaksaku nanodayo,"jawab Midorima sambil menaikkan kacamatanya.

"Yosh ! Sudah diputuskan ! Kalau begitu, tradisi Taka dimulai pada hari Minggu besok, pukul sembilan pagi. Kalau Shin-chan tidak datang, aku akan menyirammu dengan air lho~"

"Lakukan itu dan aku takkan pernah bertemu denganmu lagi nanodayo."

Takao nyengir lebar. Kemudian keheningan kembali melanda.

"Takao, ada yang ingin kuberitahu padamu, nanodayo,"kali ini Midorima yang memberi informasi pada Takao. Iris hijaunya menatap tajam iris silver milik Takao. Pipi Takao memerah.

"N-nani, Shin-chan ?"

"Aku..."Midorima mendekatkan wajahnya ke wajah Takao. Wajah Takao sampai semakin memerah dibuatnya."...ingin mengajakmu ke festival musim panas yang dibuat para youkai."

"E-eeeh ?"

'Shin-chan, kau patahkan kokoro ini 😥😥,'

"Memang apa yang kau pikirkan, nanodayo,"

"Aku tidak memikirkan apa-apa,"jawab Takao berbohong.

"Hm, jadi kau mau datang atau tidak, nanodayo. Festivalnya diadakan hari Senin, sehari setelah tradisimu diadakan, nanodayo."

"Akan kuusahakan !"jawab Takao semangat. Saking semangatnya, ia terlalu memajukan wajahnya sehingga jarak antara wajahnya dengan wajah Midorima sangat dekat.

"E-eeh ?"

Takao sontak menjauhkan wajahnya sambil nyengir lebar.

"Aku akan berusaha untuk datang ! Jadi Shin-chan juga harus datang ke tradisi keluargaku ya !"

Takao mencium pipi Midorima cepat, lalu berlari menjauh darinya. Meninggalkan Midorima dengan wajah sangat memerah sehabis dicium Takao.

"Aku akan menunggumu Shin-chan ! Dan juga balasan ciumanmu !"

=~=~=~

Tradisi Taka sudah berlangsung. Tradisi yang memberi makan kepada para elang di Gunung Takao ini merupakan penghormatan karena para elang tersebut sudah menjaga Gunung Takao dengan sangat baik. Keluarga Takao juga berhubungan baik dengan para elang tersebut.

"Kazunari ! Ayo cepat, tradisi ini akan dimulai !"

"Ha'I paman, aku sedang memasang obi-ku !"balas Takao dari dalam kamarnya.

Tradisi ini cukup melelahkan, karena jika tidak hati-hati dan tidak teliti, para elang tersebut bisa mengamuk atau bahkan mati. Jika makanan yang disediakan kurang, maka bisa terjadi perebutan makanan sehingga para elang tersebut akan mengamuk dan mengacaukan kehidupan Gunung Takao. Kalau makanan yang diberikan terlalu banyak, para elang tersebut akan kekenyangan dan tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, elang tersebut akan mati, dan juga akan mengacaukan kehidupan Gunung Takao.

Saat tradisi sudah selesai, hari sudah gelap.

"Tak kusangka kau benar-benar datang kesini Shin-chan,"

Takao menghampiri Midorima yang sedang duduk di balik rerumputan tinggi. Penyamaran yang bagus sekali Shin-chan, pikir Takao.

"Bagaimana kau bisa menemukanku, nanodayo ?"tanya Midorima terkejut.

Takao nyengir lebar."Entahlah. Aku merasa seperti ada ikatan antara kita, Shin-chan."

"Hmph."

Midorima buang muka. Takao tertawa kecil.

"Dimana yang lain ?"tanya Takao.

"Mereka baru saja pulang, nanodayo."

"Souka.."gumam Takao. Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari hakamanya.

"Ini."

Midorima menatapnya heran."Apa ini, nanodayo ?"

"Hehe. Buka saja."

Ternyata isinya adalah lilin berbentuk elang yang sedang mengepakkan sayapnya.

"Untuk Shin-chan. Bagus, bukan ?"

"Bagus, nanodayo. Siapa yang membuatnya ?"

"Hehe. Yang membuatnya adalah ibuku. Dia selalu membuatnya setiap tahun, setiap tradisi Taka akan dimulai."

"Sou...."

"Ne Shin-chan. Aku merasa....kita tak akan bisa seperti ini lagi."

"Itu wajar. Kan sudah kukatakan, kami begitu rapuh, dapat mati sewaktu-waktu. Air ada dimana-mana, saat hujan itulah bahaya terbesar kami. Disini ada kolam, di dedaunan banyak embun. Ancaman kami dimana-mana, Takao."

"Aku tidak mau berpisah dari Shin-chan. Aku...tidak mau. Aku tau aku ini egois, tapi ini yang kurasakan."

"Takao, terima kenyataan. Kami hanya youkai. Kau manusia. Seandainya pun kami bisa terkena air, kita takkan bisa bersama selamanya. Kita sudah berbeda."

Takao terdiam, meresapi rasa sesak di dadanya. Matanya mulai menghangat. Ia mencengkeram erat hakamanya, memalingkan wajahnya agar Midorima tak dapat melihat wajah hampir menangisnya ini.

"Sudah hampir larut. Aku harus pulang."

Midorima bangkit. Takao mengikutinya.

"Sampai jumpa di festival besok, Takao."

Midorima melambaikan tangan, lalu berbalik ke jalan menuju hutan Akashi. Ditemani oleh beberapa ekor kunang-kunang, ia menyusuri jalan gelap tersebut sendirian.

"Shin-chan...."

=~=~

Seperti yang sudah dijanjikan, Takao datang ke festival youkai tersebut. Ramai, seperti festival yang diadakan manusia seperti biasa.

"Takaocchi !"

Suara nyaring milik Kise memberitahukan dimana mereka berada. Takao segera menghampiri mereka.

"Wah, benar-benar ramai. Ini benar-benar festival youkai ? Seperti festival manusia saja, ya !"

"Benar sekali. Bahkan terkadang manusia ada didalamnya."

"Seperti aku, kan ?"

Mereka kemudian berpecah, menuju stan yang diinginkan. Takao bersama Midorima berjalan berdampingan. Ingin rasanya Takao bermain pistol air, menembak sasaran. Tapi ia takut kalau malah salah sasaran ke Midorima.

Setelah puas, Midorima mengajak Takao berjalan di tepi sungai. Keadaan sungai cukup sepi, beberapa ekor kunang-kunang menyinari sekitar.

"Haah...ternyata menyenangkan juga ke festival youkai..."kata Takao sambil tersenyum lebar.

"Hmm..."

"Shin-chan, apa kau tak menyukainya ?"tanya Takao sambil meletakkan tangan di belakang kepala.

"Aku menyukainya, nanodayo. Ini bukan pertama kali aku ke festival youkai nanodayo."

"Hee ? Kalau begitu kenapa Shin-chan baru memberitahuku sekarang ?"

"Untuk balas budi karena sudah mengajakku ke Tradisi Taka...nanodayo."

Midorima memalingkan wajahnya yang memerah. Sementara Takao menatapnya usil.

"Oh..."

"Takao,"panggil Midorima. Takao pun berbalik dan menatap Midorima.

"Nani, Shin-chan ?"

Midorima segera melepaskan kacamatanya dan memasangkannya di mata Takao.

"Shin-chan, mataku jadi buram--"

-CHU~

Takao membulatkan matanya saat Midorima mencium bibirnya lembut. Setelah beberapa saat, Midorima melepaskan ciumannya dan menatap iris silver Takao.

"Shin-chan..."pipi Takao merona hebat.

"Untuk balasan ciumanmu pada waktu itu, nanodayo. Ayo,"

Midorima mengambil kacamatanya, menggenggam tangan Takao erat lalu kembali berjalan.

Takao amat menyukai ini. Ia menyukai kehangatan tangan Midorima saat menggenggam erat tangannya. Rasanya ia ingin seperti ini selamanya. Ia ingin waktu berhenti.

"Takao,"

"?"

"Aku...tidak sanggup menunggu musim panas untuk datang lagi.

Saat aku jauh darimu, meski aku tak bisa berada di keramaian, aku sangat ingin...menemuimu."

"Shin-chan...aku juga...."

Takao memberanikan diri untuk memeluk Midorima erat. Midorima balas memeluk Takao.

"Ada yang ingin kukatakan padamu,"

Midorima menundukkan kepalanya, menatap Takao yang kini menundukkan wajahnya, menyembunyikan wajahnya yang memerah lagi.

"A-aku men--"

"--AWAAAS !"

-BYUUUR !

Plastik bening berisi ikan koi itu pecah saat mengenai kepala Midorima. Airnya membasahi kepala Midorima sampai ke punggung.

Sementara yang melemparnya malah berlari ketakutan.

Bruk !

Midorima jatuh terduduk. Dari punggungnya keluar serpihan debu. Takao segera berlari dan memeluk Midorima.

"Shin-chan..."

"Gomen, Takao,"Midorima kembali memeluk Takao. "Sepertinya hidupku hanya sampai disini."

Takao menggeleng, ia melepaskan pelukan itu lalu cepat-cepat ia hapus air matanya sebelum mengenai Midorima, namun segera ditahan oleh Midorima.

"Menangislah,"Midorima merentangkan tangannya, serpihan debu itu nyaris sampai bahunya."Ayo cepat, sebelum kau kehilanganku."

Takao memeluk Midorima semakin erat, menangis di pelukan Midorima.

"Arigatou, Takao."

Midorima mengangkat dagu Takao lalu mengecup bibir Takao lembut. Akhirnya pemuda itu menjadi serpihan debu seutuhnya, meninggalkan hakama hijau tua yang dipakainya tadi. Takao masih menangis terisak, ia memeluk hakama itu erat yang merupakan peninggalan terakhir Midorima.

"Terima kasih. Aku mencintaimu, Takao."

"Ya. Aku...juga mencintaimu, Shin-chan."

=~=~

"Midorima..."

"Maafkan aku," Takao menunduk dalam, mengepalkan tangannya erat."Seharusnya aku mencegah plastik itu terlempar ke arahnya...ini semua salahku, maafkan aku..."

"Takaocchi, ini bukan salahmu-ssu,"Kise berjalan kearahnya, memeluknya erat.

"Yah, ini bukan salahmu,"Aomine ikut berjalan ke arahnya."Wajar saja, karena di festival musim panas itu bisa terjadi."

"Tapi aku tidak bisa merelakannya..."bisik Takao lirih, dadanya terasa semakin sesak.

"Kami juga ingin bersama Midorima-kun selamanya, tapi..."

"Siapa sangka ternyata ada yang menumpahkan air ke Mido-chin,"

"Dia akhirnya terkena air, dan itu bukan salahmu, Takao."

"Takao-kun/Takaocchi/Takao/Taka-chin, arigatou."

Air mata Takao menetes lagi.

"Kami yakin kalau Midorima-kun pasti akan senang diatas sana,"kata Himuro lembut.

"Minna, hiks, arigatou,"Takao menyeka air matanya."Ini, hakama milik Shin-chan. Itu...peninggalan terakhirnya, bukan ?"

"Hakama Midorima, eh ?"Kagami menerima hakama hijau tersebut."Kalau kau mau, ambillah. Ini kenangan terakhirmu bersamanya."

"Tapi..."

"Tidak apa apa, Takao-kun, ambillah,"Kuroko menyahut. "Kami sudah tau kalau Midorima-kun menyukai Takao-kun. Jadi sebagai kenangan terakhir, ambil saja hakama itu. Kami masih punya beberapa kenangan dengan Midorima-kun."

"Uh, arigatou,"Takao memeluk hakama itu erat.

"Tahun depan kau kesini lagi, kan, Takaocchi ? Meskipun Midorimacchi sudah tidak ada, masih ada kami, lho."

"Itu benar. Jangan lupakan kami, Takao-teme,"

"Ha'i, arigatou ne, Minna, aku akan kesini lagi, dan aku takkan melupakan kalian,"

Meski begitu, di tengah hijaunya hutan Akashi ini, hanya ada satu orang yang berhasil membuatku selalu memikirkannya. Mungkin mulai sekarang, aku tidak dapat menanti musim panas untuk datang lagi. Dadaku terasa sesak. Air mataku terasa ingin menetes terus-menerus. Orang yang kucintai sudah tiada. Kehangatan tangannya saat menggenggam tanganku, kehangatan tubuhnya saat memelukku, serta kelembutan bibirnya saat mencium bibirku, semua itu tak bisa kulupakan. Kenangan selama musim panas ini akan selalu hidup di hatiku. Meskipun begitu, masih ada beberapa orang yang akan selalu menghiburku, dan perlahan, aku akan mulai melupakannya. Selama itu, aku akan terus melangkah.

THE END.

Yehheeey selesai yeeeeey yeeey yeeeey /plak

Tsuki1 : Aduh ini keknya scene midotakanya kurang apa gitu, ga kek di anime aslinya si gin sama hotaru nyaris disetiap detik elah-_-

Tsuki2 : Apaan sih ? Kalo gini jadinya ya maaf

Dan perang melawan diri sendiri pun dimulai :v

Maaf kalo hasilnya mengecewakan readertachi...huhuhuuuuu😭😭😭

P.S : ada nggak diantara readertachi yang fujoshi atau fudanshi akut ? Kalau gitu boleh dong saya request dare untuk midotaka, uhuhuhu*evilgrin* saya ga kuat bikin huhuhu...

Saya butuh midotakaaaaa

Salam,

TsukiKuromeChan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro