Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tak Kenal maka Tak Sayang [1/1]

Aku memperhatikan sekitar, seluruh tribun dalam gedung ini telah dipenuhi oleh sorak sorai orang-orang yang mendukung masing-masing pemain yang berasal dari sekolahnya.

Tolonglah, atmosfer disini menjadi sangat tipis dan panas.

"Mending lo ikut teriak-teriak deh" bisik salah satu temanku, Acha.

"Masalahnya orang-orang yang main ini gak ada yang gue kenal, gimana mau neriakin" bisikku balik. Acha tertawa kecil, kemudian kembali berbisik.

"Itu liat yang nomer 8" mataku mencari-cari pemain dengan nomer punggung 8. Sepertinya dia anak kelas sebelah. Kini, pemain dengan nomer punggung 8 itu sedang merebut bola oranye dari lawan dan mencoba melakukan three point.

"Kenapa dia?" tanyaku sambil bertepuk tangan karena three point yang dilakukan pemain nomer punggung 8 tadi tepat sasaran.

"Temen gue" kata Acha kemudian tertawa dan menatap jahil.

"Bisa gak kalau situasi kayak gini jangan bercanda, Cha?" tanyaku dengan nada kesal kemudian kembali fokus kepada tontonan yang ada di depanku saat ini-basket.

"Ihhh, iya-iya bercanda ah. Btw, ganteng gak sih dia?" tanya Acha, aku hanya menoleh dan memutar bola mata malas.

"Biasa aja. Eh, tapi lumayan lah" kataku kemudian, Acha masih tersenyum-senyum dan aku rasa orang bernomer punggung 8 itu akan menjadi gebetan Acha yang kesekian.

Kuarter pertama usai, score sementara dimenangkan oleh sekolah lawan, SMA Cempaka. Supporter dari sekolahku terus berteriak-teriak saat pemain sedang diberi arahan oleh coach nya. Aku hanya bisa bertepuk tangan dan sekali-kali mengikuti apa yang dinyanyikan oleh yang lain.

Kuarter kedua dimulai, kali ini pemain bernomer punggung 8 itu tidak bermain. Ah, kenapa aku jadi memikirkan si nomer 8 sih.

Waktu terus berlanjut hingga saat akan memasuki kuarter keempat, score seri : 21-21.

Kuarter keempat, penentuan. Membuatku menjadi ikut degdegan tak karuan. Dikuarter keempat, pemain bernomer punggung 8 itu main lagi. Acha terus saja meneriakkan namanya. Nama pemain nomer 8 itu adalah Rio, aku juga baru ingat. Mungkin aku hanya tau namanya karena dia tetangga kelasku.

"RIO MASUKIN BOLANYA GEBLEK CEPETAN!" suara Acha menggelegar disamping telingaku.

"YO MASUK YO MASUK!" teriak beberapa orang disekitarku.

Kenapa rasanya Rio-Rio ini sangat terkenal ya?

Kuarter keempat akan usai 1 menit lagi. Oh Tuhan tolonglah sekolahku agar unggul 1 poin saja.

Aku terus memperhatikan arah gerakan bola, hingga beberapa supporter mulai berteriak-teriak menyemangati masing-masing pemain dari sekolahnya.

Bola orange itu kini sudah berada di tangan Rio. Dan dengan sigap Ia memasuki daerah lawan namun dihadang, Ia kemudian mengoper ke luar garis setengah lingkaran di daerah lawan, kemudian Rio mulai mencari cela saat lawan fokus pada pemain yang tadi dilemparinya. Dan dalam waktu singkat dan cepat, Rio mengambil bola yang sudah dioper kepadanya dan memasukkannya ke dalam ring.

Waktu terasa berhenti saat bola Rio berputar mengelilingi ring basket itu.

Masuk. Yes.

Suppoter dari sekolahku, SMA Nusantara, kembali riuh dan semakin riuh, pasalnya waktu sudah menunjukkan beberapa detik lagi kuarter keempat selesai dan permainan berakhir.

"Lima.. empat.. tiga.. dua.. satu," suara peluit kemudian terdengar, para pemain SMA Nusantara berkumpul dan berpelukan. Suporter SMA Nusantara berteriak semakin riuh dan aku tiba-tiba saja terbawa suasana menjadi ikut berteriak-teriak.

"Maygat, Sasha gue bangga banget sama Rio astaga!!!" teriak Acha sambil memgguncangkan tubuhku.

"Iya Cha iya" sahutku kepada Acha yang sangat teramat heboh ini.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan hadiah dan mengalungkan medali kemudian sesi foto bersama antara pemain basket dan pelatih mereka. Astaga aku ikut senang.

"Sha, ntar ke temen gue dulu ya" ujar Acha samar-samar, karena suasana disini sangat ribut. Aku menoleh mengangkat alis.

"Apa? Temen lo kenapa?" tanyaku ulang.

"Ihh, iya-iya ntar aja deh" jawab Acha membuatku bingung.

Dan, akhirnya aku bisa keluar dari gedung yang dipenuhi kepengapan itu. Acha dengan tiba-tiba menarik tanganku saat aku baru saja keluar, padahal kita keluar bersama.

"Kemana sih Cha? Baru juga keluar, pelan-pelan kali" kataku yang memang kaget saat Acha tiba-tiba menarik tanganku.

"Ketemu yang nomer 8 dulu ya, Sha" ujarnya sambil tersenyum, aku hanya mendengus pelan. Dan saat sampai dipintu belakang tempat para pemain SMA Nusantara berkumpul, Acha menoleh sebentar kemudian mengajakku masuk kedalamnya. Didalam sangat ramai dengan orang-orang yang ingin berfoto dengan pemain basket sekolahku, memang yang meramaikan sih teman-teman sekolahku.

"Eh gue gak ada kenal sama orang-orangnya" bisikku pelan saat sudah masuk dan melihat beberapa pemain basket itu memperhatikanku. Namun, Acha tak menghiraukan ucapanku.

"Rio mana Lang?" tanya Acha kepada salah satu pemain basket yang sedang membenarkan ikatan sepatunya.

"Dimana ya? Oh itu dia!" seru laki-laki yang dipanggil 'Lang' oleh Acha tadi sambil menunjuk kebelakangku. Aku menoleh ke belakangku dan benar saja, pemain bernama Rio yang daritadi diteriaki oleh Acha sudah berada dibelakangku sambil memberikan senyuman kikuk.

"Loh? Kok bisa ada lo, Cha?" tanya Rio sambil tertawa pelan.

"Ya bisa lah! Nih gue bawain cewek yang mau lo ajak kenalan" ujar Acha keras, membuatku bingung berada diantara mereka.

Maksudnya Acha itu aku?

"Maksud lo apaan Cha?" tanyaku pelan sedikit berbisik.

"Oyaa, lo Sasha ya?" tiba-tiba suara berat dari belakangku menginterupsi indera pendengaranku. Aku menoleh dan mengangguk.

"Kenapa?" tanyaku kemudian dan Acha sudah terlihat menahan tawa.

"Gue mau kenalan sama lo" kata Rio sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Apaan?" tanyaku lagi, sambil melihat Acha yang masih menahan tawanya.

"Temen lo kenapa sih Cha?" tanya Rio akhirnya kepada Acha sambil menatapku bingung.

"Rio udah dari lama suka sama lo tuh Sha!" sahut Acha yang membuatku kaget. Aku memperhatikan mata Rio yang hanya diam setelah Acha mengatakan itu, sepertinya Acha benar.

Beberapa waktu lalu memang Rio itu menambahkanku sebagai teman karena Ia ingin menchat Acha yang ponselnya katanya rusak. Aku memang sangat dekat dengan Acha. Sehingga mungkin memang Acha yang memberikan id line ku kepada Rio.

Rio juga sebenarnya anak kelas sebelah, jadi aku memang sering melihatnya berseliweran didepan kelasku dan Rio sering main ke kelas ku untuk bermain game dengan cowok-cowok dikelasku.

"Iya?" tanyaku memastikan, aku menatap Rio yang masih dihujani keringat sehabis bertanding tadi.

"Iya. Tapi kita belum kenal. Makanya gue gak berani sayang sama lo, berani nya cuma suka" sahut Rio sambil tersenyum menampakkan lesung pipitnya disebelah kanan, tampak manis.

"Hubungannya emang apa?" tanyaku kemudian.

Rio tersenyum lagi, kemudian berbisik,"kan kalau tak kenal maka tak sayang."

Tubuhku jadi merinding mendengar bisikannya barusan. Aku hanya terdiam sambil tersenyum pelan.

"Terus gimana?" tanyaku.

"Ya kita kenalan sekarang, biar gue bisa sayang sama lo sekarang" jawab Rio cepat yang membuatku ingin tertawa. Wajah Rio menggemaskan ketika tersenyum.

"Apaan sih lo!" kataku tersenyum kikuk sambil membalas uluran tangan Rio.

"Gue Rio kelas 11 IPA 2"

"Gue Sasha kelas 11 IPA 1"

"Jadi gue udah boleh sayang sama lo?" tanya Rio yang membuat pipiku panas. Dan udara terasa sepanas saat didalam gedung tadi.

"Kenapa pipi lo Sha?" goda Acha sambil tertawa dan mencolek-colek pipiku gemas. Aku tidak bisa menahan tawa saat Rio juga ikut tertawa.

"Gue gak minta lo jadi pacar gue sekarang kok Sha, gue juga belum pdkt sama lo. Tapi gue bakal kasi medali ini buat lo sebagai tanda kalau kita udah kenalan" ujar Rio tiba-tiba sambil mengalungkan ku medali yang tadi didapatkannya. Kemudian Ia tersenyum, lagi. Membuat pipiku merasa panas.

Dan saat itu aku tahu, memang benar tak kenal maka tak sayang. Bagaimana mungkin kita sayang ketika belum mengenal orangnya. Kalaupun kita hanya mengetahui namanya saja, mungkin kita hanya tertarik atau kagum, bukan sayang.

***

Halo! Balik lagi dengan one shoot yang tiba-tiba terlintas pas habis nonton DBL, sebenarnya gabisa move on dari final party, HEHE. Semoga ngena yaa! :))

Dedicated to : AyuCandr_

*ada Rio di mulmed guis, hehe*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro