Warm
"Halo kak mugi!"
Netra coklat keemasan yang tadinya sibuk menelusuri buku tebal diatas meja itu teralihkan pada gadis yang sedang berjalan dengan tongkatnya sedikit bersusah payah menuju padanya. Ia lantas beranjak membantu sang gadis untuk duduk di sebuah kursi kemudian Ia pun duduk di kursi tepat disebrang nya.
"Yuki? Kenapa jauh-jauh kesini? "
"Aku cuma penasaran aja, tadi pagi kakak ke kelas aku? "
"Oh! Haha, maaf aku cuma sedikit khawatir. Yuki kan kehujanan juga semalem, aku takut malah jadi demam. "
"Aku anak kuat kok!! Tenang aja!! "
"Oke deh~ tapi harusnya Yuki ga perlu jauh-jauh kesini, lagipula kan kaki Yuki juga lagi sakit gitu. Tadi pas naik tangga ga ada apa-apa kan? " Ucap pemuda itu terlihat khawatir, dipikiran nya penuh dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi pada sang gadis yang sedang cedera itu berjalan dari kelas nya sampai ke perpustakaan tempat nya berada.
"Ayolah kak~ Aku itu cuma cedera pergelangan kaki! Bukan nya bener-bener ga bisa jalan."
"Hush! Ga boleh ngomong jelek gitu loh~"
"Maaf." Wajah gadis itu merengut kesal namun berhasil membuat sang pemuda terkekeh kecil. Tangan sang pemuda perlahan mengelus lembut surai hitam kemerahan dengan harap kesal gadis itu mereda.
"Haaah...., aku bener-bener ga bisa ikutan petandingan yang pengen banget aku ikutin gara-gara kebodohan sendiri." Gadis itu berusaha memalingkan wajahnya dan cepat-cepat melemparkan sebuah topik pembicaraan, barangkali untuk menyembunyikan semburat tipis berwarna merah muda yang muncul tanpa permisi di kedua pipi nya."Sia-sia deh latihan ku selama ini. "
"Yuki, pas latihan emang nya Yuki ga ngerasa seneng? "
"Seneng dong! Aku suka banget main basket. "
"Kalo gitu ga sia-sia dong?"
"Iya juga ya. Tapi kak, gimana kalo aku ga bisa main basket lagi..., " Netra merah itu terlihat sendu dengan sang pemuda yang masih setia mendengar. "Padahal ya kak, Hisa bahkan yuu juga udah peringatin aku. Tapi aku malah marah ke yuu. "
"Aku..., kayaknya cuma bisa nyusahin orang sekitar. " Ucap sang gadis terdengar muram. "Kalo dipikir-pikir aku emang beneran ga guna ya kak. "
"Yuki." Gadis itu menatap lurus netra coklat keemasan sang pemuda yang balik menatapnya lembut. "Semua pilihan itu pasti ada baik dan buruknya, ga ada satupun pilihan yang bener-bener tepat. Yang harus kita lakukan adalah bersyukur dengan bagian baik nya dan bertanggung jawab untuk bagian buruk nya."
Netra coklat keemasan itu memandang teduh sang gadis dengan senyum lembutnya. "Mungkin Yuki sekarang masih sedih karena merasa pilihan Yuki kemarin adalah yang terburuk. Tapi nanti didepan sana ada saatnya Yuki merasa ada hal positif yang bisa Yuki sadari saat rasa sedihnya udah lewat."
Muram yang tergambar di wajah sang gadis itu perlahan hilang tergantikan oleh senyum manisnya. "Iya kak, kalo kak Mugi bilang gitu aku bakal coba percaya! Makasih ya kak."
Pemuda bersurai biru itu mengangguk lembut, dan obrolan ringan antar keduanya terus mengalir seakan suasana hangat yang tak pernah usai bahkan dibalik sunyi nya ruang besar yang dipenuhi buku itu.
Disisi lain, sebuah kerumunan orang berkumpul tepan didepan sebuah kelas. Bising kerumunan seakan tak tergubris oleh dua pemuda yang kini tengah berhadapan dengan sepasang netra yang menatap tajam pada masing-masing nya. Dengan seorang gadis juga menatap tajam pemuda yang memiliki netra merah dengan surai hitam kemerah itu.
"Lo ngapain ikut-ikutan?"
"Harusnya gue yang ngomong itu. Lo ngapain bikin rusuh dikelas orang ? Dan ngelawan cewe ? Banci Lo ?" Ucap pemuda bernetra keunguan itu memancing emosi pemuda lainnya.
"Jaga omongan Lo!"
"Udah! Yuu Lo diem jangan Manas-manasin orang! Lo juga Yukio, mending Lo balik ke kelas Lo. Gue udah bilang Yuki lagi ga ada dikelas!" Gadis itu berusaha melerai kedua pemuda yang mungkin beberapa saat lagi akan beradu pukul jika tidak segera ia pisahkan.
"Gue cuma mau cari kembaran gue! Tinggal bilang dia ada dimana, Lo yang malah milih bikin ribut!"
"Ya Lo biasanya juga ga peduli sama yang disebut kembaran Lo itu, ngapain juga tiba-tiba ribut nyariin dia hah ?"
"Ini masalah gue! Lo ga perlu tau!"
"Yuu! Stop." Ucap sang gadis mendorong kasar keduanya untuk saling menjauh. "Yukio, gue udah bilang kan Yuki tiba-tiba pergi sendirian dan gue juga ga tau dia mau kemana. Udah kan pertanyaan Lo udah jelas jawabannya, sekarang pergi sebelum gue suruh orang buat lapor ke guru!"
Netra merah itu menatap tajam sang gadis untuk beberapa saat kemudian ia melangkah menjauh dengan tak acuh.
"Heh, masalah Lo ? Paling juga masalah ibu yang bisanya ngerendahin orang doang kan—" tanpa bisa dicegah sebuah pukulan melayang tepat di wajah Yuu yang masih tersenyum mengejek itu, tanpa ragu ia pun membalas pukulan tersebut membuat kedua pemuda itu terlibat dalam perkelahian.
"Anj! Yuu Yukio stop ga Lo berdua!!! Lo yang diluar panggil guru cepetan!! Heh cowok-cowok jangan bengong Lo pada! Bantuin gue misahin ni berdua!!!" Gadis itu sedikit menjauh dari keduanya, ia ingin sekali melerai keduanya namun apa yang bisa ia lakukan adalah mencari bantuan.
Kerumunan yang terlihat itu kini sedang berusaha mengintip dan mendengarkan pembicaraan yang ada didalam sebuah ruang kecil dengan plat "Bimbingan Konseling." tergantung kokoh di pintunya yang tertutup rapat itu.
Terlihat didalam terdapat 2 orang murid yang sedang menghadap seorang guru yang sudah jelas terlihat dari raut wajah galaknya menandakan kedua murid itu sedang dimarahi atas pertengkaran mereka beberapa menit yang lalu.
Saat kerumunan itu kian ramai seorang pemuda bersama gadis yang berjalan dengan sedikit sulit bersama tongkat nya mendekat. Sang gadis berusaha sedikit berjinjit untuk melihat kedalam ruangan dibelakang kerumunan itu dengan wajah khawatir, melihat temannya datang seorang gadis violet keluar dari kerumunan itu dan menghampiri gadis dan pemuda yang baru saja sampai itu.
"Yuki."
"Hisa, gimana ceritanya yuu sama yukio bisa berantem gitu? Ga ada yang luka kan? Hisa juga tadi ga kena pas mereka berantem kan?" Ucap sang gadis bersurai hitam kemerahan itu dengan sedikit terburu-buru, jelas dia terlihat khawatir.
"Tenang yuki, ga ada yang bener-bener cedera kok! Paling bengkak dikit tadi yuu sempet kena tonjok, gue juga tadi minta tolong cowok-cowok buat lerai mereka jadi gue ga kenapa-napa. lo tenang dulu ya." Jawab hisa berusaha menenangkan temannya itu.
"Kok bisa yukio nyamperin ke kelas? Gimana ceritanya? "
"Itu..., tiba-tiba yukio nyariin lo terus gue jawab ga tau terus dianya malah nyolot terus dibales yuu terus ya akhirnya gitu deh. "
"Yukio? Nyariin gue? "
"Iya gue juga heran. " Mendengar penjelasan dari temannya itu Yuki hanya termenung entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu. "Oh iya yang disebelah lo siapa? "
"Eh? " Oh! Netra merah gadis itu sontak melihat kearah pemuda yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka kini sedang tersenyum canggung. Gadis itu benar-benar lupa kalau Kakak kelas nya itu membantu nya berjalan sampai ke depan ruang BK. "Maaf! Gue lupa, ini kak mugi yang tadi pagi gue ceritain! "
"Ahaha, maaf ga memperkenalkan diri tadi suasananya ga pas buat ngenalin diri. Aku Tsumugi Aoba. "
"Oh, santai aja kak. Gue Hisa temen nya yuki, dia udah cerita-cerita kok tadi pagi. Makasih ya semalem nemenin dia maaf kalo yuki ngerepotin kakak. "
"Sama-sama, ga ngerepotin kok. Aku ga sengaja ketemu aja haha"
Tepat saat yuki ingin protes atas omongan temannya pintu ruang yang ada didepan mereka tiba-tiba terbuka membuat kerumunan yang sejak tadi mengintip kepo langsung saja bubar membuka jalan untuk kedua pemuda dengan raut wajah terkesan mengintimidasi semua orang berjalan keluar ruangan. Kedua berjalan menuju ketiga muda-mudi yang menatap mereka berdua dengan tatapan yang berbeda.
Pemuda bersurai hitam kemerahan dengan netra merah nya itu berhenti sejenak dan menatap tajam seorang gadis yang terlihat mirip dengannya. Netra merah itu menatap sang gadis kemudian menatap kaki gadis itu yang masih terbalut gips dan tongkat yang menompang sang gadis.
"Yukio..., "
Beberapa saat setelah nya sang pemuda memilih pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
"Dih, apaan sih tadi ngamuk-ngamuk nyariin kembarannya terus pas ketemu cuman gitu doang?? Gila kali ya dia? " Kesal Hisa masih menatap tak suka punggung pemuda yang mirip sekali dengan temannya itu.
"Ahaha.., mungkin dia gabut. " Jawab yuki seadanya. "Yuu lo gapapa? "
"Lo buta apa? Masih aja nanya gue gapapa. " Suasana hati pemuda bernama yuu itu sebenarnya sudah jelek malah bertambah jelek lagi melihat pemuda yang sedari kemarin entah kenapa malah membuat nya emosi ikut hadir bersama dua temannya itu.
"Loh? Gue nanya baik-baik ya yuu! " Ucap yuki tak terima.
"Taulah! Bodo amat gue. " Ucap yuu sembari beranjak pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga. Hisa yang sebenarnya tau akar masalahnya hanya menghela nafas, temannya itu memang kalau lagi cemburu ga jelas banget.
"Apaan sih? Gue kan nanya gara-gara khawatir?? "
"Udah ga usah lo pikirin ya yuki, bentar lagi bel masuk mending kita masuk kelas aja. "
"Oh iya, kalau gitu aku juga izin ke kelas juga ya. Hati-hati jalan nya ya yuki. "
"Iya kak mugi, makasih udah nganterin kesini. " Tsumugi tersenyum lembut mengangguk dan beranjak pergi.
"Oke Yuki. Lo perlu jelasin beberapa hal ke gue. " Ucap Hisa tersenyum 'manis' pada temannya itu membuat yuki merinding se badan-badan. Oke, seperti dia akan terperangkap dalam introgasi temannya itu.
1477 Word
❒Yuki Supriadi❒
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro