Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Fall ? For you.

"Itu Eskrim nya bisa tiba-tiba mencair gara-gara takut sama lo. "

"Ga lucu. " Tanpa ingin repot menatap pemuda didepannya, gadis itu hanya menatap malas eskrim yang ada di depan.

Pemuda bersurai ungu kehitaman itu hanya menghela nafas nya. Mood gadis didepan nya belum juga membaik, sekiranya ia bisa tahu apa alasan dan itu membuat nya sedikit sakit. Sedikit?

"Kenapa si lo? Pms ? " Pura-pura saja ia bertanya, mungkin bisa sedikit mencairkan suasana.

"Bukan urusan lo. " Atau mungkin tidak.

Pemuda itu kembali memakan makanannya, membiarkan sang gadis menyelesaikan emosinya. Emosi? Untuk apa?

'Kenapa gue kesel gini. Lagian gue siapanya kak mugi? '  ya memang sang gadis bersurai hitam kemerahan itu bahkan tidak mengerti kenapa dia merasa emosi seperti ini. Kemudian ia menghela nafas nya meredam kembali emosinya, lagipula tidak ada gunanya dia marah hanya karena melihat kakak kelas yang bahkan baru dikenalnya kemarin jalan bersama orang lain. Ya kan?

Siapa tau itu pacarnya— oh, memikirkan nya malah membuat dirinya sedih. Melihat perubahan dari sang gadis, Yuu mengangkat tangannya dan dengan lembut mengelus surai hitam kemerahan itu.

Melihat perlakuan Yuu, netra merah sang gadis menatap pemuda ungu itu heran.

"Ngapain lo? "

"Ngelap tangan, ga ada tisu sih disini. " Mendengar itu sontak gadis itu menepis tangan sang pemuda dan menendang 'pelan' kaki pemuda tersebut.

"Anjir lo!! yang bener aja hobi banget nendang kaki! "

"Lagian lo hobi banget bikin gue emosi! "

"Haha~ lagian lo lucu kalo lagi marah. " Ucap pemuda itu setengah tertawa setengah meringis kesakitan. "Kayak badut. "

"Udah lah gue mau pulang! " Gadis itu beranjak pergi dari tempat duduk mereka dan berjalan keluar cafe.

"Waduh ngambek, tunggu woy! "

Disisi lain, didalam ruang perpustakaan yang diisi dua muda mudi yang sedang tenggelam dalam kesibukannya masing-masing dengan tumpukan buku didepan mereka.

Sunyi, tidak terlalu banyak percakapan yang terjadi. Hanya bunyi kertas yang tergores oleh alat tulis mereka lah yang terdengar.

"Aoba. Untuk soal yang ini sudah bisa kamu temukan jawabannya? "

"Oh, untuk yang ini bisa pakain rumus yang kemarin. Mungkin ada beberapa variable yang harus dicari terlebih dahulu. "

"Benar juga. Terimakasih penjelasan nya. "

"Sama-sama Reina. Kalau ada kendala tidak perlu sungkan pada ku. " Ucap pemuda bersurai biru itu tersenyum manis. Mendengar nya seorang gadis bersurai hitam navy itu mengangguk paham.

Namun, tanpa diketahui siapapun ada semburat merah muda yang amat sulit kentara. Mungkin?

Dan suasana sunyi itu berlanjut dalam waktu lama tanpa ada interaksi yang berarti sampai dentang waktu menunjukkan sore hari yang menandakan keduanya harus kembali pulang ke rumahnya masing-masing.

"Kak Rei! " Seorang gadis bersurai coklat itu terlihat berlari kecil menghampiri gadis dan pemuda yang baru saja keluar dari perpustakaan tempat mereka sebelumnya belajar. "Sore juga, kak Tsumugi. "

"Sore Akiko. " Jawab Tsumugi ramah.

"Tadi belajar gimana kak? Lancar? " Melihat netra hijau yang berbinar antusias, Reina hanya tersenyum lembut kemudian mengelus pelan puncak kepala sang gadis ceria itu.

"Lumayan kok, ternyata soalnya ga seburuk yang aku pikirin. "

"Keren banget kakak bisa kepilih lagi jadi perwakilan sekolah! Kak Tsumugi juga! "

"Haha, aku hanya sedikit beruntung. " Ucap Tsumugi tersenyum canggung.

"Beruntung apanya! Dua kali berturut-turut loh kalian kepilih jadi patner Olimpiade sains! Kenapa ga jadi patner hidup aja sekalian—" Ucap gadis ceria itu terpotong karena cepat-cepat mulut nya di tutup oleh kedua tangan Reina.

"Ahaha, kami pulang dulu ya ya Aoba. Sampai jumpa besok. " Ucap Reina yang menarik lembut Akiko yang masih terlihat protes itu pergi berlalu meninggalkan Tsumugi yang masih tertawa kecil melihat keduanya.

Setelah kedua gadis itu menghilang dari pandangan nya, pemuda itu juga memutuskan untuk pulang juga. Lagipula ia tidak ada keperluan lagi disana.

Pagi setelahnya, ingin sekali Yuki lewati dengan damai. Namun, dengan adanya pemuda bersurai ungu kehitaman itu hancur sudah pagi damai sang gadis.

"Woi! Putri tidur~ ayoo berangkat sekolah! "

"Lo bisa-bisa kena amuk tetangga teriak-teriak setiap pagi. " Kesal Yuki.

"Ga ganggu tuh! Ya kan Nek! " Netra merah itu menatap heran seorang nenek tetangganya yang membalas lambaian tangan temannya itu dengan senyuman ramah.

"Terserah lo deh. " Ucap gadis itu memilih pasrah.

Tak beberapa lama kemudian mereka berdua pun berangkat ke sekolah dan menjalani hari seperti biasa. Tidak ada kejadian yang berarti. Mungkin?

Kini gadis itu sedang duduk di tribun lapangan sekolahnya, netra merah itu hanya menatap kosong murid-murid yang kini sedang berlatih basket. Ya, sekarang adalah jadwal latihan basket karena Yuu tukang ojek— maksudnya teman yang bisa mengantarkan nya pulang itu seorang kapten basket terpaksa..., atau mungkin tidak, ia menunggu nya selesai latihan.

Lebih seperti ia hanya tidak mood untuk langsung pulang, lagipula walau gadis itu tidak bisa latihan karena kakinya masih cedera ia tetap seorang anggota dari tim basket sekolah nya, bukankah tidak aneh jika dia ada disitu?

Saat sedang asik termenung tanpa ia sadari seorang pemuda menghampiri nya.

"Yuki? " Mendengar namanya dipanggil sontak netra merah itu mengalihkan pandang nya ke arah sumber suara yang bisa ia kenali sekali dengar. Itu adalah pemuda yang seharian ini tidak ia temui, atau mungkin dengan sengaja tidak ia temui.

'Aduh, cape-cape ngindar seharian tapi malah muncul di depan mata banget sih! ' 

Oh! Gadis itu benar-benar sengaja untuk menghindari pemuda yang notabene nya adalah kakak kelas nya. Gelagapan takut niatnya terbongkar ia pun memutuskan untuk tersenyum ramah menyapa seperti tidak ada yang terjadi.

"Ha... Halo kak Mugi! Apa kabar? " Atau mungkin tidak, gadis itu benar-benar meruntuki skill bersandiwara nya yang dibawah rata-rata itu.

"Baik, seharian ini sepertinya aku tidak melihatmu. Yuki sibuk hari ini? "

"Eh! Engga kok kak— maksud ku iya kak, bentar lagi kan ujian jadi tadi aku belajar. " Bohong, bahkan dikelasnya ia hanya asik tertidur. Salahnya semalam tidak tidur karena segala pikiran yang ada di otak nya.

"Oh iya, bentar lagi ujian tengah semester ya. "

"Iya hahaha..., "

'Anjir canggung banget! Aduh, bingung banget gue..,'

"Kak Mugi kenapa kesini? Kenapa ga sama pacarnya—" Oke, saat ini gadis itu benar-benar ingin memukul mulut nya sendiri. Bisa-bisanya pemikiran nya dibiarkan keluar begitu saja tanpa filter.

"Pacar? Siapa? " Netra coklat keemasan itu menatap heran gadis didepannya.

"Engga itu, kemaren aku liat kak Mugi jalan sama cewe ke-keliatan nya akrab banget jadi aku pikir—"

"Oh! Ahaha~ itu mungkin Reina, dia patner aku di Olimpiade sains nanti. "

"Reina? Oh! Kakak anak Olimpiade? Wah keren banget!!"

"Itu hanya sedikit keberuntungan aku terpilih. "

"Ga loh kak! Aku denger pak Bams itu bener-bener pemilih banget buat anak-anak yang diajuin sebagai perwakilan sekolah untuk Olimpiade sains dan kakak terpilih berarti keren dong! " Netra merah itu berbinar terkagum membuat sang pemuda terkekeh kecil.

"Makasih pujian nya Yuki. "

"Ehehe, tapi beneran loh kak Mugi keren banget. Aku bahkan bisa ga kena remedial aja udah kayak keajaiban banget. "

"Ga perlu merasa rendah diri kalau ada yang ga di bisa kok Yuki. Kamu kan pinter di hal yang lain, basket contohnya. "

"Ahaha! Kakak bisa aja, emangnya kakak pernah liat aku main basket? "

"Sering—" Netra itu menatap heran membuat sang pemuda sedikit terburu-buru mengubah topik pembicaraan nya. "Oh! Bentar lagi ujian kan, Yuki mau belajar bersama ku? "

Tiba-tiba? Begitulah isi pikir sang gadis. Namun, kalau dipikir-pikir tawaran kakak kelasnya itu tidak buruk juga. Ia benar-benar sulit untuk mengerti materi pembelajaran nya, mau minta diajari teman-teman nya pun seperti nya sia-sia.

Yuu, nilainya pas-pasan ga jelek ga bagus. Hisa, temannya itu sebenarnya pintar tapi ia benar-benar tidak berbakat menjadi guru. Pernah sekali Yuki belajar bersama gadis itu berakhir dengan Yuki yang tidak mengerti apapun sangking abstrak penjelasan temannya itu.

Tawaran itu jelas terdengar bagus, lagipula ia jadi bisa menghabiskan waktu bersama kakak kelas nya kan. Eh?

"Tentu kalau Yuki keberatan aku ga akan—"

"Ga kak! Aku mau banget! Dua temen ku itu bener-bener ga bisa diandalkan soalnya ngajarin aku jadi aku butuh tutor buat belajar. Hehe! "

"Oke, kalau gitu kalau setiap pulang sekolah aja di perpustakaan? "

"Aku sih boleh aja kak. Tapi ga ngerepotin Kak Mugi kan? "

"Engga kok, lagipula materi kelas 11 kan dipelajari lagi dikelas akhir. " Sedikit berbohong sedikit jujur, memang benar materi kelas bawah selalu dipelajari lagi di kelas akhir tapi itu hanya beberapa materi.

"Oke deh, nanti aku samper kakak ke perpus tiap pulang sekolah. Oh iya! Boleh ga aku minta nomor kak Mugi? Biar ga sulit komunikasi nya. Hehe~" Ucap yuki sambil mengulurkan handphone nya kepada sang pemuda.

"Tentu boleh. " Pemuda itu mengetikan beberapa angka di handphone sang gadis kemudian mengembalikannya kembali. "Kalau gitu aku kembali ke perpustakaan dulu ya, ada beberapa yang harus aku urus. "

"Iya kak. Sampai nanti! " Ucap yuki riang melambaikan tangan pada kakak kelasnya yang sudah beranjak pergi itu.

Senyum riang sang gadis masih terlukis diwajah nya sambil menatap kontak yang baru saja tersimpan di handphone nya. Tanpa sadar ada sepasang netra keunguan yang sedari tadi memperhatikannya, entah mungkin sudah lelah untuk emosi atau sadar diri kalau dia bahkan tidak berhak apa-apa, pemuda ungu itu hanya menghela nafas dan kembali pada latihannya.



1459 word
❒Yuki Supriadi❒

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro