Bad Day
Hei, kau tahu ? takdir itu selalu usil dalam permainan ikatan. Ia selalu bermain-main dalam untaian tali merah membuat nya seakan terlalu kusut untuk diuraikan.
Namun, tali yang sudah terlanjur kusut itu bisa saja terurai jika kamu mau bersabar untuk mengurai nya bukan menariknya hingga putus.
Bahkan jika hati menangis meminta untuk mengikat tali yang telah putus, tali itu mungkin saja bisa terikat kembali namun tidak benar-benar bisa terhubung. Kamu tahu maksudku kan ?
Jika takdir hanya bermain-main, kenapa perasaan ini malah terbawa serius sampai rasanya seperti membunuhku.
❒❒❒❒
Bising yang terdengar bahkan jika waktu masih termasuk pagi hari. Namun, jalanan kota sibuk itu sudah terasa padat membuat kendaraan-kendaraan berjalan dengan pelan seakan detak waktulah yang berputar lebih cepat.
"Mang, kok udah macet aja sih??"
"Waduh neng, jam segini mah emang udah masuk jam-jam nya macet."
"Yaelah Mang, masih pagi juga ini tuh!"
"Namanya juga hari kerja neng."
"Dahlah Mang, aku turun disini aja." Ucap seorang gadis yang cepat-cepat memberikan uang receh sebagai ongkos kepada supir angkutan umum itu dan turun tepat saat mobil angkutan umum itu menepi.
"Anjir, bisa kena hukum lagi gue!!" ucap gadis itu melihat jam tangan yang melingkar dipergelangannya sambil terburu-buru untuk berlari.
Setelah beberapa menit berjuang untuk berlari, gadis itu pun sampai didepan sekolah yang terlihat sudah sepi karena bel masuk telah berbunyi beberapa saat yang lalu dan juga gerbang sekolah nya sudah tertutup rapat.
"Paak! Pak satpam!!"
"Walah, Neng Yuki terlambat lagi ?"
"Tadi macet banget pak!! Ini juga udah lari-lari buat sampe sekolah, bukain dong Paak" ucap gadis bernama Yuki itu menatap pria paruh baya itu dengan tatapan memohon.
"Ga bisa Neng, kemarin kan bapak kena marah juga gara-gara biarin neng masuk pas gerbang nya udah ditutup."
"Atuuh pak, sekalii ini ajaa plisss."
"Kemaren juga Neng bilang nya sekali itu tapi nyatanya telat lagi toh ?"
"Aduh Paak pliss masa ga kasian aku udah lari-lari loh daritadi."
"Aduh.., Neng maaf bukannya bapak ga kasian sama Neng Yuki, tapi beneran bapak takut kena marah lagi."
"Yaudah deh." Ucap sang gadis akhirnya memilih menyerah dan beranjak pergi....,
Harusnya gitu ga sih ? Ya..., harusnya gitu.
Tapi apa yang kita harapkan dari gadis ini ? Daripada pergi begitu saja, Gadis itu kini telah berhasil memanjat tembok sekolah yang tidak terlihat oleh satpam tadi dan sudah bersiap untuk melompat masuk tanpa ketahuan siapa-siapa—
Memang harusnya dia berhasil masuk dengan mulus, namun entah dirinya tidak terlalu melihat kemana ia mendarat atau sedang hari sialnya saja.
Tiba-tiba saja saat gadis itu melompat masuk seorang pemuda yang sedang membawa sebuah kardus besar berjalan tepat ditempat dimana gadis itu akan mendarat membuat kecelakaan kecil tak bisa terhindarkan lagi.
"Aduh! Lo jalan ga liat sekitar atau gimana sih??? Bisa tiba-tiba muncul pas gue loncat gitu ?!"
"Ma...maaf, tapi bukannya kamu yang salah loncat dari tembok itu ?"
"Hah ? Maksud Lo apa ?!"
"Maaf! Bukan maksud nyalahin tapi loncat dari tembok gitu kan bahaya. Maaf, maaf banget!"
"Kalo ga nyalahin terus maksud omongan lo apa hah ? Terus ga usah kebanyakan minta maaf bisa ga ? Panas kuping gue denger nya!"
"Maaf— maksud nya maaf— aduh...,"
"Halah! Abis sia-sia waktu gue disini! Mana pelajaran pertama pak Bams lagi! Kena amuk gue!" Ucap gadis itu beranjak pergi tanpa mempedulikan barang-barang yang tadinya tertata rapih didalam kardus yang dibawa sang pemuda membuatnya hanya menghela nafas pelan dan mulai membereskan barang-barang berserakan itu.
Namun, entah karma yang datang terlalu cepat atau memang hari ini benar-benar menjadi hari tersial gadis itu. Tidak lama setelah meninggalkan pemuda dengan barang yang berserakan itu, Yuki kini harus tanpa sengaja berhadapan dengan pria paruh baya yang "tersenyum" ramah padanya....,
Bukan, mungkin bukan sebuah ramah tamah yang terlihat oleh netra merah yuki itu melainkan sebaliknya.
"Yuki. Apa kamu telat lagi ?"
"Eh! Kebetulan ada pak Bams, saya ini juga mau jalan ke kelas kok pak!"
"Kamu tau kan bel masuk sudah berbunyi daritadi?"
"Eh...iya...itu...," gelagapan gadis itu mencari sebuah alasan yang bisa meyakinkan sampai saat netra nya menangkap pemuda yang sebelumnya menjadi tumpuan ia mendarat dan langsung saja gadis itu menarik pelan lengan sang pemuda. "Nah tadi tuh saya bantuin dia kok pak! Jadi agak telat mau masuk kelas nya."
"Tsumugi? Itu Buku-buku buat perpus lagi ?" Ucap pria paruh baya itu mengalihkan pandangan nya pada pemuda bersurai navy itu.
"Iya pak, tadi baru aja datang. Karena sedang jam kosong di kelas saya jadi sekalian saja saya antarkan ke perpustakaan. Tapi tadi agak berantakan karena tiba-tiba dia lomp—"
"MAKSUDNYA tadi kan ketabrak jadi buku nya berserakan terus saya bantuin jadi baru mau masuk ke kelas. Ahahaha maaf ya tadi aku ceroboh." Ucap gadis itu dengan netra yang menatap tajam dan tangannya yang sigap menutup mulut sang pemuda membuatnya terlihat kebingungan.
Melihat kelakuan salah satu siswi nya yang memang sedikit ajaib itu sang pria paruh baya hanya menghela nafas panjang.
"Yuki, saya sudah dapat laporan dari pak satpam kamu itu telat ya. Ga perlu banyak alasan dan ikut saya ke ruang guru." Ucap pria paruh baya itu berjalan lebih dulu setelah mengizinkan pemuda yang masih kebingungan itu melanjutkan jalannya menuju perpustakaan.
"Haaaaaah hari ini kayaknya sial banget gue!" Tepat dibawah sinar mentari yang semakin terik gadis itu hanya bisa berdiri pasrah menghadap tiang bendera sambil hormat..., atau lebih tepatnya menutup wajahnya dari terik nya mentari berkedok hormat.
"Ahahaha! Makannya hobi tuh jangan telat" netra merah sang gadis menatap tajam seorang pemuda dengan surai ungu kehitaman yang sedang berdiri tepat disampingnya.
"Ga usah bacot Lo. Lo kena hukum gara-gara apa kali ini ?"
"Ga sengaja ga ngerjain tugas pak bams—"
"Pftttt AHAHAHAHA ANJIR MANA ADA GA SENGAJA GA NGERJAIN TUGAS ???? LUPA MAH BILANG LUPA AJA LO."
"Dih, masih mending ye gue ada itikad baik buat berangkat lebih pagi buat nyalin tugas Nye!"
"Bacot amat Lo. Mana ada yang masih mending!? Akhirnya dihukum juga kan Lo ?"
"Iya in ajalah gue mah."
"Oiya yuu"
"Apaan ?"
"Sore ini jadi ?"
"Jadi apa ? Ngajak ngedate gue Lo ?" Ceplos pemuda bernama Yuu itu berimbas dihadiahi tendangan manis dari gadis disampingnya. "Anjir Lo jadi cewe ga ada anggun-anggun nya sama sekali apa?!"
"Lagian Lo ditanyain serius malah asal ceplos begitu! Gue nanya tentang tanding basket sore nanti!!"
"Yee santai dong neng!! Ya iyalah jadi anjirrr mereka yang nantangin masa ga kita sanggupin, dikira pengecut ntar tim kita."
"Tim cowo cewe ?"
"Yess princess"
"Kardus Lo. Trus anak-anak pada bisa kan nanti ?"
"Udah gue konfirmasi kok bilang pada sanggup. Tapi ada perasaan ga enak gue."
"Lah ? Kenape lu ?"
"Cuma firasat doang sih, tapi aneh mereka tiba-tiba nantangin gitu Padahal biasanya juga ga pernah ngadain latih tanding sama kita." Netra merah gadis itu hanya menatap bingung sang pemuda yang bisa terlihat dari ekspresi nya ada selintas rasa khawatir saat menatap netra merah nya. "Bahkan ga ada perantara dari pelatih mereka."
"Ya mungkin mereka ada dendam kalah di babak penyisihan kemaren."
"Iya itu maksud gue. Yuki mending Lo ga usah—"
"Ga."
"Yuki please."
"Yuu stop. Lagian ini kan cuma tanding biasa aja, Lo kebanyakan nonton sinetron jadi pikirannya banyak drama."
"Yuki, gue serius. Minggu depan Lo masih ada pertandingan gue cuma ga mau lo—"
"Yuu, ga kayak biasanya lo. Santai aja kali, emang bakal ada kejadian seburuk apa sih."
"Ya kan namanya juga firasat buruk mau gimana lagi." Netra pemuda itu kini menatap teduh sang gadis, terkadang teman dekat nya ini memang terlalu fokus pada pemikiran buruk walau tidak separah hari ini.
"Yuu, percaya sama gue ga akan ada apa-apa oke ?"
Helaan nafas menjadi jawaban sang pemuda, ia tahu benar saat gadis ini sudah memutuskan sesuatu maka tidak ada lagi yang bisa membujuknya. "Oke, tapi janji sama gue ga usah terlalu over."
"Iyaa iyaa, cerewet amat si lu pagi-pagi."
"Kan gue cerewet cuma sama lu doang~"
"Idih, stop kardus jijik gue."
"Jahat amat lu bilang jijik ke gue! Gini-gini juga gue cowok populer ya!!"
"Lu pake pelet kali."
"Lu kok tau?!"
"NJIRR DI IYAIN LAGI HAHAHAHAHA!!"
"CANDA DOANG GUE!!"
"Kalian ini lagi dihukum tapi malah asik bercanda! Kurang kah hukumnya?" Kedua muda-mudi itu sontak terdiam merasakan aura tak mengenakan dari pria paruh baya yang tiba-tiba saja muncul didepan mereka.
"Maaf pak Bams!" Ucap keduanya dan kembali diam sampai hukuman mereka selesai.
1363 word
❒Yuki Supriadi❒
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro