Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

O N E [Repost]

SALJU turun lebih deras daripada hari-hari yang telah lama berlalu. Membuat suhu di sekelilingku lebih dingin dua kali lipat daripada hari biasanya. Namun warga yang tinggal di Sector Tres, seperti seharusnya tidak merasakan dinginnya suhu yang menggigit.

Mereka semua terlalu disibukkan dengan antusiasme akan Perayaan yang akan dimulai beberapa jam lagi. Keantusiasan itu bisa dilihat dari wajah-wajah yang merona merah, bersemangat, obrolan pendek sambil lalu, tak ambil pusing untuk memelankan suara barang sedikit saja.

Rumah-rumah juga terlihat bersinar, rimbunan pepohonan yang biasanya tak terawat kini sudah terpotong rapi, bola-bola pemberi udara bersih yang melayang-layang di langit bahkan diganti oleh para UrsaMayor--bintang penerang di Pheasen atau penjaga perdamaian--hal seperti ini tidak pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Entah apa yang merasuki para Elite di Chrone hingga mau bermurah hati melakukan semua hal mahal ini.

Setiap tahun. Pada awal bulan Desember semua warga di Pheasen punya hari-hari yang lebih meriah daripada bulan-bulan membosankan yang penuh deadline, keharusan untuk menyelesaikan pendidikan di Institut atau segala sesuatu yang bersifat lebih dewasa.

Hari ini merupakan hari yang istimewa! Semua orang mengatakannya seperti itu.

Sebab selain libur dari beberapa kegiatan yang lumayan memberatkan, kami juga mendapat kesempatan untuk berpergian kemanapun sesuka hati. Tanpa perlu diintimidasi atau dicurigai.

Akan tetapi menurut Acres, semua hal berlebihan ini hanyalah salah satu dari cara para Elite Chrone mengatakan pada kami bahwa mereka lebih kaya—lebih berkuasa—dari kami yang hanya tinggal di Sector-Sector dengan cover maju dan kaya.

Memang, dulunya keadaan kami masihlah se-kaya dan se-makmur itu, tetapi semenjak isu mesin penggali yang rusak di ikuti dengan minimnya air bersih yang kami dapatkan membuat kehidupan para warga dari keempat Sector sedikit goyah. Semua tagihan melonjak tinggi. Semua orang menyadarinya hanya saja mereka terlalu terbutakan oleh kesenangan sementara di sekeliling mereka.

Belum lagi para UrsaMayor berubah menjadi sama arogannya dengan kaum Elite Chrone. Menambah rasa enggan kami untuk berurusan dengan hal yang sulit kami menangi.

Aku selalu melihat ketidakadilan itu di mata Acres, walaupun dia tidak pernah sekalipun mengeluh, aku tetap saja tahu. Dia adalah pemuda malang yang memiliki terlalu banyak saudara untuk mampu ditoleransi oleh pekerjaan serta uangnya.

Bahkan uang peninggalan orangtua Acres pun tak mampu menutupi krisis yang tengah dihadapi Acres. Sementara sahabatku selalu mendapatkan banyak masalah dalam kehidupannya, aku justru tidak pernah kekurangan apapun karena--beruntungnya--abangku adalah salah satu dari orang penting di Sector Tres.

Seorang Aviator.

Bahkan dengan seorang kakak yang mana dianggap sebagai orang penting di Sector Tres, tidak membuatku bisa dengan leluasa membantu Acres walau hanya sebatas memberi jatah air kami untuk dia gunakan. Hal kecil seperti itu tidak akan sepadan dengan apa kami terima setelahnya. Konsekuensinya lebih buruk daripada mati perlahan kekurangan air bersih.

Hal seperti pemberian makanan pokok pada orang lain yang bukan keluargamu adalah hal yang tabu. Chrone tidak mentoleransi kemiskinan, tidak pernah menginginkan pengangguran, pencuri, penjahat dan pengemis ada di tanah Pheasen. Warga Pheasen juga benci keempat hal itu.

Alasannya ada banyak, mulai dari melanggar hukum yang telah ditetapkan sampai mempermalukan kesempurnaan keempat Sector.

Tetapi aku tahu yang sesungguhnya. Karena jika keempat hal itu menjajah tanah Pheasen, otomatis Chrone dianggap gagal dalam membentuk dunia baru nan makmur yang menjunjung tinggi kesetaraan kekayaan. Tidak akan ada yang senang dengan hal itu. Cikal bakal perpecahan yang sering disebut dengan pemberontakan bisa saja muncul dari sana.

Dan aku membenci orang-orang Chrone karena hal itu. Mereka tidak berusaha membantu, satu-satunya jalan yang sungguh benar di mata mereka adalah, membawa pergi orang-orang dengan ekonomi yang tidak memadai. Entah ke mana, tetapi yang aku tahu tak ada satupun dari mereka kembali.

Dan tak ada satupun yang peduli, seolah-olah hal itu lumrah dilakukan oleh manusia.

Aku juga marah pada mereka untuk beberapa hal.

Pengecualian untuk hari ini, segala kemarahan yang menggelegak itu kusimpan rapat-rapat di dalam hatiku. Karena akan sangat tidak terhormat berdiri di antara orang-orang berwajah bahagia dengan ekspresi marah dan memberenggut.

Tunggu saja nanti, aku akan segera menyusul abangku. Kemudian menyuarakan segala keluh kesah para warga tak terlihat. Aku akan segera mewujudkannya. Aku selalu berkata seperti itu pada Acres, tanpa sadar telah memberinya harapan yang sangat besar. Membuatku tidak ada bedanya dengan kebohongan-kebohongan yang dilontarkan oleh Elite Chrone pada kami.

Janji-janji yang hanya memberi ketenangan sesaat namun akan berdampak besar pada orang-orang semacam Acres.

"Ellie?"

Aku tersentak. Bayangan tentang rumah-rumah yang kabur di antara kepingan-kepingan salju dan pergumulan monster di dalam kepalaku buyar seketika.

Mata emas itu menatapku bingung. Jemari tangan kurus yang telanjang terjulur ke arahku. Aku kemudian meraihnya tanpa ragu--menggenggamnya dengan erat--merasakan tubuhku ditarik ke atas dengan mudah.

Begitu kedua kakiku memijak atas tembok. Angin musim dingin langsung berhembus kencang di sekelilingku. Saling berlomba untuk memberantakkan rambutku. Mataku melihat ke bawah, lalu ke kejauhan, pada deretan rumah-rumah yang berjajar rapi di setiap Solo.

Puluhan panji-panji perdamaian yang berkibar di atas atap rumah. Salju-salju yang langsung menghilang ketika mencapai jalanan. Jauh di alun-alun Solo, Onwellstone berdiri menjulang dengan warna putih bersih yang mengagumkan--memantulkan cahaya bulan ke seisi Sector Tres.

Setengah jam dari sekarang gedung yang berfungi sebagai pusat server Sector Tres itu akan menyala dengan warna-warna dari keempat Sector. Tepatnya ketika Holo waktu di atas Onwellston berubah menjadi 00:00.

     Tepat tengah malam.

     Beberapa tahun terakhir sejak aku mengenal Acres. Pada Perayaan Perdamaian, aku akan menghabiskan seluruh waktu Parade Lampu dengan duduk di atas Tembok Perbatasan yang dibangun untuk menopang kubah-kubah Glass Gate daripada ikut berdesak-desakan di atas jembatan kaca.

Aku pernah sekali memijakkan kaki di Jembatan Kaca dan seketika tahu bahwa jembatan itu sama sekali tidak cocok untukku. Aku tidak mempercayai jembatan itu sama seperti aku mempercayai Tembok Perbatasan.

Tembok Perbatasan yang langsung berhadapan dengan Onwellstone adalah favoritku karena tembok itu merupakan satu-satunya tempat yang bagus untuk melihat seluruh pertunjukan Parade Lampu dengan jelas.

Tembok di kiri kananku yang membatasi Sector Tres dengan Sector Quattro dan Dva tidak cukup bagus untuk melihat dengan jelas. Lagipula akan sangat berbahaya memanjat Tembok Perbatasan di sebelah sana. Para UrsaMayor berjaga di kedua Tembok Perbatasan bagian itu sepanjang hari--nonstop--menghukum siapapun yang coba-coba bermain dengan nyawa mereka.

Sangat beruntung bahwa para UrsaMayor Sector Tres tidak terlalu memperdulikan Tembok Perbatasan yang ketiga. Lebih beruntung lagi, kakakku tidak mengetahui aku ada di atas Tembok Perbatasan. Menjulurkan kedua kakiku ke bawah. Duduk santai bersama Acres.

Kakakku terlalu sibuk dengan pekerjaan yang terkadang membuatnya lupa akan keberadaanku. Aku tidak menyalahkannya. Keadaanlah yang membuat kami seperti itu. Tidak bekerja, maka kau akan mati sia-sia. Bekerja maka kau akan kehilangan seluruh waktumu yang berharga.

Sekarang aku masih belajar. Kemudian setahun lagi aku tidak akan ada bedanya dengan kakakku.

"Aku sudah memutuskan." Lagi-lagi aku tersentak, tapi lebih tidak kentara.

Aku menoleh. Rambut pirang keemasan ikal yang kusam, mata emas paling cemerlang di Sector Tres, balas menatapku dengan tegas--aku selalu melihat begitu banyak emosi di mata itu, sekarang pun tidak berubah--syal usang lungsuran peninggalan turun temurun dari pihak Ayah menutupi separuh dagunya dari pengelihatanku. Kedua tangannya penuh dengan goresan karena disebabkan oleh terlalu sering berkutat dengan logam-logam, terkepal di sisi badannya. Punggungnya sedikit membungkuk.

Acres adalah gambaran dari seorang anak laki-laki Sector Tres yang memiliki hidup terlalu keras untuk ukuran anak laki-laki seumurannya. Bukan berarti Acres keberatan dengan takdirnya.

"Apa?" tanyaku penuh antisipasi.

Lalu Acres menjawabnya dengan satu kalimat sederhana. Tempat lain yang selalu menjadi mengganjal pikiranku akhir-akhir ini. "Sector Dva, Ellie. Aku dan kau tidak bisa terus-menerus berpura-pura bahwa undangan itu tak ada."

Segera saja, kalimat menusuk itu memberiku tentang ingatan pada musim panas yang menyengat. Siang itu Acres memamerkan sebuah Darf yang memberikannya undangan untuk melanjutkan penemuannya di Sector Dva. Semua kerja kerasnya selama enam belas tahun hidupnya terbayar dengan adanya Darf merah itu.

Wajahnya yang biasa tanpa senyuman, berbinar-binar dengan harapan. Sama seperti ketika bertahun-tahun lalu aku mengatakan padanya bahwa aku pasti akan membantunya keluar dari kesulitan yang dia hadapi.

Namun lihatlah sekarang, setelah sekian lama aku mengatakannya. Acres tumbuh lebih cepat dariku, dewasa lebih cepat dariku dan meraih mimpinya--mimpi kami--lebih cepat dariku.

Aku tahu bahwasannya hari ini akan tiba. Namun tidak pernah menyangka hari itu akan datang bahkan sebelum aku mampu meraih mimpiku. Aku masih bisa merasakan bagaimana beratnya tanganku ketika menggenggam Darf itu. Bagaimana kepalaku seolah dipukul bertubi-tubi oleh sebuah tangan tak kasat mata, aku masih mampu mengingatnya dengan jelas.

Kesakitan itu berubah menjadi rasa bersalah yang amat besar begitu melihat harapan di mata emas Acres. Tidak ada yang bisa aku lakukan, tidak akan bisa. Selagi Acres menggenggam harapan kecil itu di telapak tangannya erat-erat. Aku hanya akan melihat pemuda itu terbang menjauh bersama harapannya.

Satu-satunya hal yang mampu aku lakukan sekarang hanyalah menjaga jalannya. Memastikan bahwa sahabatku itu akan baik-baik saja sepanjang langkah kakinya menuju cahaya itu.

Mari kita selesaikan ini. Benar. Aku seharusnya sedari dulu berpikir seperti itu. "Kau akan pergi?"

"Ya." Mata emasnya melihatku. Menunggu. Tidak melewatkan satupun ekspresi di wajahku. Setelah beberapa lama tidak melihat akan datangnya badai. Acres kembali membuka mulutnya. "Keempat adikku akan ikut denganku. Sector Dva tidak keberatan dengan hal ini. Mereka sudah menyetujuinya."

Aku mengangguk singkat. "Kedengarannya bagus."

Sejujurnya berita ini lebih dari bagus. Aku tahu Sector Dva akan menyetujui usul Acres. Biar bagaimanapun Sector Dva dikenal sebagai Sector yang paling terbuka akan Sector lainnya, hanya jika kau mempunyai keahlian lebih, semacam Acres. Lagi pula tidak ada yang tersisa di Sector Tres selain keempat adik serta rumah kecilnya yang tergencet di antara flat mewah.

Kedua orangtua Acres meninggalkan mereka berempat untuk tinggal dengan sang nenek. Pergi entah kemana. Acres tidak pernah membahas kemalangan itu. Aku juga tidak pernah ingin menanyakannya.

Bukannya aku tidak peduli, hanya saja membuat Acres sedih bukanlah bagian dari rencanaku.

Beruntung sekali orangtua renta itu—nenek Acres— sudah meninggal setahun lalu. Aku tidak terlalu dekat dengannya karena memang aku tidak menyukainya. Wanita itu sama buruknya dengan anaknya.

"Ya, sangat bagus malahan." Mata itu masih teguh menatapku. Masih menunggu.

Kali ini aku sendirilah yang tidak tahan melihat berbagai emosi di mata itu, setelah bertahun-tahun lamanya, ini adalah pertama kalinya aku memalingkan wajahku dari tatapan mata emas Acres, lebih memilih memelototi Onwellstone yang bagai mutiara di tengah-tengah cangkang kerang laut yang gelap kemerahan.

Sama sekali bukan pemandangan yang bisa menyamai ketulusan di mata Acres.

Sejujurnya aku bisa saja merengek meminta Acres membatalkan kepergiannya, akan tetapi setiap kali aku ingin membuka kegundahanku, aku segera teringat akan tatapan empat pasang mata emas yang sama seperti milik Acres. Membuatku tahu diri untuk tidak mengeluarkan keegoisan itu.

Selama ini hanya Acres seorang yang aku miliki, tempatku berbagi banyak hal. Acres pasti mengerti bahwa aku masih saja selalu takut sendirian. Abangku jarang punya waktu untukku. Aku tidak terbiasa mempercayai sembarang orang.

Lebih tepatnya, bisa dikatakan, aku selalu khawatir tentang banyak hal.

Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjalin persahabatan dengan Acres namun perpisahan mendadak ini membuat delapan tahun itu terasa seperti delapan jam.

Sedikit. Singkat.

Ada begitu banyak hal yang belum bisa aku lakukan untuk membalas setiap kebaikan hati Acres, masih banyak hal yang ingin kubagi dengan Acres. Aku ingin lebih mengenal Acres.

Perpisahan ini membuatku menyadari bahwa selama ini aku terlalu sibuk untuk mengejar impianku--impian kami--sampai-sampai lupa ber-terima kasih pada Acres.

Aku mengerjapkan mataku dengan cepat ketika Onwellstone berubah menjadi buram. Semua kenangan yang terjadi selama delapan tahun belakangan ini kembali berkelebat di kepalaku. Mencekik leherku hingga membuatku mendadak menjadi bisu.

Aku seharusnya mampu menahannya. Bukankah aku sudah menyiapkan segala kemungkinan untuk menghadapi hari ini?

Aku mengembuskan napasku dengan perlahan. Setahuku, aku bukan jenis manusia keji yang enggan membiarkan sahabatnya bahagia. Walaupun--dengan berat hati ku akui--kebahagiaan itu tercipta dari pihak lain.

Aku lega ketika suara yang keluar dari dalam mulutku terdengar seperti suaraku yang biasa. "Sekarang, Avgustin tidak akan mempunyai alasan untuk melarangku berpergian ke luar Sector Tres," kataku berniat bergurau.

Beruntung bahwa Asres menanggapinya dengan polos. Suasana seketika kembali tenang. Bahu Acres bergetar pelan. Senyumannya yang jarang terlihat, terbit di wajahnya yang tampan, lalu seiring dengan lenyapnya senyum itu dia berkata dengan nada was-was. Menyadari suatu hal yang tidak kupikirkan. "Jangan membuatku mendapatkan imbasnya, Ellie."

Oh. Senyuman Acres tak ayal membuatku tersenyum juga. "Aku serius."

"Aku tahu," katanya pelan. Senyumannya menghilang, dia jadi Acres yang serius lagi. "Tapi Avgustin pasti akan serius juga. Menembakku dengan Sequoia maksudku."

"Dia tidak akan. Coba saja kalau dia berani" tukasku keras kepala. "Aku ini sudah besar. Sudah tahu mana yang benar dan salah."

Selama aku masih ada di samping Acres. Menjadi orang terdepan yang akan melindungi pemuda yang amat kusayangi itu. Avgustin tidak akan pernah bisa melakukan apapun pada Acres.[]

Total : [1916 words]


My skin is very young, but my heart is very old.
My mind think lips and tongue, but my bones decide my home.

-Your Fav Author, Prasanti
Call me, Pras or Kahnivore

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro