Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

E I G T H [Repost]

      SAKING banyaknya penduduk yang membanjiri stasiun. StreamLiner kami baru akan diberangkatkan jam sepuluh.

     Itu artinya kami akan tiba di Sector Wan sekitar pukul satu siang. Mengingat kami akan menjalani pemeriksaan singkat sebelum diperbolehkan memasuki Arcade—tempat diadakannya pertandingan--Radeon--di Illysiumstone. Setiap Sector memiliki satu Arcade.

     Biasanya Arcade ada di lantai paling bawah, berfungsi sebagai tempat diadakannya berbagai macam konser, serta acara penting serta festival olahraga. Termasuk Radeon.

     Tiga tahun yang lalu Sector Dva menyulap Arcade mereka menjadi lintasan FlyMobs untuk kepentingan festival olahraga. Hasil kerja Sector Dva berhasil membuat setiap warga Pheasen terpana memandang interior Arcade Millestone. Sector Dva selalu punya cara yang paling tidak terduga untuk membuat gelar Tuan Rumah terbaik dalam ajang apapun tetap berada ditangan mereka.

     Pertandingan Radeon setahun lalu juga tidak mengecewakan, bahkan menurutku merupakan pertandingan Radeon paling memuaskan sepanjang hidupku mengagumi Radeon. Selama Sector Dva menjadi tuan rumah. Tidak akan ada hal memalukan yang terjadi.

     Saat ini adalah giliran Sector Wan. Aku tak sabar menanti kejutan apa yang diberikan mereka pada kami.

     Aku ketiduran sebentar. Samar-samar bermimpi tentang Arez--salah satu pemain tengah Radeon Sector Wan berteriak kencang penuh kemenangan, setelah berhasil menjatuhkan Avatar lawan secara telak. Gemanya membuatku tersentak bangun, dan rupanya teriakan itu bukan hanya sekadar mimpi.

     Leah menjerit kegirangan dengan dua tangan serta dahi yang menempel di kaca jendela StreamLiner. Kurasa bukan aku saja yang terbangun karena teriakan Leah, sebab Arden melotot sembari mengusap dahinya yang terantuk. Leah hanya bisa nyengir tanpa rasa bersalah sedikitpun di wajahnya, kembali menunjuk luar jendela StreamLiner, berkata dengan penuh semangat. "Kalian harus melihat ini!"

     Aku mengikuti teladan Leah, mengintip apa yang dia lihat di balik jendela.

     Sudah lama sekali aku tidak menaiki StreamLiner. Dari atas sini, semua hal kelihatan indah. Melihat Sector Dva dengan lautannya yang menakjubkan membuatku terpana. Cahaya kemerahan berkelap-kelip di bawah sana yang kupercayai sebagai panji-panji perdamaian mereka, titik-titik FlyMobs bertebaran, bergerak cepat saling bersilang jalan. Seperti burung camar. Bunyi wussh di samping StreamLiner yang kami tumpangi membuat Leah berteriak semakin kencang dan berkali-kali menjeritkan kata-kata, "Sector Dva! Itu StreamLiner Sector Dva! Ya ampun!"

     Badan kereta itu berwarna merah mengkilat yang mengingatkanku akan darah dalam mimpiku. Aku berusaha keras untuk tidak memuntahkan sarapan yang kumakan tadi pagi. Selama kami terbang di atas wilayah Sector Dva. Indra tidak menggerakkan tubuhnya seincipun dari pelukan Arden. Aku rasa perkataan Islee tentang Leah yang menceritakan orang-orang dengan mata merah benar-benar membuatnya ketakutan akan Sector Dva.

     Sejujurnya tidak ada yang salah dengan penduduk Sector Dva. Yang dimaksud Leah mungkin adalah ciri khas dari Sector Dva. Di mana para penduduk yang tinggal di sana mempunyai mata merah. Tidak terlalu merah seperti darah. Kurasa warnanya lebih seperti warna planet mars, dengan rambut coklat, tubuh tinggi atletis. Sebagian besar UrsaMayor yang kemudian bertugas di Chrone berasal dari sana.

     Lucu sekali rasanya. Mengingat dia akan tinggal di tempat penuh mata merah selama sisa hidupnya.

     Kulirik Acres yang diam termenung menatap kota di bawah kami. Bandul kalungku yang berupa jam hologram tertangkap oleh mataku. Berkilauan di bawah cahaya lampu kereta. Mataku pun tidak luput memperhatikan jemari tangan Acres yang saling membelit satu sama lain. Dia melakukan kebiasaan lama ketika sedang berpikir. Aku segera mengalihkan pandanganku. Tidak sanggup memikirkan kemungkinan nanti ketika Acres mengangkat kepala, aku harus berhadapan dengan mata emas penuh emosi itu. Aku tidak menginginkan hal itu terjadi.

     Pertukaran benda ini adalah kali terakhir kami membubuhkan berbagai macam perasaan pada jarak yang akan memisahkan. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untuk memenuhi semua janji-janjiku padanya, dengan berat hati aku harus menerima bahwa aku memang tak jauh berbeda dengan para pembohong dari tanah Chrone.

     Aku terus menatapi jendela StreamLiner selama dua jam lamanya, sampai ketika Sector paling canggih yang pernah kami lihat muncul menggantikan warna-warna merah. Banner hologram biru dengan logo Elang hitam kaku menyambut kami. Warna biru itu sungguh cantik.

     Seperti Sector Tres dan Sector lainnya, Sector Wan juga punya gedung tertinggi yang fungsinya sama dengan Onwellstone tapi dengan nama berbeda. Bangunan tinggi itu diberi nama Illysiumstone. Jika Onwellstone dinamai dengan nama seorang arsitek terkenal di masa lampau, Illysiumstone dinamai untuk menghormati Albercio perempuan pertama mereka.

     Illysiumstone terlihat megah dengan hologram kenegaraan di atasnya. Kami akan masuk ke dalam Arcade Illysiumstone sebentar lagi. Aku rasa Avgustin dan semua cerita yang kudengar dan kubaca tentang Sector Wan benar-benar tidak melebih-lebihkan akan betapa indahnya Sector Wan. Sector Wan terlihat sempurna bahkan dari atas seperti ini.

     Entah kenapa jantungku berdebar kencang memikirkan aku akan berhadapan dengan banyak orang bermata biru cerdas, rambut hitam berkilauan yang indah, jangan lupakan wajah rupawan mereka. Setiap kali aku memandang Albercio Sector Wan pada siaran yang kulihat di HoloTev, rasanya aku ingin mencuri mata biru serta rambut hitam itu dari kepalanya.

     Setelah pendaratan mulus tanpa guncangan. Pintu-pintu gerbong terbuka. Aku segera memakai mantel. Bergegas mengikuti Arden dan Leah yang sudah terlebih dahulu berjalan keluar.

     Dengung keramaian langsung terdengar bercampur dengan suara lembut seorang wanita dari langit-langit yang memberi banyak petunjuk kemanakah tujuan kami selanjutnya. Darf Avgustin membawa kami menuju gerbang dengan angka satu romawi. Kami bersyukur, antrean disini tak terlalu banyak. Kami duduk di atas sebuah kursi yang berjejer--yang berjalan dengan bantuan rel dan mesin--tidak akan ada lagi pingsan karena kelamaan berdiri. Aku duduk di samping Acres yang kembali pucat walau tidak berkeringat.

     Aku tidak ingin membuatnya malu dengan mengulurkan tangan untuk mengurut tengkuk lehernya, jadi aku hanya menepuk-nepuk tangan Acres yang terkepal erat di atas pangkuannya.

     Arden menyerahkan tiket kami kepada seorang wanita UrsaMayor yang langsung mengerti tanpa perlu Arden menjelaskan lebih lanjut. Setelah kursi kami dipasangi hologram berwarna biru yang menampilkan nomor kursi dan asal Sector kami.

     Kursi meluncur menuju ke bawah, mengikuti jalur trem yang sudah tersedia, langsung menuju ke dalam Arcade di Illysiumstone. Perjalanannya singkat tetapi aku bisa melihat langit-langit buatan dengan warna biru cerah yang enak dipandang mata--seperti langit di musim panas. Suara gemuruh dari Arcade Illysiumstone sudah terdengar bahkan ketika kami belum memasuki pintu masuk.

     Pintu Arcade Illysiumstone terbuka. Mataku langsung silau oleh cahaya matahari buatan diatas sana. Atap Arcade Illysiumstone berbentuk kubah raksasa melengkung, ditopang oleh kaki-kaki beton yang disepuh sehingga menjadi mengkilap, seolah-olah terbuat dari kaca. Berikut tribun penonton, lima kubus yang mencondong ke tengah lapangan.

     Benar-benar pantas untuk dikagumi.

     Mantel-mantel dengan aksen biru, merah, abu-abu dan emas tersebar di kursi berwarna biru empuk di kiri kananku. Arcade ini berbentuk lingkaran melengkung dengan tanah lapang di tengah-tengah kami--tempat yang nantinya digunakan sebagai arena pertandingan. Kursi kami sendirilah yang mengambil tempat, sesuai dengan nomor pada tiket.

     Di sini tidak ada semacam peraturan untuk mengelompokkan setiap Sector. Seluruh warga Pheasen dicampuradukkan. Karena peraturan kecil inilah aku sangat menyukai Radeon sebab nantinya aku bisa melihat orang-orang dari Sector lain berada sangat dekat denganku. Aku bahkan hampir-hampir pingsan ketika mantel dengan aksen biru mendekatiku.

     Pemiliknya seorang pemuda rupawan, yang bahkan tidak repot-repot untuk memperhatikan aku. Namun begitu saja sudah membuatku senang.

     Acres yang melihat wajah antusiasku hanya bisa tersenyum masam, berkedut sedikit saat aku nyengir. "Ini gila!" kataku, tak bisa menyembunyikan kegembiraan. "Mau permen? Ini akan melegakan pikiranmu sedikit." Aku memberinya permen teh yang kuambil dari gerbong. Acres menerima pemberianku tanpa banyak bicara, biarpun--bisa kulihat dari raut wajahnya--masih tidak setuju dengan pemuda rupawan pemilik mantel aksen biru di sampingku. Bahkan mungkin dia berniat untuk menukar tempat duduk kami, tetapi aku yakin dia tahu, tak mudah membujukku dalam situasi langka semacam ini.

     Selagi menunggu, aku bertanya-tanya di manakah Avgustin. Ujung mataku melirik sebuah Kubus Transparan yang menjorok ke tengah. Avgsutin akan berada di sana bersama dengan Albercio kami. Aku mengetahuinya karena hologram di atas kubus itu bertuliskan Sector Tres dengan warna emas mengilap.

     Ada lima kubus semacam itu di sekeliling Arcade. Beberapa bangku di sebelah kananku adalah tempat Albercio Sector Dva berada, lalu di sebelah Sector Dva ada Sector Wan; Sebelah kiriku ada Sector Tres, dilanjutkan dengan Sector Quattro dan--yang terakhir--yang paling apik, Kubus Transparan yang lebih besar adalah tempat di mana Canavaro kami akan duduk.

     Pertandingan ini selalu dimulai tanpa basa-basi. Dipandu oleh Holo AI.

     Setelah iklan serta sedikit sambutan riuh dari masing-masing suporter atas komentar-komentar penyemangat dari komentator yang berasal dari layar hologram besar di tengah-tengah lapangan.

     Akhirnya jam menunjukkan pukul dua siang hari ketika kubus-kubus sudah terisi penuh oleh orang-orang penting. Aku melihat gerombolan rambut emas panjang di kubus Sector Tres. Masing-masing berdiri dekat Albercio, berbisik-bisik semangat.

     Sayangnya, aku tak menemukan Avgustin di antara gerombolan itu. Mungkin dia masih di suatu tempat dengan Mr. Crowe. Aku sudah memesan lima kotak popcorn untuk Acres dan adik-adiknya, minuman soda dan susu untu Indra. Aku memilih mengemut lolipop yang terlalu manis untuk membunuh waktu.

     "Acres?" tanyaku ingin memastikan begitu melihat Acres memejamkan matanya rapat-rapat. Dia bahkan tidak menyadari tangan Leah yang dengan lincah mengambil popcorn miliknya. Biasanya dia merupakan salah seorang yang rakus akan makanan.

     "Tolong, maukah kau mengenggam tanganku? Sebentar saja."

     Tidak perlu menunggu Acres meminta untuk kedua kalinya, aku mengambil kepalan tangan Acres. Jemarinya langsung membelit jemariku, menggenggamnya erat. Terlalu erat bahkan. Aku menahan ringisan yang hendak keluar dari bibir. Sebagai gantinya lolipop yang ada di dalam mulutku bergemeretak seiring katupan gigiku.

     "Maaf," bisikku dengan rasa bersalah. Saking antusiasnya aku dengan Radeon ini sampai melupakan tentang ketakutan Acres akan keramaian. Membuatku berpikir bahwa Avgustin dengan sukarela mengizinkanku mengajak Acres untuk menonton bukan hanya tentang alasan bodoh seperti menggunakan Acres sebagai tempat perlindunganku. Kupikir Avgustin lebih kejam dari perkiraanku. Aku sama sekali tidak memikirkannya.

     Acres menggeleng, meremas tanganku walau tidak sekuat tadi. "Aku memutuskan sendiri. Lagi pula inikan hari besar, Ellie." Dia mengembuskan napas keras-keras. Dengan keras kepala membuka mata untuk menatapku. "Aku tak ingin melewatkan hari besar!"

     Aku mendengus pelan. Coba lihat siapa yang berbicara. Lalu menunduk, menatap jam tangan pemberian Acres yang kini sudah menjadi milikku. Benar. Aku tidak bisa menyalahkan Avgustin sekarang. Semua ini hanya tentang perasaan yang makin kami ingat, makin sakit rasanya.

     Suara komentator berkumandang ke seisi lapangan. Pengenalan tim Radeon dari Sector Dva sudah dimulai. Aku mendengar satu persatu nama mereka disebutkan, kesemuanya disambut gemuruh sorakan. Islee bahkan sudah mengusap-ngusap air matanya saat melihat Zayah--idolanya muncul.

     Arden tak tinggal diam. Dia berdiri dari duduknya, bersorak paling keras saat Yuri melangkah memasuki lapangan.

     Sementara aku sama sekali tidak bisa fokus.

     Aku kembali memandang muram kubus di mana Sector Tres berada, untuk menghilangkan rasa gundah dengan mencari sosok kakakku yang menenangkan. Namun bukannya melihat Avgustin, aku tanpa sengaja bertemu pandang dengan seorang laki-laki seumuran Avgustin dari atas sana.

     Matanya menyorot ke arahku, tak berkedip sedikitpun. Dia diapit oleh dua UrsaMayor berarmor hitam emas. Dia pulalah yang berdiri paling dekat dengan Albercio Sector Tres.

     Ketika aku berusaha mengingat-ngingat apa posisi laki-laki itu di pemerintahan Sector Tres. Cahaya menyilaukan dan getaran yang menggeser kursi tempat dudukku membuat pikiranku buyar seketika.

     Getaran selanjutnya membuat semua orang berhamburan.[]



Total : [1748 words]

Saat ini saya merasa krisis tentang banyak hal. Krisis teman sejati, perasaan, kemampuan. Semua hal itu membuat saya takut untuk berhenti menulis, sebab jika saya berhenti menulis maka segalanya juga akan ikut melebur dengan krisis yang saya rasakan. Saya takut untuk mengakuinya...

-Your Fav Author, Prasanti
Call me, Pras or Kahnivore

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro